Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Asbes sampai saat ini masih digunakan atap rumah bagi sebagian masyarakat Indonesia. Asbes dipilih karena biayanya yang terbilang lebih murah dari genteng dan bahan lainnya. Namun di balik itu semua, asbes dianggap sebagai pembunuh secara diam-diam karena efek sampingnya yang berbahaya bagi kesehatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meskipun asbes dianggap cukup berbahaya, tapi ada beberapa penjelasan mengapa asbes masih dapat dipergunakan. Melansir health.state.mn.us, atap atau dinding berbahan asbes dinyatakan tidak berbahaya semisal kondisnya dalam keadaan baik dan baru. Dengan kata lain bersifat ‘nonfriable’ atau tidak dapat pecah dengan tekanan tangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara penghalang uap seperti kertas justru lebih berbahaya karena dianggap mudah rapuh atau friable oleh tekananan tangan. Adapun berbagai faktor yang membuat atap dengan asbes mudah rapuh sehingga dianggap tidak gembur.
Atap asbes yang rapuh akan menyebabkan pelepasan serat asbes ke udara. Lalu jenis kegiatan seperti memecahkan, mengampelas, memotong, mengebor dan menggergaji material mempermudah penyebaran asbes ke udara.
Asbes yang terhirup ke dalam paru-paru seseorang berpotensi besar menyebabkan penyakit paru-paru, seperti salah satunya asbestosis. Melansir Healthline, asbes yang terhirup ke saluran pernapasan akan tertanam di paru-paru.
Hal tersebut lama-kelamaan akan membentuk jaringan parut yang membuat seseorang sulit untuk bernapas secara normal. Prognosis Anda bervariasi tergantung pada berapa lama dan seberapa banyak Anda terpapar
Seorang pekerja yang sering berhubungan dengan penggunaan asbes lebih tinggi terkena asbestosis. Pekerjaan tersebut di antaranya adalah pekerjaan konstruksi, pertambangan, dan tukang listrik.
Karena itu, untuk mengurangi terpaparnya asbes dalam keseharian, seseorang dapat menghindari penggunaanya atau memakai bahan lain yang sekiranya lebih aman.
Selain itu, perlunya mengecek kembali kondisi kesehatan atap bangunan yang mulai terlihat rapuh. Terkadang atap dan dinding yang mengandung asbes dapat ditutup dengan bahan baru.
FATHUR RACHMAN
Baca juga: Waspadalah, Asbes Bisa Sebabkan Kanker Paru