Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Pakar Kesehatan Berharap Kunjungan Presiden ke India Buka Kerja Sama Kendalikan TBC

Pakar kesehatan berharap kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke India bisa membuka peluang memperkuat kerja sama pengendalian TBC.

27 Januari 2025 | 15.33 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke India pada peringatan Hari Republik ke-76 membuka peluang memperkuat kerja sama pengendalian tuberkulosis (TBC). Pendapat itu disampaikan pakar kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Profesor Tjandra Yoga Aditama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Hal yang dapat dipelajari dari India tentang upaya pengendalian TB yang amat masif di negara itu," katanya, Minggu, 26 Januari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara di India pada 2015-2020 itu mengatakan India dan Indonesia adalah negara dengan kasus TBC terbanyak di dunia.

"Indonesia berada di urutan kedua sementara India pertama. Namun, populasi India jauh lebih besar sehingga keberhasilan mereka dalam mengendalikan TB menjadi pelajaran berharga,” ujarnya.

Ia menyebut keberhasilan India menurunkan angka kematian akibat tuberkulosis dari 28 per 100.000 penduduk pada 2015 menjadi 23 per 100.000 penduduk pada 2022. Selain itu, jumlah kematian akibat TBC turun signifikan dari 494.000 kasus pada 2021 menjadi 331.000 pada 2022. India juga berhasil mencapai target pengobatan pada 95 persen pasien TBC di 2023, sebuah pencapaian yang patut dijadikan acuan.

“Peran fasilitas kesehatan pemerintah sangat dominan. Tetapi kontribusi sektor swasta juga meningkat pesat, dari menangani 190.000 kasus pada 2015 menjadi 840.000 kasus pada 2023,” paparnya.

Terbitkan laporan nasional
Tjandra menekankan pentingnya strategi India yang menyasar faktor risiko TBC seperti kurang gizi, HIV, diabetes, minum alkohol, dan kebiasaan merokok. Untuk pasien TBC yang kurang gizi, pemerintah India memberikan bantuan langsung berupa uang bulanan dan keranjang makanan, sebuah program yang menurutnya layak dipertimbangkan di Indonesia. Ia juga menyoroti risiko TB yang lebih tinggi pada penderita HIV, diabetes, dan kebiasaan tertentu.

“HIV meningkatkan risiko TB hingga 20 kali sementara diabetes meningkatkan risiko 2-3 kali lipat dan terkait resistensi obat TB. Faktor-faktor ini menjadi tantangan besar yang harus kita tangani,” paparnya.

Ia juga mengusulkan agar Indonesia mempertimbangkan penerbitan laporan nasional serupa Indian TB Report 2024 untuk meningkatkan transparansi dan evaluasi pengendalian kasus di Tanah Air.

“Pengalaman India dapat menjadi benchmark yang baik bagi Indonesia untuk mengembangkan kebijakan TB yang lebih efektif,” tandasnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus