AWAL heboh Interlukin-2, yang belakangan ini menjadi bahan pemberitaan di mana-mana, sebenarnya sebuah percobaan kecil yang rutin saja di Institut Kanker Nasional, Maryland, Amerika Serikat. Penelitinya sendiri, Steven A. Rosenberg, sangat terkejut melihat reaksi masyarakat. "Masih terlalu prematur untuk menyebutkan Interlukin-2 berhasil menyembuhkan kanker," katanya di majalah Time. Ia sendiri berpendapat, percobaan Interlukin-2 hanyalah bagian dari percobaan mengembangkan sistem pertahanan tubuh dalam menaklukkan kanker - percobaan yang sudah lama berlangsung. Percobaan yang dilakukan Rosenberg terjadi November tahun lalu. Ia memang mencobakan Interlukin-2 pada 30 pasien kanker yang sudah kritis. Dua di antaranya disebutkan ternyata bisa bebas dari kanker. Sementara itu, tumor pada 13 pasien lainnya menyusut dan tak berkembang lagi, paling tidak sampai sebulan kemudian. Total, percobaan itu disebutkan berhasil pada 10%-15% penderita. Tapi, kesembuhan ini, menurut para klinisi yang melakukan percobaan, sebenarnya masih harus dimonitor selama 5-10 tahun. Di samping itu, seperti ditekankan Rosenberg, percobaan itu sama sekali tak membuahkan kesimpulan, berapa dosis Interlukin-2 yang harus diberikan dan apakah pemberiannya reguler atau hanya satu kali. Semua kesimpulan itu sangat penting bagi penegakan sebuah terapi. Pada percobaan November lalu itu, Rosenberg mencobakan sistem yang disebutkannya sebagai penerapan sistem imunoterapi. Percobaan itu, pada mulanya, merupakan pengambilan sekitar 10 milyar sel darah putih dari para penderita kanker. Sel-sel ini kemudian dikembangkan di luar tubuh dalam inkubator - dengan menambahkan Interlukin-2. Dari pengembangan di luar tubuh itu didapatlah sel-sel pembunuh kanker yang tangguh. Sel-sel inilah yang kemudian disuntikkan kembali ke tubuh pasien. Menurut majalah Fortune, percobaan yang sama telah pula dilakukan di Italia dua tahun lalu terhadap enam pasien kanker gawat. Namun, hasilnya tak sepenuhnya diketahui, kecuali dikabarkan ada hasil-hasil positif. Apa, sih, Interlukin-2 pada dua percobaan itu? Interlukin adalah salah satu zat yang terdapat pada limfokin yang diproduksi sel-sel darah putih. Limfokin (lymphokines) sendiri berasal dari gabungan dua kata: limfosit (sel darah putih) dan kinein (berasal dari kata dalam bahasa Yunani, yang berarti: bergerak). Maka, limfokin, tak lain zat pada sistem pertahanan tubuh (kekebalan) yang bergerak dari satu sel ke sel yang lain, memberitakan adanya ancaman, dan kemudian mengerahkan pertahanan tubuh. Di sekitar tahun 1950, beberapa ilmuwan sudah menemukan unsur-unsur penting pada limfokin itu, yaitu interferon alfa dan gama. (TEMPO, 13 April 1985). Di tahun 1980-an, interferon bahkan dicobakan untuk mengatasi kanker. Juga diproduksi melalui rekayasa genetika. Di tahun 1985, salah satu percobaannya dinyatakan positif di Prancis. Bila dalam percobaan interferon kelompok jenis alfa dan terutama gama yang diutamakan, maka percobaan lain, yang menekankan kelompok jenis alfa dan beta, membuahkan penemuan zat yang disebut Interlukin-1. Inilah yang kemudian membuahkan penemuan Interlukin-2. Baik Interlukin-1 maupun Interlukin-2 adalah bagian dari Sel-T (sel yang diproduksi di kelenjar timus, yang sangat penting kedudukannya dalam sistem pertahanan tubuh, karena memerintahkan produksi antibodi dan menyerang penyakit). Tapi keduanya memiliki sifat yang berbeda, seolah mewakili dua sifat Sel-T - memerintahkan produksi antibodi dan menyerang penyakit. Interlukin-1 bergerak dari satu sel ke sel lainnya, memberitakan adanya serangan virus atau bakteri: Seperti kurir, menyarankan sel-sel di sekitar sel sakit membangun pertahanan (melingkupi diri dengan semacam protein) agar inti sel tidak diduduki virus dan dimanfaatkan untuk memproduksi virus-virus baru. Interlukin-2 bergerak lebih aktif. Ia merangsang pertumbuhan sel-sel-T pembunuh. Dan inilah yang dicobakan Rosenberg, dalam arti, semakin banyak Interlukin-2 dalam tubuh semakin banyak pula sel-T pembunuh diproduksi. Penambahan Interlukin-2 dilakukan dengan menyuntikkannya ke dalam tubuh. Percobaan Interlukin-1 maupun Interlukin-2 tentunya tak lepas dari percobaan mengatasi kanker dengan sistem pertahanan tubuh, yang termasuk percobaan paling mutakhir di dunia kedokteran. Ini hendaknya dibedakan dari pengobatan cara konvensional: dengan obat, radiasi, dan pembedahan. Kerugian dari cara-cara konvensional, radiasi umpamanya, akan merusakkan pula sel-sel sehat di sekitar sel kanker Kerusakan sel-sel itu bukannya tak mungkin menimbulkan sel-sel kanker baru. Sementara itu, obat-obat keras untuk kanker ditemukan pula menekan daya tahan tubuh. Maka, penggunaan obat sering kali malah menimbulkan perambatan kanker di tempat lain. Mengatasi kanker dengan mengembangkan sistem pertahanan tubuh menghindari akibat-akibat buruk pengobatan konvensional itu. Sel-sel kanker bisa dibunuh, tanpa mengganggu sel-sel di sekitarnya. Dan di sisi lain, sistem pertahanan tubuh sendiri tak terganggu. Namun, menurut Rosenberg, sementara ini dampak samping pengobatan konvensional dan penggunaan Interlukin praktis masih sama. Masih banyak dampak samping Interlukin-2, seperti pembengkakan, demam, radang pada otot, belum bisa diatasi. "Karena itu, hasil Interlukin-2 masih perlu ditunggu, jangan sebut tahun 1985 sebagai tahun Interlukin-2 menyembuhkan kanker," ujar peneliti itu. Sementara itu, para klinisi memperkirakan baru sekitar tahun 1988 Interlukin-2 mendapat izin produksi, walau sejumlah perusahaan yang memiliki perangkat bioteknologi sudah siap memproduksinya. Memang, dengan memanfaatkan bakteri melalui rekayasa genetika, yaitu rekombinasi DNA (bagian penting inti sel) Interlukin-1, Interlukin-2, maupun interferon bisa diproduksi dalam jumlah banyak. Jim Supangkat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini