SIAPA bilang botak itu penyakit. Cuma memang ada yang merasa
kurang lengkap kalau rambut di kepalanya rontok. Mayor Awy dari
Pusat Sejarah ABRI di Jakarta, misalnya, setelah sekian lama
menderita karena kekurangan rambut, dua tahun yang lalu
berangkat ke sebuah salon di Jalan Gajah Mada, Jakarta.
Salon rambut itu milik seorang Cina asal Medan. Caranya cukup
unik. Berkali-kali dia harus datang ke salon itu untuk
memperoleh rambutnya kembali. "Setiap kali daang, 200 rambut
ditanam di kepala saya," cerita Mayor Awy.
Sebenarnya untuk menutup culah di kepalanya bisa dilakukan
sekaligus. Tapi penanaman rambut itu rupanya membawa penderitaan
khusus buat si pasien. Sakitnya tak kepalang. Sebab
rambut-rambut baru itu ditanamkan dengan menggunakan sebuah
jarum. "Untuk menahan rasa sakit saya diberi obat," katanya.
Dalam beberapa kali penanaman, di kepala Mayor Awy berhasil
ditanam 3000 helai rambut baru. Menghabiskan sekitar Rp 100.000.
Culah di kepalanya sudah tertutup. Ia senang. Beberapa kali dia
dipotret oleh pemilik salon. Tak tahu untuk apa. Tapi malang,
rambut itu hanya bertahan dua bulan. "Jika digaruk atau disisir
rontok kembali," katanya kepada Saur Hutabarat dari TEMPO.
Pantas kalau dia menjadi penasaran. Tapi apa boleh buat.
Kebetulan ketika rambut-rambut itu rontok dia sedang tugas
belajar di Bandung. Sekembalinya ke Jakarta, salon milik Cina
itu langsung dia cari. "Untuk mempertanggungjawabkan
pekerjaannya. Lagi pula saya khawatir potret saya yang dia ambil
dulu dijadikan propaganda."
Tapi yang diuber sudah pindah alamat. Dari alamat terakhir di
Jalan Batutulis, Cina itu sudah minggat pula entah ke mana.
"Sampai sekarang belum bertemu," kata Awy.
Usaha penanaman rambut rupanya bukanlah tipu daya orang-orang
yang mencari untung. Dokter-dokter ahli penyakit kulit dan
kelamin yang mengkhususkan diri dalam kosmetika juga
melakukannya. Rambut itu ditanam dengan kedalaman 3 sampai 4 mm.
Cuma untuk mencapai hasil yang memuaskan, sistem penanaman
"dikombinasikan pula dengan transplantasi" seperti yang
dikatakan dr. I. Gusti Agung K. Rata dari Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo. Tapi menurut dokter ini "transplantasi yang lebih
baik". Rambut lengkap dengan kulit kepala dari bagian belakang
telinga dipindahkan ke bagian yang gundul. Di negara-negara maju
cara ini gampang ditempuh orang. "Di sini baru pada taraf
percobaan," kata dr. Rata.
Tapi untuk mengatasi botak banyak cara: Sebab penyebabnya juga
rupa-rupa. Bisa karena faktor keturunan, karena tekanan mental.
Juga disebabkan oleh penyakit seperti lepra, sipilis dan tifus.
Kalau kelenjar pertumbuhan terganggu rambut juga bisa gundul.
Kalau begini biasanya diatasi dengan pemberian hormon. "Yang
jelas tak ada obat untuk semua botak," ulas dr. Rata.
Pasaran untuk penanggulangan "penyakit" gundul ini rupanya cukup
luas. Tak heran beberapa pihak mencoba peruntungan di sini.
Pertengahan November 1980 PT Groom membuka salon botak dengan
sistem weaving di lantai 11, Hotel Jayakarta Tower, Jakarta
Utara.
Di situ nangkring Nyonya Catarine Meyer yang siap melakukan
penenunan rambut. Karena dia menggunakan sistem penenunan maka
orang yang botak total tak bisa mendapat perawatan.
Bernapas
Mula-mula kawasan yang botak diukur, seperti penjahit hendak
membuat pola. Setelah diketahui berapa luas kepala yang tak
berambut berikut polanya, dibuatkanlah wig mengikuti pola tadi.
Wig ini kemudian dijalin atau dipintal dengan rambut asli.
"Pintalannya cukup kuat. Dijamin tidak copot meski dipakai
berenang atau menunggang kuda," ucap Jacob Sollu, direktur salon
pemintalan buat kaum botak itu.
Selain memintal, salon ini juga memberikan pengobatan pencegahan
kerontokan rambut dengan alat kosmetika, seperti shampoo. Yang
agak berabe, menurut Jacob Sollu, kalau rambut orang yang culah
keriting. Rambut bisa campur aduk, karena sulit mencari rambut
keriting Rambut lurus gampang. Kalau yang pirang bisa diimpor
dari Singapura.
Kalau si pemakai tak betah dengan pintalan yang tertempel di
kepalanya, tak ada jalan lain dia harus tergantung pada salon.
Karena alat untuk memasang dan menanggalkannya menggunakan alat
khusus. "Hanya kami yang bisa melakukannya," kata Jacob.
Soal tarif dia tak bersedia mengatakan. Karena tergantung pada
jumlah, jenis dan gaya pintalan yang diminta. Tapi bisa
dibayangkan. Bahan baku berupa rambut 'kan bukan sedikit.
Sedangkan yang mengerjakan orang yang lama belajar di Jerman.
Jika anda berminat memintal rambut -- untuk membungkus
kekurangan yang barangkali buat orang lain malahan mengesankan
-- ada baiknya mendengar dr Rata, ahli kulit "Kulit kepala itu
bernapas. Mengeluarkan bahan-bahan seperti keringat dan
sisa-sisa pembakaran badan. Kalau fungsi itu dihalangi tentu ada
akibatnya."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini