TANGGAL 17 Juli 1976. Malam Minggu. Sebuah DC 9 yang dikemudikan
Capten Desmond Hutagaol dan Co Pilot, FEW Walian mendarat di
Kemayoran dari Medan. Kecurigaan timbul dalam hati Chumaidy
--security Garuda berusia 35 tahunan dan bekerja sejak 1961.
Pesawat itu parkir lebih jauh dari yang seharusnya. Chumaidy
menstater motornya mendekati pesawat. Ia melihat Capten Pilot
dan Co Pilot siap turun dari tangga pesawat dengan membawa koper
di tangan masing-masing. Kecurigaannya bertambah, karena koper
itu kelihatannya berat.
Sesampainya di landasan Chumaidy langsung menegor "Berat betul
oleh-olehnya Kep."Desmond menjawab" Ah biasa, oleh-oleh."
Chumaidy tidak sabar lagi, ia menyuruh kedua koper itu dibuka.
Tapi Crew pesawat Garuda tersebut menolak dengan mengatakan
kuncinya tidak ada. Kebetulan ketika itu Chumaidy melihat
seorang petugas Bea Cukai, Rosit, lagi naik sepeda. Chumaidy
langsung memanggil Rosit. "Rosit, tak salah lagi, ini dia" kata
Chumaidy, yang sudah lama mensinyalir ulah pilot-pilot Garuda
yang menerbangkan pesawat lin dalam negeri waktu itu.
Sudah untung
Kedua pilot itu diperintahkannya berurusan dulu dengan kantor
Bea Cukai Kemayoran. Perintah itu disetujui Desmond Hutagaol.
Dan mobil Combi yang membawanya dipersilakan bergerak.
Tetapi gelagat lebih mencurigakan lagi dilihat,Chumaidy, mobil
itu tidak langsung ke Bea Cukai melainkan menuju ke luar. Ia
tidak membuang waktu lagi. Dengan motor dikejarnya Combi Garuda
tersebut, kemudian disalibnya. Chumaidy turun dari motornya.
"Jangan ada yang turun dari mobil ini" kata Chumaidy.
Ribut-ribut terjadi, Desmond mengajak berdamai, tetapi Chumaidy
menolak. Tidak lama kemudian datang lagi Rosit. Mobil pun
disuruh balik ke Bea Cukai.
Ketika mobil balik, Chumaidy melihat sebuah sedan di dekat
Combi, ia lantas mendekat. Ternyata di mobil itu ada Kapten
Pilot Deden yang membawa pesawat itu paginya ke Singapura.
"Sudahlah kamu bereskan saja orang Bea Cukai itu," kata Deden
setelah Chumaidy mengucapkan selamat malam. Dari mobilnya Deden
mengeluarkan uang segepok. "Baiklah, tapi tunggu di sini," kata
Chumaidy memancing. Chumaidy berbalik ke Kantor Bea Cukai
memeriksa hasil tangkapannya. Ternyata isi tas Capten Pilot itu
adalah 48 kg emas. Chumaidy langsung berbalik mencari Deden,
tapi mobil sedan itu sudah kabur lebih dulu. Saat itu juga ia
langsung ke pos polisi di depan Pelabuhan Udara Kemayoran
melapor Polisi kemudian berhasil menangkap Deden.
April 1977 yang lalu, ketiga Pilot itu dijatuhi hukuman oleh
Pengadilan, karena terbukti telah memasukkan emas dari Singapura
ke Indonesia. Chumaidy tidak mendengar kabarnya lagi. Juga tidak
ada berita premi yang sebetulnya diharap-harapkannya.
Barulah 14 Agustus 1979 yang lalu, ia mendengar premi yang
dijanjikan itu telah ada. Rosit yang dianggapnya tidak berapa
andilnya dalam penangkapan itu, malah terdengar mendapat jutaan
rupiah. Begitu juga polisi yang bertugas malam itu di Kemayoran.
Chumaidy segera datang ke BC Kemayoran menemui Yadi, Kepala P2
(Pemberantas Penyelundupan). Ia menananyakan, apakah ada haknya
untuk menerima premi. Yadi menjawab ada, seraya menyerahkan uang
sebesar Rp 70.000 dalam amplop. Chumaidy sedikit kaget karena
jauh dari yang dibayangkannya. "Apa akan ada hadiah lainnya
pak?" tanyanya. Yadi menjaab pendek "Ini hanya kebijaksanaan
kepala di sini, saudara dapat sekian sudah untung." Kalimat ini
sangat menyakitkan hati Chumaidy, apalagi sebelumnya ia tidak
dipanggil datang mengambil preminya. "Hanya karena saya butuh
sekali, makanya saya datang," katanya.
Untuk mendapatkan kejelasan lebih lanjut ia telah menulis surat
buat Pangkopkamtib, Jaksa Agung dan Dirjen Bea Cukai. Tetapi
sampai saat ini penelasan yang diinginkannya juga belum
diterimanya. "'Kenapa Satpam Halim baru-baru ini mendapat hadiah
dari Dirjen Perhubungan Udara, dan saya sebagai pegawai Garuda
tidak?" tanyanya. Menurut fikirannya baik Perum Angkasa Pura
maupun PT Garuda sama-sama di bawah Dirjen Perhubungan Udara,
walau sudah merupakan perusahaan swasta.
Menurut Chumaidy sampai saat ini situsi di Kemayoran masih saja
seperti sediakala, walau di sana hanya penerbangan Domestik.
"Biasanya mereka membawa barang dari Tanjung Pinang atau Padang,
dan mendarat di Kemayoran, " katanya. Kedua kota itu tidak
begitu jauh dari Singapura dan cukup aman bagi penyelundup. Lalu
kenapa ia tidak bikin kejutan pembekukan lagi? "Buat apa, kalau
preminya juga begitu!" katanya ketus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini