Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Merasa sudah usia tua sering kali muncul seiring bertambahnya usia, terutama saat memasuki dekade baru seperti 40, 50, atau 60 tahun. Banyak orang mulai merasakan perubahan fisik, mental, dan emosional yang membuat mereka lebih sadar akan proses penuaan.
Konsep merasa usia tua ternyata tidak hanya dipengaruhi oleh usia biologis, tetapi juga oleh berbagai faktor psikologis dan sosial. Lingkungan, pola pikir, serta gaya hidup memiliki peran besar dalam bagaimana seseorang mengalami dan merespons penuaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa penuaan bukanlah proses yang berlangsung secara linier. Artinya, tidak semua orang mengalami penurunan kondisi tubuh atau mental dengan cara yang sama. Beberapa individu tetap energik dan produktif, sementara yang lain lebih cepat merasakan dampaknya.
Apa Itu Penuaan Non-Linier?
Para ilmuwan sudah lama menduga bahwa proses penuaan tidak terjadi secara perlahan dan terus-menerus, melainkan dalam lonjakan-lonjakan tertentu. Namun, baru dalam satu dekade terakhir mereka mulai menggunakan sinyal molekuler untuk mengukur seberapa cepat proses ini berlangsung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut informasi dari CNA Lifestyle, sebuah penelitian dari Stanford yang banyak dibahas tahun 2024 mengamati perubahan molekuler yang terjadi dalam tubuh seiring bertambahnya usia. Dengan mengumpulkan sampel darah dari 108 orang berusia 25 hingga 75 tahun, penelitian ini menemukan bahwa proses penuaan tampaknya terjadi lebih cepat di sekitar usia 44 tahun dan kembali mengalami percepatan di sekitar usia 60 tahun.
Pada usia 40-an, perubahan yang terjadi terutama berkaitan dengan metabolisme lemak dan alkohol, serta fungsi otot. Sementara di usia 60-an, perubahan lebih banyak terkait dengan melemahnya sistem kekebalan tubuh dan fungsi otot.
Michael Snyder, seorang profesor genetika di Stanford Medicine yang juga terlibat dalam penelitian ini menjelaskan bahwa hal ini bisa menjelaskan mengapa orang mulai sulit memproses alkohol saat memasuki usia 40-an dan menjadi lebih rentan terhadap penyakit di usia 60-an.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Dr. Hoffmann pada tikus juga menemukan bahwa perubahan besar dalam DNA terjadi dua kali sepanjang hidup mereka. Pertama, di usia muda hingga pertengahan dan kedua di usia pertengahan hingga lanjut. Ini menunjukkan bahwa penuaan mungkin terbagi dalam tiga tahap berbeda. Selain itu, sebuah studi pada tahun 2019 yang meneliti lebih dari 4.000 sampel plasma darah manusia menemukan adanya lonjakan kadar protein yang berkaitan dengan penuaan pada usia 40-an, 70-an, dan 80-an.
Namun, tidak semua ahli setuju bahwa penuaan terjadi dalam lonjakan-lonjakan singkat. Beberapa berpendapat bahwa proses ini terjadi dalam jangka waktu yang lebih panjang. Steve Horvath, seorang ahli yang mengembangkan metode pengukuran usia biologis epigenetic clocks, menemukan dalam studinya tahun 2013 bahwa penuaan berlangsung sangat cepat sejak masa kanak-kanak hingga pubertas, tetapi menjadi lebih stabil setelah seseorang melewati usia 20 tahun. Saat ini, Horvath bekerja sebagai peneliti utama di Altos Labs, sebuah perusahaan bioteknologi yang berfokus pada perbaikan sel dan memperlambat penyakit yang berkaitan dengan penuaan.
Kiat Bahagia di Usia Tua
Menurut Aisah Indati, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), dikutip dari psikologi.ugm.ac.id, ada tiga aspek penting untuk mencapai kebijaksanaan dan kebahagiaan di usia lanjut.
- Pertama, memiliki rasa kepuasan dalam hidup (life satisfaction), yaitu kemampuan untuk tetap merasa puas dan bersyukur meskipun memiliki kekurangan.
- Kedua, memiliki keterbukaan dalam hidup (openness to experience), yang berarti memiliki keinginan untuk terus belajar dan menerima wawasan baru dari orang lain.
- Ketiga, memiliki rasa kebermaknaan dalam hidup, yakni menyadari bahwa dirinya tetap berharga dan memiliki tujuan.
Keterbukaan dan Memahami Diri Sendiri
Keterbukaan mencakup kemampuan untuk mengekspresikan rasa sakit, baik secara fisik maupun emosional. Menurut Aisah, perasaan tersebut sebaiknya tidak dipendam sendiri, karena dengan bersikap terbuka, seseorang justru dapat mencapai kesehatan mental yang lebih baik dan memperkuat kebijaksanaan dalam dirinya.
Selain itu, berpikir positif dalam menghadapi berbagai situasi juga tidak kalah penting. Saat mulai merasa tua dan menghadapi kenyataan yang tidak selalu sesuai harapan, seseorang perlu bersikap sabar, melakukan evaluasi, serta menerima keadaan dengan lapang dada. Hal ini penting karena tidak ada manusia yang sempurna. Perlu diingat, kemampuan untuk menerima perubahan merupakan bagian dari proses mencapai kebijaksanaan di usia tua.
Pilihan editor: Rahasia Panjang Umur