Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Galeri Nasional Indonesia dan Museum Nasional Indonesia kembali membuka pameran luring menjelang akhir Oktober 2020. Galeri Nasional memajang karya maestro Affandi bertajuk "Imersif Affandi" dan Museum Nasional memamerkan pusaka peninggalan Pangeran Diponegoro dalam tajuk "Pamor Sang Pangeran". Meski pameran digelar secara fisik, pembukaannya tetap dilakukan secara virtual untuk menghindari terjadinya kerumunan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk menyaksikan kedua pameran ini, selain harus mematuhi protokol kesehatan pengelola, pengunjung harus mendaftar lebih dulu secara daring. Dalam pendaftaran itu, pengunjung harus menjawab beberapa pertanyaan untuk mengkonfirmasi kondisi kesehatannya.
Sebelumnya, hal serupa lebih dulu dilakukan GaleriKertas Studio Hanafi. Sejak Juli lalu, mereka menggelar pameran langsung dengan protokol kesehatan dan membuka pendaftaran secara online. Hal itu dimulai ketika pameran karya Hanafi, dilanjutkan dengan pameran karya Irawan Karseno, dan kini pameran bertajuk "Isolasi" dari lima perupa.
Pameran Affandi di Galeri Nasional terasa istimewa. Selain karena ini adalah pameran pertama yang bisa disaksikan secara langsung sejak masa pandemi, pemajangan karya-karya sang maestro dilakukan sedemikian rupa dengan teknologi digital. Dengan begitu, pengunjung bisa merasakan atau terlibat dalam karya sekaligus melihat langsung karya lukisannya. "Memang harus melihat langsung untuk merasakan suasana imersif, seperti yang ada di museum luar negeri," kata Bayu Genia Krishbie, kurator pameran, kepada Tempo, Kamis malam lalu.
Di ruangan utama dan sayap, pengunjung dapat menikmati 83 lukisan Affandi dalam bentuk digital dan animasi yang dilengkapi dengan suara yang mendukung karya. Sebanyak 26 proyektor menyorotkan materi foto lukisan ke dinding ruangan. Dari padang bunga yang bergoyang seperti diterpa angin, wayang, lalu penari Bali yang matanya melirik ke kiri-kanan, roda kereta yang bergerak, hingga keagungan Ka’bah dan Candi Borobudur. Ada pula binatang-binatang yang bergerak, perahu yang berlayar, dan pengemis yang berjalan.
"Penggarapannya memang kompleks. Kami riset, lalu memilih karya dan memotret karya, baru digarap oleh animator, desainer suara, dan penata cahaya," ujar Genia. Setelah itu, pengunjung bisa menikmati 15 karya lukisan koleksi Galeri Nasional Indonesia dan lini masa perjalanan kreatif seorang pelukis. Namun pengunjung hanya dibatasi melihat pameran maksimal selama 60 menit.
Adapun di Museum Nasional, pameran pusaka Pangeran Diponegoro mulai dibuka untuk umum hari ini. Pembukaannya dilaksanakan pada Rabu, 28 Oktober lalu, secara daring. Pameran ini pertama kali menampilkan keris pusaka Kyai Nogo Siluman yang baru saja dikembalikan Kerajaan Belanda pada Maret lalu. Ada pula sejumlah pusaka lain yang dirampas Belanda dan telah dikembalikan, seperti pusaka tombak Kanjeng Kiai Rondhan, pelana kuda Kanjeng Kiai Gentayu, dan payung kebesaran Diponegoro (payung berlapis prada), pada 7 Oktober 1977, serta tongkat Kanjeng Kiai Cokro. Yang tak kalah menarik adalah Babad Diponegoro (1831-1832), yang merupakan naskah klasik autobiografi sang pangeran yang ditulis pada awal pengasingannya di Manado.
Kurator pameran "Pamor Sang Pangeran", Peter Carey dan Nusi Lisabilla Estudiantin, menjelaskan bahwa pameran ini menampilkan sosok Pangeran Diponegoro dalam bentuk kekinian. Kisah kehidupan sang pangeran ditampilkan dengan konsep mendongeng (story telling), dilengkapi dengan teknologi video mapping dan komik manga ala Jepang yang sangat digemari kaum muda. "Sang pangeran juga akan tampil bersama kuda kesayangannya, pusaka hidup bernama Kanjeng Kiai Gentayu, dalam bentuk hologram," ujar Peter Carey, sejarawan yang menulis tentang Pangeran Diponegoro saat pembukaan.
Selain itu, pengunjung bisa menikmati film animasi kisah Pangeran Diponegoro berjudul Diponegoro 1830. Film ini mengetengahkan kisah Pangeran sejak penangkapan di Magelang (28 Maret 1830) hingga diasingkan ke Manado (3 Mei 1830). Museum Nasional juga menyajikan foto-foto lukisan dan sketsa Diponegoro karya para seniman pada 1807-2019. ***
DIAN YULIASTUTI
Lukisan Affandi hingga Keris Diponegoro
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo