Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Obat Pelangsing Jalan Pintas Pengganti Resep Klasik

Fenfluramini dikabarkan ampuh melangsingkan tubuh. Namun, survei YPKKI-TEMPO menunjukkan bahwa obat Cina ini tidak sepenuhnya aman.

11 Maret 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEJARLAH langsing sampai ke negeri Cina. Pelesetan pepatah ini tampaknya punya banyak penganut. "Pakai saja Fenfluramini. Obat ini terbuat dari akar tumbuh-tumbuhan dan tanpa efek samping," kata Nina, bukan nama sebenarnya, saat mempromosikan khasiat Fenfluramini kepada kawannya yang sedang bingung mencari kiat melangsingkan tubuh. Klaim keampuhan Fenfluramini juga muncul saat tim YPKKI mewawancarai beberapa pedagang obat Cina. "Ini obat tradisional cespleng warisan sinse zaman dulu," kata Aseng, bukan nama sesungguhnya, pedagang obat di Pasar Pramuka, Jakarta. Satu botol berisi 60 tablet Fenfluramini dijualnya Rp 20 ribu. Dosis penggunaan dua tablet sehari. "Kami jamin seminggu susut 5 kilogram," katanya. Jadi, ia menyarankan, obat terus diminum bila konsumen berminat terus menggelontor berat badan. Namun, betulkah Fenfluramini, pelangsing yang digembar-gemborkan ampuh itu, memang aman dikonsumsi? Tunggu dulu. Fenfluramini, menurut hasil survei YPKKI-TEMPO, memiliki beberapa poin yang meragukan. Pemicu utama keraguan yang paling gampang terdeteksi adalah status registrasi. Produk keluaran Bao Shan Pharmaceutical Factory, Shanghai, Cina, ini tergolong tidak sah. Fenfluramini tidak dilengkapi nomor pendaftaran resmi dari Departemen Kesehatan sehingga obat ini belum layak beredar di Indonesia. Upaya konfirmasi TEMPO kepada produsen Fenfluramini juga menemui jalan buntu karena identitas produsen tidak komplet tercantum dalam kemasan. Yang juga layak diperhatikan, obat ini tak bisa digolongkan dalam kelas tradisional. Senyawa fenfluramin adalah nama generik untuk hidroklorotiaside (HCT). Jadi, "Klaim bahwa Fenfluramini adalah obat tradisional sama sekali tidak benar," kata Marius Widjajarta, Ketua YPKKI. Uji laboratorium memang membuktikan, Fenfluramini positif mengandung HCT. Temuan ini juga menguatkan keterangan pada bungkus obat Fenfluramini, yang menyatakan mengandung 20 miligram HCT per tablet. Di situlah soalnya. Menurut Utomo Dewanto, toksikolog Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, HCT termasuk dalam kategori zat kimia sintetis "daftar G" yang semestinya tidak beredar bebas. "Pemakaiannya harus dengan pengawasan dokter," kata Utomo, yang juga konsultan ahli dalam survei ini. Senyawa HCT, menurut Utomo, di kalangan medis lebih dikenal sebagai obat diuretik atau pelancar pengeluaran urine. Obat diuretik bekerja dengan menghambat penyerapan kembali air dan mineral-mineral penting oleh ginjal. Hambatan ini membuat kawanan mineral, seperti natrium, kalium, dan magnesium, terbuang bersama air seni. Bagi penderita hipertensi, mineral yang terbuang karena aktivitas HCT?dengan dosis terkendali?bermanfaat mengencerkan cairan darah sehingga tekanan darah menurun. Namun, cerita bakal lain apabila HCT digunakan sebagai pelangsing. Konsumen mungkin saja mengalami penurunan bobot tubuh setelah mengonsumsi Fenfluramini. Yang patut disorot, penurunan ini bukan karena pemangkasan timbunan lemak. Tapi, "Konsumen jadi kurus karena terus-terusan kencing dan tubuh kehilangan cairan," kata Zunilda S. Bustami, farmakolog FK-UI. Seiring dengan hilangnya cairan, mineral tubuh juga ikut terkuras. Padahal, lalu-lintas mineral antarsel sangat berperan menjaga kekuatan tubuh untuk melangsungkan metabolisme. Hilangnya mineral akan memicu berbagai dampak buruk seperti anjloknya tekanan darah, irama jantung tidak teratur, sering ketiduran, sakit kepala, dan muntah-muntah. Utomo Dewanto pun mengkhawatirkan berkurangnya cairan tubuh, yang akan menyebabkan penurunan kalium. Bahkan, risiko terburuk, "Detak jantung bisa terhenti mendadak," ujar Utomo. Dampak negatif HCT juga sudah menjadi perhatian Food and Drug Administration (FDA). Lembaga pengawas obat dan makanan di AS ini mencabut izin peredaran Pondimin dan Redux, yang mengandung HCT, menyusul beberapa kasus penebalan katup jantung pada pasien yang mengonsumsi obat tersebut. FDA juga tidak lagi merekomendasikan senyawa fenfluramin?populer sebagai fen-phen?sebagai pelangsing. Nah, menyimak dampak buruk HCT, Sudijanto Kamso, ahli gizi dari FK-UI, menyarankan perlunya menghindari jalan pintas yang menjanjikan langsing dalam tempo singkat. Untuk hasil yang lebih sehat dan tahan lama, resep klasik diet dan olahraga teratur tetap harus dilakukan. Pasokan 2.000 kalori per hari, misalnya, idealnya berkomposisi 25 persen dari lemak, 15 persen dari protein, dan 55-60 persen dari karbohidrat. Resep ini dijamin lebih aman. Mardiyah Chamim dan Dwi Wiyana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus