Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Maunya Satu Dan Bermutu

Cina sedang mengkampanyekan KB minim, satu keluarga hanya boleh satu anak, dan dianjurkan supaya calon bayi yang cacad/berpenyakitan digugurkan saja. (ksh)

9 Agustus 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DARI RRC bukan hanya berita mengenai rencana peremajaan pimpinan negara itu. Sekarang ini di sana sedang dikampanyekan keluarga berencana minim. Satu keluarga hanya satu anak. Surat kabar Harian, Rakyat 8 Juni malahan menganjurkan supaya calon bayi yang bakalan berpenyakitan digugurkan saja. Misalnya penyakit hemofilia (gampang terjadi pendarahan), bodoh dan buta warna. "Terlalu sedikit yang kita kerjakan untuk mengangkat kualitas penduduk," kata koran itu. Tempo hari, RC sudah mengembangkan penelitian untuk mengetahui jcnis kelamin janin pada masa-masa permulaan kandungan. Kelahiran anak lakilaki atau perempuan disesuaikan dengan keadaan daerah setempat. Untuk daerah yang membutuhkan tenaga kerja laki-laki, maka janin yang diduga berkelamin perempuan segera digugurkan. Sekarang sarjana-sarjana di RRC mencurahkan minatnya untuk mengembangkan teknik pengenalan gene yang tidak normal untuk mencegah lahirnya anak-anak cacad bawaan. Kesan ini diperoleh Dr. Richard Ross, Rektor John Hopkins Medical School dari Amerika Serikat. "Sejak warga masyarakat hanya diperkenankan punya anak satu, kami ingin kepastian bahwa anak satu-satunya itu adalah anak yang baik," ujar sarjanasarjana RRC kepada Richard Ross yang melawat ke sana belum lama ini. Rencana KB RRC untuk mencegah jangan sampai penduduk negara itu melewati angka 1 milyar dengan penekanan satu keluarga satu anak dan bermutu, masih punya kelemahan. Belum ada peraturan yang mendukungnya. Lagi pula banyak ,oenduduk yang keberatan karena ada kemungkinan "nama keluarga" akan hilang kalau anak satu-satunya itu ternyata perempuan. Salah-salah akan menggoyahkan kepercayaan masyarakat terhadap partai komunis yang berkuasa. "Tiap anakku lahir lebih cantik dari pada yang lahir sebelumnya," kata seorang pegawai barlk dati Provinsi Zhejiang. Kata-kata itu dikutip Harian Rakyat untuk menunjukkan bahwa rencana itu belum final dan diskusi di kalangan pimpinan partai masih berlangsung. Tapi di beberapa daerah, seperti biasa penguasa setempat sudah mengenakan ancaman ekonomi terhadap keluarga yang melahirkan anak lebih dari seorang. Artikel yang dimuat Harian Rakyat awal Juni itu ditulis oleh Song Baicheng, doker yang bekerja pada pusat pencegahan penyakit di Liaoning, timur laut RRC. Di antara penyakit-penyakit yang harus diberantas dari seorang calon bayi antara lain juga hydrocephalus (membesarnya kepala karena dijejali cairan), tengkorak yang terlalu besar dan terlalu kecil. Termasuk juga bi-seksualitas. Dalam tulisan itu dia mengetengahkan berbagai penelitian yang dilakukan untuk melalui penyakit cacad tersebut. "Penggunaan alat-alat kontrasepsi selama masa hamil bisa mengakibatkan lahirnya anak biseksualitas," katanya. Menurut dia kalau janin sudah diketahui akan berpenyakit, sudah sepantasnya dia digugurkan saja. Karena akan membawa beban kepada masyarakat. Tingkat penguguran di RRC memang cukup tinggi. Sekitar 50 sampai 100% dari angka kelahiran. Itu diketahui di daerah-daerah yang bisa dikunjungi orang-orang asing. Banyak pula laporan yang menggambarkan bagaimana tertekannya para ibu yang dipaksa untuk menggugurkan anaknya yang ketiga. Pejabat-pejabat pemerintah pun tak luput Jari sindiran. Beberapa di antara mereka juga punya banyak anak. Terkadang kampanye yang ketat mengakibatkan jatuhnya korban. Seorang pejabat daerah mengharuskan seorang wanita yang sudah beranak perempuan 2 orang, menggugurkan saja kandungannya. Wanita ini melawan. Tapi ketika kandungannya berusia 8 bulan, karena bujukan suaminya, akhirnya dia setuju dipercepat kelahirannya. Dan kalau anak itu laki-laki supaya dibiarkan hidup. Begitu lahir, anak itu benar-benar lelaki. Tapi si pejabat tak memperkenankan anak itu hidup terus. Ayah dan ibu si bayi memegangi kaki pejabat seraya meminta supaya anaknya dibiarkan hidup. Anak itu ternyata meninggal di meja operasi. Beberapa hari setelah kejadian itu nenek yang kehilangan cucu laki-lakinya tadi melihat seorang anak laki-laki berusia 4 tahun bermain-main di tepi kolam. Itu adalah anak laki-laki pejabat yang memaksakan kematian cucunya. Dengan amarall nenek itu menangkap anak itu dan melemparkannya ke dalam kolam. Kemudian ia sendiri menceburkan diri. Dua-duanya mati.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus