Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kuliner Indonesia sangat beragam dengan pengaruh dari beberapa kebudayaan. Keberadaan etnis Tionghoa memberikan warna pada kuliner Indonesia, salah satunya adalah mi. Mi dikategorikan sebagai salah satu pengganti makanan pokok sehari-hari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Jurnal Universitas Kristen Maranatha, berjudul Ragam Budaya Penggunaan Piranti Sumpit Masyarakat Bandung, sejak abad ke-17 dan abad ke-18, pada masa akhir Dinasti Tang, imigran Tiongkok dalam jumlah besar masuk ke Indonesia. Pada saat itu, tingkat perdagangan menengah dikuasai oleh orang Tionghoa. Berdagang merupakan mata pencarian penting orang Tionghoa di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kedatangan dan keberadaan etnis Tionghoa memberi warna tersendiri pada budaya Indonesia yang beragam, salah satunya adalah kuliner. Mi menjadi kuliner populer di Indonesia. Dalam tradisi orang Tionghoa, mi diyakini memiliki filosofi atau makna khusus.
Sesuai dengan bentuknya yang panjang, mi merupakan simbol umur panjang. Oleh karena itu, dalam tradisi keluarga Tionghoa, mi merupakan menu wajib untuk dikonsumsi pada hari ulang tahun.
Tak hanya mi, penggunaan sumpit juga mulai menyebar di Indonesia. Di beberapa negara di Asia Tenggara, sumpit merupakan alat makan utama layaknya sendok dan garpu di Indonesia. Dikutip dari laman Cookist, di Tiongkok sumpit telah dikenal sejak 5.000 tahun yang lalu. Adanya sumpit bermula dari ranting pohon besar bercabang dua yang difungsikan sebagai alat pengaduk dalam kuali yang besar.
Kemudian karena populasi penduduk yang meningkat, makanan dipotong menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Sehingga memerluka alat pengaduk yang lebih kecil, kemudian dibuatlah sumpit. Lambat laun, bahan pembuat sumpit semakin beragam.
Jenis sumpit populer sekarang adalah sumpit buatan Tiongkok berbahan plastik. Sumpit plastik buatan Tiongkok biasanya berbentuk segi empat di bagian atas hingga bagian bawahnya. Bentuk segi empat memiliki fungsi untuk mencegah sumpit tergelincir pada saat diletakkan di atas meja. Sumpit jenis ini dapat dicuci dan dipakai berulang-ulang.
Makna sumpit bagi etnis Tionghoa
Bagi orang Tionghoa sumpit tak hanya sekadar alat makan tetapi juga mengandung makna. Sumpit merupakan lambang kesatuan, keharmonisan, dan kesetaraan. Ketiga hal itu dapat dibuktikan pada saat sumpit digunakan. Sumpit terdiri dari dua bilah yang setara dan tingginya sama. Keduanya harus digunakan secara bersamaan dan gerakan dari sumpit harus harmonis, digerakkan secara bersamaan ke satu arah yang sama.
Jika satu di antaranya diarahkan ke depan dan satu lagi diarahkan ke belakang, makanan akan sulit diambil. Dalam penggunaannya, dua bilah sumpit harus dipegang tangan kanan atau tangan kiri bagi yang kidal. Satu bilah sumpit bagian atas dipegang oleh ibu jari, sedangkan bagian samping dan bawahnya dipegang oleh telunjuk dan jari tengah, satu bilah lainnya ditopang oleh jari manis.
Pada saat menggunakannya ada etika yang perlu dipatuhi, yakni dilarang memasukan sumpit secara vertikal ke dalam mangkuk yang berisi mi atau nasi. Tindakan itu dianggap serupa dengan menancapkan dupa ke dalam wadah atau makam dalam upacara pemakaman yang dipercaya merupakan penanda kematian.
Pilihan Editor: Aturan yang Perlu Diperhatikan Kala Makan Pakai Sumpit