Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Lupa Sementara yang Mengancam

Amnesia temporer merupakan salah satu akibat dari cedera otak. Penyebabnya bisa benturan di kepala, tumor di bagian kepala, terganggunya aliran darah dalam otak, dan hal fisik lainnya. Tapi ada juga penyebab nonfisik, seperti trauma masa lalu, depresi, dan syok akibat suatu peristiwa. Maret ini adalah bulan Brain Injury Awareness. Selain ”luka otak” akibat hal fisik, penyebab psikis yang bisa mencederai otak juga penting diperhatikan.

30 Maret 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebut saja Yaya. Dia ibu rumah tangga dengan satu anak berusia enam tahun, dan bersuamikan seorang wiraswasta. Perempuan 46 tahun itu pernah lupa siapa namanya. Dia juga tidak ingat lagi bila dia sudah menikah dan memiliki anak. Nama suami pun dia lupa. Dan banyak hal lainnya yang tidak dia ingat. Yang justru masih menancap dalam memori otaknya adalah nama bekas suaminya.

Selama sekitar dua tahun, pada 2003-2005, Yaya berkonsultasi intensif dengan psikiater sebuah rumah sakit di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur. Pihak keluarga, terutama sang suami, juga berusaha menyembuhkan ”sakit ingatan” Yaya. Perlahan, perempuan yang tinggal di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, ini mampu kembali mengingat satu per satu: nama anak, suami, dan lain-lain.

Kini Yaya tampak sehat dan baik-baik saja. Namun lupa yang pernah menyelimutinya masih meninggalkan bekas. Dia terkadang masih kesulitan mengingat nama orang-orang yang dikenalnya. Bahkan Yaya terkadang lamban bereaksi terhadap perkataan dan sikap orang lain. Misalnya, bila ada seseorang mengatakan sesuatu yang seharusnya menyinggung perasaan, Yaya tidak langsung bereaksi. Beberapa saat kemudian—setelah orang yang menyinggung perasaannya itu pergi—Yaya baru paham bahwa seharusnya dia tersinggung atas percakapan tersebut.

Tidak ada penjelasan pasti tentang pemicu amnesia temporer atau hilang ingatan sementara Yaya. Tapi, bila merujuk pada teori bahwa salah satu penyebab amnesia adalah peristiwa traumatis pada masa lalu, memang ada penggalan hidupnya yang mungkin bisa menjelaskan tragedi amnesia yang menimpanya.

Alkisah, Yaya pernah punya pengalaman buruk dengan pernikahannya yang pertama. Bekas suaminya—yang ketika Yaya amnesia justru nama itu yang diingat—menolak untuk memiliki anak dalam masa 10 tahun perkawinan mereka. Akhirnya, rumah tangga mereka berakhir buruk. Yaya nekat minggat meninggalkan suaminya itu sebelum mereka bercerai.

Setelah perceraian pada 1990-an, Yaya masih baik-baik. Bahkan ia kembali menikah pada akhir 2001. Tapi, sekitar tiga bulan setelah melahirkan anak pertama pada awal 2003, Yaya jatuh sakit, terserang panas tinggi. Dia didiagnosis terkena tifus. Daya tahan tubuhnya merosot drastis. Akhirnya, Yaya koma selama lima hari setelah terserang kejang-kejang. Nah, setelah sadar itulah, Yaya disergap lupa.

Apa yang menimpa Yaya dalam ilmu jiwa bisa dijelaskan. Dia mengalami tekanan hidup selama sepuluh tahun perkawinan pertama. Lalu ditambah dengan depresi pasca-melahirkan dan didera sakit akut—dengan panas tinggi itu—maka bobollah semuanya. Namun, tetap saja, soal amnesia temporer itu masih misterius. Mengapa dia melupakan hal-hal tertentu dan mengingat yang tertentu juga.

Memang, ingatan—dari sisi ilmu pengetahuan—masih menjadi misteri. Adapun memori adalah refleksi dari kumpulan pengalaman hidup, dan merupakan proses kompleks pada seluruh struktur otak, yaitu sistem saraf pusat dan tepi. Namun, bagaimana otak mengelompokkan dan menyimpan informasi masih menjadi tanda tanya. Bahkan ada beberapa teori yang justru bertentangan (lihat infografik).

Hal psikis seperti trauma pada suatu tragedi atau depresi jelas bisa menjadi penyebab amnesia temporer. Biasanya serangan lupa ini berlangsung enam hingga 24 bulan. ”Seperti ada yang memerintahkan untuk lupa,” tutur Nurmiati Amir, psikiater dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat, Senin pekan silam.

Penjelasannya, bila seseorang dilanda stres, hipotalamus—bagian kecil otak yang terletak di bawah otak besar dan talamus—mengeluarkan hormon stres, kortisol. Jika diproduksi terus-menerus, hormon stres itu akan menimbulkan kerusakan dinding pembuluh darah, meningkatkan kadar gula darah, dan menggerus sistem kekebalan tubuh. Semua ini bisa mengakibatkan aliran darah ke dalam otak terganggu, terhambat, atau pembuluh darahnya rusak.

Lalu kortisol, yang hakikatnya memiliki sifat neurotoxic—dapat meracuni—akan menyerbu dan meracuni hipokampus, bagian otak yang menyimpan memori jangka panjang seperti ilmu pengetahuan dan pengalaman masa lalu. Gawatnya, hipokampus ini sangat sensitif terhadap hormon stres. ”Itulah yang menjelaskan munculnya semacam tabir dalam ingatan orang depresi,” kata Nurmiati.

Adapun kortisol sebenarnya juga bermanfaat. Misalnya, bila rumah kita terbakar, hormon stres otomatis meningkatkan kadar glukosa, sehingga kita lebih waspada dan bertenaga untuk menyelamatkan diri. Kortisol itu pulalah yang membuat manusia seperti memiliki tenaga dan keberanian berlebih ketika menghadapi ancaman. Namun produksi hormon stres yang terus-menerus dapat menginduksi atau memacu kerja neurotransmiter alias pembawa pesan dalam otak yang berkaitan dengan emosi lainnya. Misalnya, kortisol menstimulasi dopamin (dihasilkan hipotalamus) yang berperan penting dalam perilaku dan pengetahuan, termasuk menentukan aktivitas fisik, motivasi, perasaan, perhatian, tidur. Hormon stres juga menginduksi serotonin, yang antara lain berperan mengatur rasa marah, agresivitas, dan suhu tubuh. ”Bila neurotransmiter tersebut terkuras, karena terus-menerus diinduksi terjadilah ketidakseimbangan emosi dan dampak buruk lainnya,” kata Nurmiati. Termasuk amnesia temporer.

Sebenarnya, sama dengan daya tahan fisik, psikis manusia juga punya sistem kekebalan. Stressor atau penyebab stres, yang berupa masalah atau pengaruh lain dari luar, ibarat virus penyebab penyakit. ”Daya tahan psikologis bergantung pada personalitas dan bagaimana pengalaman masa lalu membentuk kepribadian seseorang,” katanya.

Menurut dokter spesialis saraf dan neurobehavior dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Silvia Francina Lumempouw, daya tahan otak juga sangat bergantung pada pendidikan di masa kecil, termasuk ajaran tentang norma seperti agama. Menurut Silvia, masuknya nilai-nilai baik itu menjadi modal dan landasan bertahan menghadapi berbagai benturan pada masa mendatang.

Kembali ke amnesia temporer yang menimpa Yaya. Bila dikaitkan dengan penjelasan Nurmiati, serangan yang mengakibatkan cedera otak sehingga dia lupa itu sifatnya akut atau serta merta. Untuk menyembuhkannya, harus dicari penyebab utama amnesia itu. Dan itu tidak mudah.

Bina Bektiati

Otak dan Amnesia Temporer

Amnesia temporer (biasanya berlangsung enam hingga 24 bulan) terjadi bila fungsi-fungsi bagian dan kerja otak berikut ini terganggu atau bahkan rusak, bisa karena sebab fisik seperti benturan atau psikis misalnya depresi dan trauma.

Sistem limbic: seperangkat struktur otak yang terdiri atas hipokampus, amygdala, sel-sel kelabu pada otak bagian depan (thalamic), lapisan terluar limbic, yang semuanya berfungsi membentuk emosi, tingkah laku, ingatan jangka panjang, dan yang berkaitan dengan bau (olfaction).

Bagian terluar otak (cerebral cortex): area pada otak yang berfungsi menyimpan memori.

Fronto-temporo polar cortex: saluran yang menghubungkan dengan bagian luar otak.

Input sensor: informasi atau pengaruh dari luar, bisa berupa visual, suara, serta rasa.

Tempat Penyimpanan Memori

Ada berbagai teori:

  • Ingatan disimpan di seluruh permukaan lapisan terluar otak (cortex).
  • Ada struktur tertentu di bagian otak yang berfungsi menyimpan ingatan, namun ada area tertentu yang memegang peran penting, misalnya hipokampus.
  • Memori hanya tersimpan di satu bagian tertentu dalam otak.
  • Molekul otaklah yang bertugas menyimpan ingatan.
  • Memori disimpan dalam kelompok-kelompok sel saraf (neuron).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus