Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Mengenal Sindrom Visual Snow, Kondisi Munculnya Titik-titik Putih pada Penglihatan

Sindrom visual snow merupakan kelainan neurologis yang membuat pengidapnya seolah melihat titik-titik kecil yang berkedip-kedip dalam bidang visual.

13 Agustus 2022 | 06.44 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi mata sipit. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sindrom visual snow merupakan kelainan neurologis yang membuat pengidapnya seolah melihat titik-titik kecil yang berkedip-kedip dalam bidang visualnya. Sindrom ini mulanya dianggap sebagai bentuk dari migrain, tetapi penelitian telah membuktikan jika ini merupakan kondisi medis yang sama sekali berbeda terkait dengan pemrosesan visual.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Studi peneliti Inggris yang dipublikasikan di Frontiers memperkirakan bahwa 2,2 persen dari populasi dunia bisa jadi terpengaruh sindrom ini. Mayoritas orang dengan sindrom salju visual melihat titik-titik kecil di bidang visual mereka, meskipun mereka tidak memiliki perubahan dalam kemampuan mereka untuk melihat. Bintik-bintik tersebut dapat bertambah buruk setelah menatap layar waktu yang lama atau selama stres.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Melansir Very Well Health, titik-titik ini digambarkan sebagai "salju", efeknya terlihat mirip dengan apa yang mungkin dilihat saat menonton televisi lama. Visual yang terlihat biasanya berwarna hitam dan putih, terkadang juga berkedip, berwarna, atau bahkan transparan.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa gejala-gejala ini tampaknya terjadi di seluruh spektrum gangguan visual snow. Para ilmuwan tidak tahu pasti apa yang memicu sindrom visual snow. Hal ini tampaknya menjadi gangguan neurologis yang kompleks. 

Penelitian telah menunjukkan bahwa pengidap sindrom ini memiliki kelainan otak pada bagian yang disebut lingual gyrus, tepatnya berada di area belakang otak. Karena jalur visual bertemu di lobus oksipital, para ahli berpikir kelainan dalam pemrosesan penglihatan dapat menyebabkan sindrom salju visual.

Sel-sel saraf di otak orang dengan sindrom visual snow bisa jadi menjadi terlalu responsif terhadap rangsangan visual. Sel saraf yang sangat sensitif ini secara keliru mengirimkan sinyal ke otak yang menafsirkannya sebagai gambar nyata.

Secara umum para ahli masih mempelajari cara pengobatan sindrom ini. Hal yang saat ini bisa dilakukan hanyalah sekadar pengobatan gejalanya karena gangguan tersebut tampaknya tidak berkembang atau bertambah buruk seiring waktu. 

Obat-obatan tampaknya belum terlalu efektif dalam mengatasinya. Dalam sebuah tinjauan literatur yang terbit di laman Springer Nature, dari 44 obat berbeda yang coba digunakan untuk mengobati sindrom visual snow, hanya delapan saja yang dapat memberikan efek, itupun hanya sekali. 

Penanganan dengan stimulasi magnetik transkranial (TMS) yang telah banyak diterapkan pada sejumlah penderita alzheimer dan migrain juga dipelajari untuk dicoba pada orang dengan sindrom visual snow, namun hasilnya masih bercampur. 

Dalam sejumlah kasus, orang dengan sindrom salju visual mengatakan bahwa kondisi mereka jadi terrasa lebih baik ketika dirawat dengan lensa berwarna dalam spektrum cahaya biru-kuning. Meski demikian,masih ada sedikit data untuk mendukung hal ini.

HATTA MUARABAGJA

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus