Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar Bidang Ilmu Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Profesor Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, menanggapi mitos biopsi atau tindakan mengambil sampel jaringan menggunakan jarum, yang dapat menyebabkan sel kanker prostat menyebar ke bagian tubuh yang lain. Ia membantah biopsi pada kanker prostat dapat menyebabkan penyakit jadi semakin parah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sering saya mendengar hoaks biopsi bikin kanker menyebar. Saya sampaikan hal itu tidak benar," katanya dalam diskusi mengenai kanker prostat, Selasa, 20 Februari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Agus mengungkapkan mitos tersebut menyebar di masayarakat setelah ada pasien yang bertambah kankernya usai melakukan biopsi. Ia menjelaskan hal tersebut terjadi karena sebetulnya pasien itu sudah mencapai kanker stadium empat, yang sebetulnya sudah parah, dan penyebab penyebaran sel kankernya bukan karena biopsi. Mitos tersebut menyebabkan banyak pasien enggan melakukan biopsi karena takut penyakitnya bertambah parah dan memilih jalur operasi pembersihan seperti kuretase.
"Kalau operasi kayak kuret hanya membersihkan saja, masih ada risiko tidak sembuh," ujarnya.
Terapkan CERDIK
Agus berpendapat tindakan paling baik yang bisa dilakukan pada pasien kanker prostat adalah dengan melakukan biopsi sehingga sel kanker dapat dideteksi dan dapat diobati secara maksimal.
"Penelitian menemukan pasien kanker prostat stadium 1 yang telah dioperasi memiliki 95 persen (kemungkinan) orang itu tidak akan mengalami kekambuhan selama 10 tahun ke depan," jelasnya.
Agus pun mengimbau masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi kabar yang tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Ia juga meminta masyarakat melakukan CERDIK atau Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet gizi seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres, untuk dapat menghindari kanker.