Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Mengukur kontraksi otot

Telah tersedia alat untuk mengencangkan otot dasar panggul. gunanya: gairah seks terjaga, sistem pembuangan air seni tidak terganggu.

2 Oktober 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA beraneka faktor yang menyebabkan buruknya kualitas hubungan intim suami istri. Salah satu adalah faktor fisik, dalam hal ini melemahnya otot-otot dasar panggul pada pihak istri. Itu bisa terjadi pada wanita yang baru melahirkan, atau kaum perempuan yang usianya di atas 35 tahun. Mengapa harus mereka? Pada umumnya, otot-otot dasar panggul pada wanita-wanita itu mulai mengendur. Sebuah penelitian yang pernah dilakukan seksolog Dokter Alex Pangkahila menyebutkan, pada 80 pasangan suami istri, rata-rata kekuatan otot panggul mereka hanya 20 persen dari kekuatan sebenarnya. Padahal, bagi seorang wanita, kekuatan otot panggul wanita merupakan modal dasar untuk bisa mengalirkan darah secara maksimal ke otot vagina. Aliran ini pada gilirannya akan menentukan tingkat lubrikasi dan kepekaan. Untuk itulah perlu latihan senam lantai yang lebih populer disebut senam seks. Senam ini tujuan akhirnya antara lain memulihkan kekencangan otot-otot dasar panggul tersebut. Bagaimana mereka tahu bahwa otot-otot itu cukup kencang atau masih kendur? Secara medis, menurut Dokter Jan P. Everett, instrumen pengukur kekuatan otot-otot itu memang belum ada. ''Kalau pun ada, ibu-ibu tersebut biasanya malu-malu untuk melakukan pemeriksaan,'' kata ahli rehabilitasi medik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu kepada TEMPO. Kini, perkakas untuk mengetahui kekencangan otot-otot dasar panggul telah tersedia. Dan memang baru pertama kali ini ada di Indonesia. Alat yang belum lama ini diimpor dari Amerika Serikat itu terdiriatas elektrode dan seperangkat komputer, yang disebut Computerized Myoexcorciser. Nah, bagaimana mengoperasikan alat-alat itu hingga bisa diukur kekuatan otot? Menurut Jan Everett, caranya dengan memasukkan elektrode sebesar spidol ke dalam lubang vagina. Elektrode tersebut kemudian dihubungkan dengan kabel pada layar monitor. Untuk mengetahui kekuatan otot-otot dasar panggul, maka si pasien diharuskan melakukan kontraksi, dengan mencengkeram elektrode yang disusupkan itu. Kemudian, besarnya kekuatan atau kekencangan otot bisa diketahui lewat grafik yang tergambar di layar monitor. Jika otot masih lemah, dokter akan menuntun supaya pasien mampu melakukan kontraksi secara optimal. ''Pada umumnya pasien tidak mengetahui bagaimana mengontraksi otot-otot dalam vagina,'' kata Jan, yang mendatangkan seperangkat alat monitor otot tersebut ke Jakarta. Dari hasil penelitian, katanya, kontraksi otot panggul yang paling lama hanya satu detik. Dengan memonitor kemampuan otot- otot dasar panggul, jangka waktu berkontraksi dari seorang pasien bisa ditingkatkan sesuai dengan target. Semakin lama kemampuan berkontraksi itu terlaksana, maka semakin kuat pula otot-otot yang bersangkutan. Dengan demikian, kemampuan untuk menopang rahim bisa ditingkatkan. Targetnya sekali kontraksi minimal 10 detik. Berdasarkan penelitian, sasaran ini akan tercapai dalam waktu tiga bulan. Yang penting, latihan teratur seminggu tiga kali. Sekali datang cukup 10 30 detik. Apakah pasien tidak risi melakukan latihan ini, apalagi harus memasukkan elektrode ke dalam kelaminnya? ''Itu tergantung kemauan pasien. Kalau mereka punya niat memperbaiki otot panggulnya, saya kira tidak akan muncul perasaan risi,'' tutur Jan Everett. Lalu, kalau otot dasar panggul itu kendur, apakah itu salah? Nah, menurut Jan Everett, otot kendur bisa menimbulkan ketidaknyamanan. Misalnya, bisa mengurangi gairah seks. Selain itu, bisa mengganggu sistem pembuangan air kencing. Lo? Ya, bila otot kendur, ia tak sepenuhnya mampu mengontrol. Akibatnya, ada wanita yang di saat tertawa juga terkencing- kencing. Ini berarti, ia sudah tak lagi bisa menguasai organ tubuhnya sendiri. Mengingat fungsinya yang cukup penting, Dokter Sadoso Sumosardjuno tidak keberatan digunakannya alat monitor kekuatan otot dasar panggul tersebut. Namun, tentang program latihannya, ia berpendapat hal itu masih belum mendesak. ''Bagi saya masih lebih baik melakukan fitnes. Di samping mampu melatih otot dasar panggul, sekaligus mampu menyegarkan tubuh,'' kata dokter ahli kesehatan olahraga ini. Gatot Triyanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus