Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Mencari resep Nabi Nuh

Diet khusus berkalori rendah melipatgandakan usia tikus. sedangkan khasiatnya pada manusia masih harus dibuktikan. beberapa ahli terus meneliti diet khusus utnuk memperpanjang usia manusia.

12 Mei 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

USIA kelananya di bumi 950 tahun. Sepanjang usianya itu, dia terus berdakwah di tengah kaumnya. Dialah Nabi Nuh, seperti dikisahkan Quran dalam surat al-Ankabut (ayat 14). Namun, agaknya Dokter Roy Walford bukan mau meniru Nabi Nuh sehingga bercita-cita semuluk itu untuk mencapai usia panjang. Kecuali, berkat diet khusus, pria setengah umur dan profesor patologi pada Fakultas Kedokteran Universitas California di Los Angeles ini berharap bisa hidup 105 tahun lagi. Ini bukanlah pernyataan seorang penjual obat di pinggir jalan. Kendati Sang Nabi dikaruniai hidup uzur berkat mukjizat Tuhan, segelintir ahli di Barat sudah sejak tahun tiga puluhan menduga umur panjang berkaitan dengan makanan. Misalnya, eksperimen di National Toxicology Laboratory di Little Rock, Amerika Serikat, menepis dugaan yang ada. Sekitar 30 ribu tikus putih menerima makanan dengan kalori 40% lebih rendah dari kadar yang didapat dalam kehidupan liar. Seharusnya, tikus-tikus yang diperkirakan sudah di liang kubur pada umur 30 bulan itu malah masih lincah dan bugar sampai umur 60 bulan. Menurut penelitian, bukan saja tikus-tikus yang warna bulunya tetap mengkilap itu kelihatan "awet muda", tapi mereka hampir tidak pernah mati akibat penyakit ginjal atau jantung. Kanker, bila ada, baru tumbuh menjelang akhir hayat tikus. "Kematian mereka hampir tanpa sebab," ujar dr. Edward Masoro, fisiolog pada Pusat Ilmu Pengetahuan Kesehatan Universitas Texas, kepada harian The New York Times, 17 April lalu. "Ketika kami bedah, tubuh tikus-tikus itu bersih dari segala penyakit." Rahasia terletak pada komposisi makanan yang dicerna. Peneliti menjelaskan, tidak menjadi soal apakah lemak atau karbohidrat yang menjadi unsur utama diet khusus tadi. Yang lebih penting: menjaga kadar protein, vitamin, dan mineral yang diberikan pada ambang batas gizi yang diperlukan. Pengaruh pada umur terletak pada kegiatan makan itu sendiri. Glukosa hasil metabolisme dari karbohidrat pada makanan merupakan "bahan bakar" utama sel binatang. Tapi glukosa "liar" juga bersifat merekat enzim dan protein. Akibatnya, pembuluh darah dan ginjal bisa tersumbat. Tikus-tikus dengan diet khusus mengalami hidup lebih panjang, karena kadar glukosa mereka lebih rendah dibanding tikus lain. Dr. Byung Pal Yu dari Universitas Texas mengungkapkan, kalori rendah membuat zat-zat tubuh lebih ulet. Enzim penawar racun metabolisme, misalnya, bekerja 70% lebih aktif pada penerima diet khusus. Sementara itu, enzim yang bertugas memperbaiki DNA bekerja lebih cepat, sehingga molekul yang rusak tidak sempat berkembang menjadi kanker. Timbul dugaan, tikus dengan diet khusus sebetulnya tidak hidup lebih panjang. Bahkan tikus yang makan sesukanya hidup lebih pendek. "Diet khusus membatasi dampak-dampak sampingan metabolisme yang merusak jaringan sel tubuh," demikian penjelasan Dokter Torturro dari National Toxicological Research Center di Arkansas, AS. Para biolog telah membuktikannya: spesies dengan metabolisme tinggi mati lebih cepat ketimbang spesies yang mempunyai metabolisme rendah. Bukti lain, lalat yang disimpan pada suhu 18 derajat C -- sehingga tingkat metabolisme tubuhnya menjadi rendah -- hidup dua kali lebih panjang daripada lalat pada suhu 30 derajat C. Namun, manusia bukanlah lalat. Hingga saat ini, diet khusus memang baru terbukti untuk makhluk tingkat rendah seperti protozoa, cacing, ikan, dan tikus. Spesies berumur pendek tersebut, menurut dr. Roth di National Institute on Aging, memiliki mekanisme yang memungkinkan mereka terus hidup, kendati kekurangan makanan. "Berbeda dengan monyet dan manusia, yang memang sudah diberkahi umur panjang dan tingkat kesuburan tinggi," katanya. Karena itu, peneliti menegaskan, diet yang diberikan kepada binatang cobaan tidak mudah diterjemahkan ke takaran yang sehat untuk manusia. "Selama belum ada penelitian lebih lanjut, saya tidak menganjurkan diet berkalori rendah ini dicoba manusia," ujar Torturro. Sementara itu, pengujian terhadap makhluk yang mendekati sifat manusia -- seperti monyet rhesus -- masih menunggu hasil. Tanpa diet khusus pun, monyetmonyet ini bisa hidup sampai umur 35 tahun. Sedangkan Dokter Roy Walford, yang tak sabar menunggu itu, selama lima tahun terakhir membatasi makanannya menjadi 2.000 kalori per hari. Padahal, rata-rata manusia makan 2.500 kalori per hari. Entahlah hasilnya. Yang jelas, rekan-rekan sejawatnya cemas melihat tubuh pelopor ilmu dietetik itu semakin menyusut. Karena itu, beberapa peneliti cenderung memberi tekanan pada kualitas ketimbang kuantitas hidup: mengisi umur, dan bukannya memperpanjang. Itu filsafat yang dihayati dr. Arnold Scheibel dari Universitas California, karena zaman Nabi Nuh memang sudah tinggal ayat di kitab suci saja. Menurut dia, anugerah hidup bermuara kepada eksistensi yang berarti dan penuh tantangan secara intelektual. Dalam pada itu, pernikahan yang bahagia, antara lain, juga memberi khasiat umur panjang. Seperti diuraikan dr. Vincent Cristofalo di Lembaga Manusia Lanjut Usia pada Universitas Pennsylvania, hidup berlama-lama cuma dalih untuk "menjamin kelangsungan hidup anak-anak kita dan menyaksikan mereka melahirkan generasi yang berikutnya". "Aku ingin hidup seribu tahun lagi". Tapi keinginan penyair itu, Chairil Anwar, tak terpenuhi. Ia mati dalam umur 26 tahun. Sedangkan Albert Einstein tutup usia tidak lebih tua seandainya dibandingkan dengan kebanyakan manusia lain. Bila ada persamaan antara kedua tokoh tersebut, hal itu adalah pengembaraan yang ditandai oleh kreativitas dan karya. Einstein dan Chairil Anwar memang terus "hidup". Lama setelah kerut-kerut di wajah kita berhenti menjadi suatu persoalan. Yudhi Suryoatmodjo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus