Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bayangkan bila pada paha bagian bawah kaki kiri Anda menempel tumor ganas alias kanker sarkoma sebesar sebongkah tempe mentah. Tonjolan itu berukuran 20 x 15 x 5 sentimeter kubik. Sakitnya minta ampun. Menurut penderitanya, rasanya seperti luka terbuka ditaburi pasir, lalu digosok-gosok.
Namun itu bukan lagi ancaman bagi Marina, 49 tahun, yang mengidapnya. Dia bahkan tertawa-tawa saat ditemui Tempo, Kamis dua pekan lalu, di ruang informasi Rumah Sakit Gading Pluit, Kelapa Gading, Jakarta. Sebab, ibu tiga anak ini sudah mendapat terapi terbaru untuk membabat kankernya: cryosurgery therapy.
Prinsipnya, terapi ini membunuh sel-sel kanker menggunakan suhu ekstradingin untuk membekukan (freezing), lalu mencairkan (thawing)-nya. Pembekuan menggunakan gas argon atau nitrogen. Untuk thawing, dipakai helium. Tiga kali sudah Marina menjalani terapi itu. ”Kini nyerinya sudah hilang. Kaki juga jadi enteng buat jalan.”
Terapi beku (cryosurgery therapy)untuk kanker ini dibahas dalam acara 4thRecent Advances in Cancer Diagnosis & Therapy, di RS Gading Pluit pada 7 Mei lalu. Topik ini dibahas ahlinya, Profesor Lizhi Niu, Presiden RS Kanker Fuda, Guangzhou, Cina. Di rumah sakit tersebut, terapi beku dilakukan sejak 2000 atas 5.000 pasien dengan lebih dari 34 jenis kanker berbeda, antara lain kanker hati, paru, ginjal, prostat, ovarium, dan sarkoma. Sebelum digunakan untuk cryosurgery, argon dan helium lazim dipakai pada terapi penyakit kulit, yaitu sejak 1907.
”Cryosurgery merupakan harapan baru pasien kanker,” kata Niu. Apalagi terapi konvensional, seperti pembedahan, kemoterapi, atau radioterapi, tak selalu bisa diandalkan menaklukkan kanker. Sel kanker pada separuh pasien yang ditangani dengan terapi konvensional tumbuh lagi, dan mengakibatkan kematian. Dengan terapi beku yang tepat sasaran—langsung mengarah pada sel-sel kanker, dan tidak mengganggu sel-sel sehat—kekambuhan bisa dihindari semaksimal mungkin.
Cryosurgery sudah dua tahun dipraktekkan di Rumah Sakit Gading Pluit. Terapi beku ini juga dilakukan Darmawan Ismail, dokter ahli bedah toraks kardiovaskuler, di RS Islam Yarsis, Surakarta, Jawa Tengah, sejak 10 bulan lalu. Hingga saat ini sudah ada 15 pasien kanker paru stadium lanjut yang ia tangani.
Terapi beku juga akan diterapkan di RS Kanker Dharmais, Jakarta. Walta Gautama, dokter spesialis bedah onkologi di Dharmais, menyatakan pihaknya berencana membeli alat cryosurgery. Jika selama ini Dharmais belum menerapkan cryosurgery, kata Walta, ”Itu karena terapi ini belum menjadi terapi standar kanker internasional.”
Standardisasi memang penting, tapi harapan sembuh penderita kanker mendorong mereka selalu mencari terapi terbaru dan terandal. Menurut Barlian Sutedja, dokter spesialis bedah, yang juga Direktur Utama RS Gading Pluit, hingga kini dia dan tim sudah menangani 36 pasien dengan empat jenis kanker, yakni paru, ovarium, hati, dan sarkoma. Terapi beku dipilih lantaran kanker sudah tak bisa dioperasi. Penyebabnya, sel-sel kanker menempel pada organ atau struktur penting di dalam tubuh, seperti saraf atau pembuluh darah besar. Atau sel-sel jahat itu sudah menyebar ke tempat-tempat lain (metastasis). ”Bisa juga karena pasien takut operasi,” kata Barlian. Ya, terapi beku ini memang cocok untuk Marina, yang takut dibedah.
Sebelum mendapat terapi beku, menurut Pujo Astowo, dokter spesialis paru anggota tim cryosurgery RS Gading Pluit, Marina lebih dulu harus menjalani dua kali terapi trans arterial chemotherapy infusion (TACI). Ini adalah terapi dengan menyuntikkan sejumlah obat kemo langsung ke tempat tumor bercokol sehingga meminimalkan kemungkinan merusak sel-sel sehat. Obat kemo disuntikkan melalui pembuluh darah, yang memasok makanan ke sel-sel kanker.
Setelah terapi pertama beres, Marina menjalani terapi beku. Menurut Pujo, dokter menembakkan argon melalui jarum atau probes pada massa tumor di paha kiri Marina. Sepuluh menit setelah itu, terjadilah penurunan suhu hingga mencapai minus 160 derajat Celsius dan terbentuklah bola-bola kristal es di sekitar jarum. Lalu, dilakukan thawing. Dokter membuat sayatan kecil—0,5 sentimeter—pada tumor
Tiga kali menjalani terapi beku ditambah belasan tusukan jarum, tumor di paha Marina masih keras. Karena itu, Pujo berencana menembakkan argon dingin sekali lagi agar massa tumor tersebut rontok dan lumer laiknya bubur, seperti dialami pasien sebelum Marina. ”Kalau sudah lumer, massa tumor di paha Marina, yang diperkirakan sampai seliter, harus dikuras lewat operasi,” kata Pujo.
Menurut Barlian, untuk mendapatkan hasil lebih baik, cryosurgery perlu dikombinasikan dengan terapi lain, seperti TACI. Terapi beku acap kali juga digabung dengan pembedahan. Namun, bila kanker sudah tak bisa dioperasi, sel kanker yang sudah beku dan mati itu tak perlu diangkat karena akan hancur sendiri dan diserap perlahan oleh tubuh melalui pembuluh darah.
Efek samping? Pasti ada. Menurut Pujo, bisa saja timbul infeksi akibat tusukan jarum. Namun hal itu bisa diantisipasi dengan pemberian antibiotik. Atau, saat penanganan pasien kanker paru, ada cairan yang masuk ke paru karena es yang mencair. Namun, dengan slang kecil, air tersebut bisa dibuang. Selama menangani 36 pasien dengan cryosurgery, ”Belum pernah terjadi efek samping serius,” kata Pujo.
Sedangkan biaya untuk terapi canggih seperti cryosurgery tentu tak murah. Marina menghabiskan sekitar Rp 100 juta untuk terapi beku, belum termasuk pembedahan—yang menunggu sel lumer menjadi bubur. Namun angka itu dinilai lebih murah dibanding terapi herbal yang ditawarkan sebuah pusat layanan kanker ala Cina di Jakarta. ”Mereka minta Rp 120 juta lebih untuk biaya setahun dan harus dibayar di muka. Padahal hasilnya belum ketahuan seperti apa,” kata Marina.
Toh, biaya tak menjadi masalah karena Marina sudah bisa tertawa lebar meski tumor ganas itu belum lumer. Rasa kecewa Marina, yang sudah menjalani pola hidup sehat dan merasa tak memiliki bakat kanker dari keluarga tapi masih terjangkit sarkoma, juga perlahan pupus. Harapan sembuh total setelah terjangkit tumor ganas sejak Mei tahun lalu pun makin pasti.
Dwi Wiyana
Bukan Bola Es Biasa
Inilah proses cryosurgery yang sudah dan akan dijalani Marina.
- Jarum berisi gas argon dingin menembus2 massa tumor sarkoma.
- Ujung jarum membentuk bola es.
- Massa tumor sarkoma kendur dan lumer seperti bubur. Kemudian massa tumor dibedah dan diangkat dan selanjutnya area operasi dijahit sehingga kembali normal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo