Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perayaan Imlek selalu identik dengan berbagai tradisi khas, salah satunya adalah menyajikan ikan bandeng dan jeruk. Kedua simbol ini tidak hanya menghadirkan nuansa meriah dalam perayaan, tetapi juga memiliki makna filosofis mendalam yang dipercaya membawa keberuntungan, kebahagiaan, dan kemakmuran bagi mereka yang merayakannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Makna Jeruk dalam Perayaan Imlek
Jeruk adalah buah yang hampir selalu hadir dalam perayaan Imlek. Buah ini tidak hanya dipilih karena warnanya yang cerah dan menyegarkan, tetapi juga karena makna simbolis yang terkandung di dalamnya. Memberikan jeruk kepada orang yang dicintai merupakan cara simbolis untuk mendoakan kebahagiaan, kesejahteraan, dan kemakmuran bagi penerimanya. Jeruk dianggap sebagai lambang keberuntungan karena dalam bahasa Tionghoa, kata "jeruk" memiliki pelafalan yang mirip dengan kata "emas" atau "kekayaan".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jeruk sering diletakkan bersama amplop merah (angpao) di samping bantal anak-anak. Tradisi ini dipercaya dapat membawa keberuntungan bagi anak-anak tersebut di tahun yang baru. Selain itu, jeruk juga menjadi bagian dari dekorasi rumah saat Imlek, mempercantik suasana sekaligus menghadirkan simbol kemakmuran.
Tidak hanya menjadi simbol keberuntungan, jeruk juga memiliki manfaat kesehatan yang penting. Menurut ahli epidemiologi Bamini Gopinath dari University of Sydney, flavonoid dalam jeruk dapat membantu melindungi tubuh dari berbagai penyakit, termasuk degenerasi makula yang dapat menyebabkan penurunan fungsi penglihatan. Vitamin C dan potasium dalam jeruk juga berperan penting dalam menjaga kesehatan jantung, menjadikannya buah yang tidak hanya bermakna simbolis tetapi juga bermanfaat secara fisik.
Ikan Bandeng jadi Lambang Kemakmuran dan Kehati-hatian
Setiap menjelang perayaan Imlek, ikan bandeng menjadi salah satu bahan makanan yang paling banyak dicari oleh masyarakat Tionghoa. Dalam budaya Tionghoa, ikan memiliki makna yang sangat istimewa. Dalam bahasa Mandarin, ikan disebut "yu," yang juga berarti "melimpah" atau "berkelimpahan." Oleh karena itu, ikan dianggap sebagai simbol rezeki dan kemakmuran yang melimpah.
Khususnya ikan bandeng, hewan ini memiliki makna yang lebih dalam. Bandeng dikenal sebagai ikan yang memiliki banyak duri. Banyaknya duri ini melambangkan kehidupan manusia yang penuh liku dan rintangan. Hal ini mengajarkan nilai-nilai kesabaran, kehati-hatian, dan ketekunan dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Selain itu, banyaknya duri juga dipercaya sebagai simbol rezeki yang tak akan habis jika dikelola dengan baik.
Tradisi menyajikan ikan bandeng saat Imlek juga mencakup penyajian ikan secara utuh, dari kepala hingga ekor. Ini melambangkan harapan bahwa rezeki yang didapat akan mengalir utuh dan lancar sepanjang tahun, dari awal hingga akhir. Ukuran ikan bandeng juga menjadi simbol penting, di mana semakin besar ukuran ikan yang disajikan, semakin besar pula harapan untuk mendapatkan rezeki yang melimpah. Oleh sebab itu, bandeng jumbo menjadi incaran utama menjelang perayaan Imlek.
Menghidangkan ikan bandeng juga memiliki makna sosial yang penting, yaitu sebagai bentuk penghormatan kepada anggota keluarga, terutama yang lebih tua. Membawa ikan bandeng untuk keluarga yang lebih tua merupakan simbol penghormatan dan kesopanan. Anggota keluarga yang tidak membawa ikan bandeng dianggap kurang memiliki "liangsim" atau rasa hormat.
Dalam tradisi Betawi, ikan bandeng biasanya diolah menjadi pindang bandeng, hidangan khas yang juga sering disajikan saat Imlek. Hidangan ini memiliki cita rasa yang kompleks, yakni manis, pedas, dan gurih, yang dihasilkan dari perpaduan bumbu seperti kecap manis, cabai merah, bawang merah, bawang putih, jahe, dan lengkuas. Kuahnya yang berwarna cokelat kehitaman menambah kelezatan hidangan ini, sekaligus menjadikannya sajian yang istimewa di meja makan saat Imlek.
Tradisi Lain yang Mendampingi Imlek
Selain jeruk dan ikan bandeng, perayaan Imlek juga identik dengan berbagai tradisi lainnya, seperti membersihkan rumah, tarian Barongsai, dan pembagian amplop merah. Membersihkan rumah secara menyeluruh sebelum Imlek diyakini dapat mengusir nasib buruk dan membuka jalan bagi keberuntungan baru di tahun yang akan datang.
Sementara itu, tarian Barongsai, yang sering menampilkan naga panjang berwarna-warni, menjadi atraksi yang dinantikan karena dipercaya dapat membawa keberuntungan.
Imlek juga selalu ditandai dengan pergantian shio, yang merupakan sistem astrologi Tionghoa. Berdasarkan Kalender Lunar tradisional, shio melambangkan siklus 12 tahun yang masing-masing diwakili oleh hewan tertentu. Pergantian shio ini menjadi momen refleksi sekaligus harapan baru bagi masyarakat Tionghoa.
Amelia Rahima Sari dan Idris Boufakar berkontribusi dalam penulisan artikel ini.