Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pakar kedokteran olahraga Andhika Raspati mengatakan olahraga seperti mengangkat beban dapat membantu penderita diabetes memperbaiki kondisi kesehatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Dengan berolahraga itu kita bisa mengembangkan massa otot dan meningkatkan otot untuk mengambil insulinnya atau kalau kita bisa bilang, sensitivitasnya meningkat,” katanya di Jakarta, Kamis, 16 Mei 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dokter tim nasional balap sepeda Indonesia itu menuturkan diabetes disebabkan kadar insulin yang menumpuk dalam darah akibat tidak bisa diterima oleh organ-organ tubuh lainnya. Dengan berolahraga, otot dalam tubuh dapat jauh berkembang dan kerja massanya lebih meningkat sehingga gula yang menumpuk bakal lebih mudah terserap dan tidak menumpuk di dalam darah.
Penderita diabetes dapat melakukan latihan beban mulai dari porsi beban yang jauh lebih ringan. Misalnya, dengan mengangkat barbel seberat 1-2 kilogram atau melakukan push up di tembok.
“Tapi bukan berarti harus angkat besi, harus lifting berpuluh kilo, jadi dengan dambel ringan. Sebenarnya sifatnya enteng-enteng saja karena memang orang diabetes itu orang yang tidak terlatih olahraga, jadi sebenarnya harus dimulai dari yang ringan dan diprogres perlahan,” ujarnya.
Andhika bercerita ketika menangani pasiennya yang berusia 85 tahun, dibandingkan mengambil risiko membawanya olahraga ke pusat kebugaran, mereka memilih untuk berlatih kardio dengan menggunakan botol air mineral sebanyak 10-12 kali. Hal ini dilakukan untuk pembentukan otot dan disesuaikan dengan kondisi pasien.
“Jadi konsep latihan dia harus progressive overload. Kalau bulan ini bisa 2 kilo, bulan depan sudah enggak boleh lagi, harus 3-4 kilo,” sarannya.
Pilihan olahraga lain
Opsi olahraga ringan lain yang bisa dilakukan penderita diabetes yakni jalan santai, berenang, dan bersepeda. “Terkait dengan bagian otot mana yang harus kita latih dulu, kita kejar otot yang paling besar dulu. Misal otot kaki, kemudian otot-otot bokong, punggung, yang banyak menyerap gula di situ,” kata Andhika.
Sementara terkait adanya kemungkinan pasien diabetes lepas obat setelah berolahraga rutin, Andhika mengatakan kemungkinan tersebut tentu saja ada. Hanya saja, hal tersebut ditentukan dari gaya hidup masing-masing pasien diabetes, baik terkait olahraga ataupun asupan makan sehari-hari.
“Kadang-kadang tidak semua orang bisa sedisiplin itu. Jadi, apakah bisa lepas obat jawabannya ya mungkin. Tapi tadi, paling tidak kita bisa bilang kalau orangnya itu dia lepas atau tidak, dosisnya bisa berkurang. Kalau tadi harus minum bertablet-tablet, ini satu atau dua saja jadi cukup karena olahraga,” ujar Andhika.
Pilihan Editor: Pasien Diabetes dengan Gangguan Makan Lebih Berisiko Kematian