DARI RRC bukan hanya berita mengenai rencana peremajaan pimpinan
negara itu. Sekarang ini di sana sedang dikampanyekan keluarga
berencana minim. Satu keluarga hanya satu anak. Surat kabar
Harian, Rakyat 8 Juni malahan menganjurkan supaya calon bayi
yang bakalan berpenyakitan digugurkan saja. Misalnya penyakit
hemofilia (gampang terjadi pendarahan), bodoh dan buta warna.
"Terlalu sedikit yang kita kerjakan untuk mengangkat kualitas
penduduk," kata koran itu.
Tempo hari, RC sudah mengembangkan penelitian untuk mengetahui
jcnis kelamin janin pada masa-masa permulaan kandungan.
Kelahiran anak lakilaki atau perempuan disesuaikan dengan
keadaan daerah setempat. Untuk daerah yang membutuhkan tenaga
kerja laki-laki, maka janin yang diduga berkelamin perempuan
segera digugurkan.
Sekarang sarjana-sarjana di RRC mencurahkan minatnya untuk
mengembangkan teknik pengenalan gene yang tidak normal untuk
mencegah lahirnya anak-anak cacad bawaan. Kesan ini diperoleh
Dr. Richard Ross, Rektor John Hopkins Medical School dari
Amerika Serikat. "Sejak warga masyarakat hanya diperkenankan
punya anak satu, kami ingin kepastian bahwa anak satu-satunya
itu adalah anak yang baik," ujar sarjanasarjana RRC kepada
Richard Ross yang melawat ke sana belum lama ini.
Rencana KB RRC untuk mencegah jangan sampai penduduk negara itu
melewati angka 1 milyar dengan penekanan satu keluarga satu anak
dan bermutu, masih punya kelemahan. Belum ada peraturan yang
mendukungnya. Lagi pula banyak ,oenduduk yang keberatan karena
ada kemungkinan "nama keluarga" akan hilang kalau anak
satu-satunya itu ternyata perempuan. Salah-salah akan
menggoyahkan kepercayaan masyarakat terhadap partai komunis yang
berkuasa.
"Tiap anakku lahir lebih cantik dari pada yang lahir
sebelumnya," kata seorang pegawai barlk dati Provinsi Zhejiang.
Kata-kata itu dikutip Harian Rakyat untuk menunjukkan bahwa
rencana itu belum final dan diskusi di kalangan pimpinan partai
masih berlangsung. Tapi di beberapa daerah, seperti biasa
penguasa setempat sudah mengenakan ancaman ekonomi terhadap
keluarga yang melahirkan anak lebih dari seorang.
Artikel yang dimuat Harian Rakyat awal Juni itu ditulis oleh
Song Baicheng, doker yang bekerja pada pusat pencegahan
penyakit di Liaoning, timur laut RRC. Di antara
penyakit-penyakit yang harus diberantas dari seorang calon bayi
antara lain juga hydrocephalus (membesarnya kepala karena
dijejali cairan), tengkorak yang terlalu besar dan terlalu
kecil. Termasuk juga bi-seksualitas.
Dalam tulisan itu dia mengetengahkan berbagai penelitian yang
dilakukan untuk melalui penyakit cacad tersebut. "Penggunaan
alat-alat kontrasepsi selama masa hamil bisa mengakibatkan
lahirnya anak biseksualitas," katanya. Menurut dia kalau janin
sudah diketahui akan berpenyakit, sudah sepantasnya dia
digugurkan saja. Karena akan membawa beban kepada masyarakat.
Tingkat penguguran di RRC memang cukup tinggi. Sekitar 50 sampai
100% dari angka kelahiran. Itu diketahui di daerah-daerah yang
bisa dikunjungi orang-orang asing. Banyak pula laporan yang
menggambarkan bagaimana tertekannya para ibu yang dipaksa untuk
menggugurkan anaknya yang ketiga. Pejabat-pejabat pemerintah pun
tak luput Jari sindiran. Beberapa di antara mereka juga punya
banyak anak.
Terkadang kampanye yang ketat mengakibatkan jatuhnya korban.
Seorang pejabat daerah mengharuskan seorang wanita yang sudah
beranak perempuan 2 orang, menggugurkan saja kandungannya.
Wanita ini melawan. Tapi ketika kandungannya berusia 8 bulan,
karena bujukan suaminya, akhirnya dia setuju dipercepat
kelahirannya. Dan kalau anak itu laki-laki supaya dibiarkan
hidup. Begitu lahir, anak itu benar-benar lelaki. Tapi si
pejabat tak memperkenankan anak itu hidup terus. Ayah dan ibu si
bayi memegangi kaki pejabat seraya meminta supaya anaknya
dibiarkan hidup. Anak itu ternyata meninggal di meja operasi.
Beberapa hari setelah kejadian itu nenek yang kehilangan cucu
laki-lakinya tadi melihat seorang anak laki-laki berusia 4 tahun
bermain-main di tepi kolam. Itu adalah anak laki-laki pejabat
yang memaksakan kematian cucunya. Dengan amarall nenek itu
menangkap anak itu dan melemparkannya ke dalam kolam. Kemudian
ia sendiri menceburkan diri. Dua-duanya mati.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini