Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Mendiagnosis Migrain Lebih Akurat

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menemukan metode baru mendiagnosis migrain. Memanfaatkan ultrasonografi Doppler.

21 Januari 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Mendiagnosis Migrain Lebih Akurat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sakit kepala sebelah bukan perkara sepele bagi Indah. Gara-gara sakit kepala pula, dokter yang menanganinya sampai pernah menyarankan dia ke psikiater. "Karena sering banget sakit kepala sebelah, tapi dokter tak menemukan penyebab pastinya," kata Indah, 32 tahun, Kamis dua pekan lalu.

Indah memang kelewat akrab dengan nyeri kepala sejak duduk di sekolah menengah pertama. Ia bisa merasakan sakit kepala sampai tiga kali sepekan. Saat kumat, mendengar suara atau melihat sinar matahari saja, kepalanya nyut-nyutan, apalagi kalau belajar. Jika sudah begitu, ia hanya ingin tidur tanpa cahaya dan suara. "Sebulan saya bisa tiga-empat hari bolos sekolah karena sakit kepala," ujar karyawan perusahaan swasta yang tinggal di Jakarta Pusat ini.

Dari dokter spesialis saraf; spesialis penyakit dalam; spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan; sampai psikiater yang dia datangi, tak satu pun memberikan diagnosis yang jelas ihwal penyakitnya. Mereka hanya memberikan obat pereda nyeri jika sakit kepalanya kambuh.

Tapi obat tersebut tak membantu banyak. Kalau serangan sakit kepala datang, Indah tetap merasakan nyeri seharian. Karena lelah, ia berhenti ke dokter saat kuliah. "Toh, saya juga enggak mendapat sesuatu di sana," katanya.

Indah akhirnya hanya mengantongi obat sakit kepala ke mana pun ia pergi. Namun makin lama penyakitnya makin menjadi. Kalau sedang sakit, ia bisa minum obat sampai delapan kali sehari.

Sekitar setahun lalu, Indah akhirnya mendapatkan diagnosis yang tepat atas penyakitnya. Tak sampai sepuluh menit, dokter spesialis saraf Salim Haris, yang memeriksanya, menyatakan Indah positif menderita migrain lewat metode baru diagnosis migrain yang ditemukannya. Ia memberikan dua jenis obat pengendali migrain. Dan benar, nyeri yang biasanya menyerang berkali-kali kini hanya dialami paling cepat sebulan sekali. "Saat haid. Itu pun yang biasanya berhari-hari tinggal sakit sehari saja," ujar Indah, riang.

Migrain memang tak gampang didiagnosis. Panduan anamnesis untuk mengenali migrain yang dikeluarkan International Headache Society, perkumpulan ahli sedunia yang menangani nyeri kepala, hanya mampu mendiagnosis satu dari dua penderita. Satu penderita lain bisa tak terdiagnosis atau malah orang yang tak menderita migrain disangka berpenyakit ini. Apalagi banyak orang termakan iklan obat nyeri kepala. "Orang mengira sakit kepala sebelah itu migrain, padahal bisa jadi bukan, atau orang yang sakit kepala dua sisi malah bisa jadi menderita migrain," kata Salim.

Akibatnya, orang yang menderita migrain jadi salah mendapat pengobatan, seperti Indah, atau malah orang yang sebenarnya tak menderita sakit kepala sebelah tersebut diobati dengan obat migrain. Padahal penyakit ini tak bisa disepelekan. Selain menghambat aktivitas penderita, migrain menjadi salah satu faktor risiko stroke.

Migrain terjadi akibat kelainan lapisan pembuluh darah bagian dalam pada otak. Kelainan ini menyebabkan pembuluh darah tak bisa melebardengan maksimal seperti pembuluh darah normal. Saluran yang tak mengembang dengan maksimal ini membuat oksigen yang terangkut oleh darah ke otak juga tak maksimal. Padahal otak adalah bagian terpenting dari tubuh yang bertugas mengatur organ-organ lain.

Akibat kekurangan oksigen ini, kemungkinan kematian sel-sel otak kecil pada penderita migrain lebih besar ketimbang pada orang normal. Kebanyakan kematian sel-sel ini tak terlihat dampaknya. Tapi, kalau yang terkena sel sensitif, bisa fatal. "Misalnya sel di bagian yang mengatur gerakan. Kalau mati selnya, orangnya bisa lumpuh," ujar Kepala Divisi Neurovaskular dan Neurosonologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ini.

Agar diagnosis lebih akurat, Salim membuat metode baru. Ia memanfaatkan ultrasonografi (USG) Doppleruntuk mengetahui kelainan pembuluh darah tersebut.Alat ini akan mengincar satu sel darah merah dan memantau kecepatannya. Makin melesat kecepatan sel darah merah, makin sempit pembuluh darah. Logikanya sama seperti air yang mengalir dari slang: makin ditekan slangnya, air mengalir makin kencang. "Kalau sel darah merahnya larinya cepat sekali, berarti ada penyempitan di pembuluhnya," ucapnya.

USG Doppler cukup ditaruh di pelipis, di dekat bagian atas telinga. Awalnya, pasien diminta bernapas seperti biasa. Alat USG yang ditempelkan di pelipis tersebut akan mengukur kecepatan sel darah merah dalam keadaan normal. Pasien selanjutnya diminta menahan napas selama 30 detik. Karena tak dimasuki oksigen, pembuluh darah akan melebar agar darah yang bertugas menghantarkan oksigen bisa lewat lebih banyak. Terakhir, pasien diminta bernapas dengan cepat untuk melihat penyempitan pembuluh darahnya.

Kecepatan itu dimasukkan ke rumus temuan Salim. Dari sini akan ketahuan apakah orang tersebut benar-benar menderita migrain atau tidak. "Akurasinya sampai 94 persen. Artinya, dari 100 orang, yang terdiagnosis 94 orang," ujarnya.

Kalau rumus ini ditambah dengan anamnesis yang dikeluarkan International Headache Society, akurasinya makin tinggi, sampai 98 persen. Metode ini mengantarkan Salim meraih gelar doktor di Fakultas Kedokteran UI pada awal Januari lalu. Temuan ini mendapatkan hak kekayaan atas intelektual pada 1 Januari 2017, yang berlaku sampai 50 tahun sejak diumumkan.

Menurut Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Aldy Safruddin Rambe, temuan ini jelas akan membuat diagnosis migrain jadi lebih akurat. Tapi, masalahnya, metode ini bergantung pada USG Doppler. "Di Jakarta, alat ini mungkin ada di semua rumah sakit, tapi di daerah belum tentu," kata penguji Salim itu.

Meski demikian, temuan ini bisa menjadi panduan untuk mengatasi migrain. Menurut guru besar ilmu penyakit saraf Fakultas Kedokteran UI, Teguh Asaat Ranakusuma, selain kepada penderita, pemeriksaan metode ini disarankan dilakukan kepada keluarganya. "Karena migrain itu diturunkan," ujar promotor disertasi Salim ini.

Ayah yang menderita migrain akan menurunkan penyakit ini kepada anak perempuannya. Sedangkan ibu yang menderita migrain menurunkan penyakit tersebut kepada semua anaknya. Karena itu, kebanyakan penderita migrain adalah perempuan.

Indah, misalnya, mendapatkan migrain dari ayahnya. "Ayah saya juga menderita migrain. Alhamdulillah, sudah sama-sama bisa mengendalikan," katanya.

Nur Alfiyah


Gejala Migrain

Banyak orang mengira sakit kepala sebelah sebagai migrain, padahal bisa jadi bukan. Sakit kepala sebelah bisa saja sakit kepala jenis lain, misalnya cluster headache. Meski migrain umumnya terjadi pada satu sisi kepala, tak tertutup kemungkinan sakitnya terjadi pada dua sisi kepala. Migrain bisa terjadi dengan beberapa tingkat: prodrome, aura, serangan, dan pasca-drome. Tapi tak semua penderita mengalami tingkatan ini.

1. Prodrome

Terjadi satu-dua hari sebelum nyeri menyerang. Gejalanya antara lain:
- Sembelit l Perubahan mood l Mengidam makanan l Leher kaku l Haus dan buang air kecil meningkat l Sering menguap

2. Aura

Aura merupakan gejala sistem saraf yang terjadi sebelum atau selama migrain. Biasanya berupa gangguan penglihatan, seperti kilatan cahaya atau gelombang. Bisa juga berupa gangguan bicara, menjadi lemah, atau merasa seperti ada yang menyentuh. Namun kebanyakan orang mengalami migrain tanpa aura.
- Serangan

Terjadi 4-72 jam jika tak tertangani.
- Nyeri pada satu atau dua sisi kepala
- Rasa sakit yang terus berdenyut
- Sensitif terhadap cahaya, suara, terkadang bau dan sentuhan l Mual dan muntah
- Penglihatan kabur

3. Pasca-drome

Selama 24 jam setelah serangan, bisa mengalami:
- Kebingungan
- Murung
- Pusing
- Lemah
- Sensitif pada cahaya dan suara

Sumber: Mayo Clinic

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus