DAERAH Cimanggis masih menghijau. Tapi sumur pompa union
Carbide Indonesia sudah setahun menganggur. Buruh pabrik
baterai di tepi jalan Jakarta-Bogor itu tak pernah meminum air
dari situ lagi. Soalnya air di bawah perut pabrik tersebut
mengandung racun mercury.
Ditemukannya racun itu agak terlambat, karena pabrik tadi sudah
mulai bekerja sejak 1972. Kisah pemergokan racun kimia itu
dimulai sejak pertengahan 1977 ketika dr Meiar B. Sjafei
berpraktek di situ. Ke mejanya banyaklah pasien yang datang
mengeluh tentang sakit pinggang. Ada juga yang mengadu kencing
mereka bercampur darah.
Untuk sakit pinggang, semula dianggap sebagai akibat terlalu
beratnya pekerjaan yang harus mereka pikul. Maklum lembur sampai
6 atau 8 jam sehari. Tapi kalau sudah ada yang mengatakan buang
hajat kecil bercampur darah, tentu ada sesuatu yang gawat.
Ketika diadakan general check-up untuk seluruh karyawan yang
berjumlah 800, ditemukan 402 di antara mereka membawa kelainan
pada ginjalnya. Dari pemeriksaan kencing dan darah diketahui
organ tubuh itu rusak dan ada yang sudah menyimpan batu.
Bocor
Zat kimia mercury yang digunakan sebagai salah satu bahan baku
pembuatan baterai lantas dicurigai sebagai biang keladi
penyakit. Contoh air dari sumur dan tempat penampungan dikirim
ke laboratorium Pusat Bina Higene Perusahaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (Hiperkes). Air itu juga dilayangkan ke sebuah
laboratorium di Amerika Serikat termasuk contoh air sumur
penduduk di sekitar. Hasilnya air minum itu mengandung 0,014 PPM
(baglan persejuta). Yang berarti sudah melebihi ambang batas
0,005 PPM. Artinya jumlah mercury sudah bisa mengaliibatkan
keracunan. Sedangkan air sumur penduduk menunjukkan 0.
Sejak hasil penelitian itu sampai ketangan pimpinan perusahaan,
maka sumur pompa itu dipantek mati. Modal kerja, jadi bertambah
karena harus membeli air bersih dari luar. Dokter kita sendiri
menurut kabar mengajukan berbagai usul untuk melindungi
kesehatan para buruh. Ia antara lain mengusulkan agar alat
penyedot debu dalam ruangan pencampur bahan kimia, -- yang
sedang rusak upaya diperbaiki dan dijalankan kembali.
Ia juga mendesak agar lembur ditiadakan. Padahal menurut seorang
manager, buruh sangat senang dengan tambahan penghasilan.
Akibatnya niat baik Meizar dianggap ngawur--' bahkan ada buruh
yang ikut tak senang.
Kisah dari pabrik baterai Cap Kucing di Km 29 itu, akhirnya
bocor juga. Ketua Umum Federasi Buruh Seluruh Indonesia, Agus
Sudono di President Hotel, 1 September, mengeluh kepada wartawan
mengenai perlakuan pabrik tersebut. "Saya sedang menunggu
laporan terperinci mengenai kasus Union Carbide ini," katanya
kepada TEMPO.
Seorang buruh mengaku pernah diharuskan menelan obat ginjal yang
bernama Batugin Elexir. "Untuk mencegah supaya tidak kena sakit
ginjal," katanya. Cipta, ketua serikat buruh di pabrik itu
mengakui banyak di antara anak buahnya yang menderita penyakit
ginjal. "Tapi itu dulu. Setahun yang lalu. Sekarang sudah tak
ada lagi. Setelah pabrik membeli air minum dari luar,"
ceritanya.
Menurut pimpinan buruh itu pernah ada dua orang yang terpaksa
dirawat di rumahsakit. Abdulrahmat dan Tatang, demikianlah
nama-nama mereka, semula akan menjalani operasi. Tapi dokter
membatalkannya, karena dengan ohat-obatan saja batu ginjal itu
sudah terlontar ke luar.
Minamata
"Jaminan kesehatan di sini termasuk yang terbaik," ujar dr
Sukardi yang sekarang menangani masalah kesehatan di UCI setelah
Meizar B. Sjafei mengundurkan diri.
Secara pasti belum ada yang bisa menyatakan dari mana asal
polusi air di sekitar pabrik baterai tadi. "Tapi dihitung secara
bodoh saja, saya yakin dari mercury yang digunakan oleh pabrik
sendiri," jawab dr. 1. Darmansjah, kepala bagian farmakologi,
Universitas Indonesia. Perhitungan ini diperkuat lagi dengan
teguran yang pernah disampaikan Hiperkes Jawa Barat terhadap
pabrik tadi, bahwa sudah saatnya untuk mengatur air buangan dari
pabrik itu dengan baik. Sebab dikhawatirkan air pembilasan
lantai menyerap ke dalam tanah.
1. Darmansjah ingin benar untuk mengetahui hasil penelitian.
Soalnya perlu diketahui apakah mercury yang mencemari pabrik itu
jenis organic atau unorganic. Kalau organik, dalam jumlah yang
tinggi dia bisa menyerang otak, mengakibatkan kejang-kejang dan
pingsan. Kalau allorganik memang hanya akan menyerang ginjal.
Ia menganggap pencemaran mercury sangat berbahaya. Penduduk
Jepang di Minamata pernah sengsara dibuatnya. Mereka yang
memakan ikan di teluk Minamata yang sudah tercemar melahirkan
anak cacad dan otak mereka rusak. Tingkat pencemaran ketika itu
sudah mencapai 40 PPM. Atau sekitar 2000 kali yang terdapat di
pabrik baterai di Cimanggis itu.
Untuk mengetahui tingkat keracunan yang sedang diderita buruh di
pabrik itu, I. Darmansjah mengusulkan agar diadakan pemeriksaan
yang teliti. Rambut, katanya, merupakan indikator yang paling
tepat. Incator exposure dari rambut antara 230 sampai 280 kali
lipat dibandingkan dengan pemeriksaan melalui darah. "Saya
usulkan agar contoh rambut mereka bisa diteliti. Alatnya memang
tak ada di sini. 'rapi saya sanggup mengurusnya," katanya
bersemangat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini