Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Mana Dokternya

372 dari 396 kecamatan di seluruh jawa barat sudah mempunyai puskesmas. baru 200 yang dipimpin langsung seorang dokter. kesulitan perhubungan dan keluarga menjadi masalah penguasai di daerah. (ksh)

20 November 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAWA Barat memiliki 396 kecamatan. Pemerintah daerah bersikeras untuk mencapai sasaran sebuah pusat kesehatan masyarakat untuk 1 kecamatan. Sampai 1 Oktober 1976 sudah 372 buah puskesmas -- yang rata-rata berharga Rp 4,5 juta itu -- sudah berdiri di berbagai kecamatan di sana. "Akhir Pelita II semua kecamatan di Jawa Barat akan mempunyai puskesmas", kata dr. Uton Muchtar, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat. Sasaran itu agaknya bisa dicapai, tetapi untuk memenuhi rencana tiap puskesmas harus dipimpin oleh seorang dokter, agaknya masih sukar. Sebab dari puskesmas sebanyak itu baru sekitar 200 yang dipimpin langsung oleh seorang dokter. Selebihnya hanya diurus oleh mantri kesehatan, bidan dan perawat. "Kebijaksanaan begini harus ditempuh karena kekurangan tenaga dokter" sambung dr Uton. Andainya dokter lulusan Universitas Pajajaran yang saban tahunnya berjumlah 100 orang secara langsung bisa disalurkan ke puskesmas-puskesmas itu, kekurangan tadi memang bisa dipenuhi. Tetapi dari jumlah itu, menurut Uton "belum tentu daerah Jawa Barat akan kebagian 15 orang dokter". Ciutnya jumlah yang jatuh ke daerah tersebut menurut keterangannya berdasarkan kebijaksanaan Departemen Kesehatan. Kalau jumlah dokter yang tersedia hanya sebegitu saja tiap tahun, diperhitungkan 14 tahun lagi baru bisa dicapai sasaran 1 dokter untuk satu puskesmas. Dipecat Penugasan dokter-dokter yang jumlahnya sedikit itupun mengalami berbagai kesulitan. Perhubungan yang sulit misalnya. Atau soal-soal yang menyangkut keluarga dokter bersangkutan. Misalnya seorang dokter muda yang sudah menikah, tentu akan repot menempatkannya, karena pekerjaan isterinya tak mungkin diboyong ke tempat tugas sang suami. "Apalagi kalau dua-duanya dokter, tambah repot lagi. Sebab di satu puskesmas hanya dibutuhkan satu dokter saja", urai dr Uton. Dokter-dokter yang baru lulus yang memikul kewajiban dinas 5 tahun di puskesmas, menurut Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat itu, "memang menyimpan banyak keluhan, tapi untunglah tak ada di antara mereka yang meninggalkan tempat". Sebab buat mereka yang membandel sudah disiapkan sanksi dengan cara mencabut izin praktek. Dalam sejarah penugasan dokter ke pelosok-pelosok ini menurut cerita Uton "baru satu orang yang dipecat karena tidak menunaikan tugas". Sang dokter muda meninggalkan tempat tugas dan benar-benar meninggalkan profesinya sebagai penolong orang sakit. Dia banting stir dan kini menjadi pengusaha. Satu lapangan pekerjaan yang terhindar dari keharusan bertugas di tempat-tempat terpencil .

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus