Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Pencegahan Penyakit Jantung Koroner Perlu Dimulai di Usia 35-40 tahun

Pencegahan penyakit jantung koroner pada usia lanjut sebaiknya dilakukan mulai usia 35-40 tahun. Simak penjelasan spesialis jantung berikut.

26 Juni 2024 | 13.42 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis jantung dan pembuluh darah di Rumah Sakit Universitas Indonesia Depok, Prima Almazini, menjelaskan pencegahan penyakit jantung koroner pada usia lanjut sebaiknya dilakukan mulai usia 35-40 tahun. Pasalnya, faktor risiko yang menyebabkan proses penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah arteri koroner oleh plak pada usia tersebut mulai tampak karena sudah berlangsung dalam kurun waktu cukup lama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Sejak usia muda sebenarnya sudah terjadi secara bertahap pada dinding-dinding pembuluh darah. Lama-lama semakin menebal dan menimbulkan penyumbatan atau penyempitan di pembuluh darah hingga akhirnya serangan jantung atau henti jantung mendadak pada usia lanjut (56 tahun ke atas)," kata Prima dalam seminar daring bertajuk "Bicara Sehat ke-96 RS UI: Mengenal Penyakit Jantung Koroner" yang dilihat di Jakarta, Selasa, 25 Juni 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia mengatakan di dunia setiap tiga detik ada yang meninggal karena penyakit jantung koroner atau stroke. Di Indonesia, satu dari 10 orang meninggal dunia karena penyakit jantung koroner. Total biaya pelayanan yang dihabiskan penyakit jantung sebesar Rp 7,4 triliun dan terbanyak dari seluruh jenis penyakit pada 2016.

"Sehingga kita perlu melakukan upaya-upaya untuk menangani dan juga yang penting adalah untuk mencegah. Selain angka kematian yang tinggi, efeknya terhadap pembiayaan kesehatan juga sangat tinggi," jelasnya.

Timbulnya plak dapat terjadi karena sejumlah faktor risiko, di antaranya hipertensi atau tekanan darah di atas 140 per 90 mmHg, diabetes melitus atau kadar gula darah tinggi, dan obesitas atau indeks massa tubuh (IMT) melebihi standar atau angka 25,0 setelah dihitung memakai rumus IMT, yaitu berat badan dibagi tinggi badan dikuadratkan.

Pasang ring dan by pass
Faktor risiko berikut adalah kolesterol tinggi (dislipidemia) dan merokok. Menurut Prima, faktor risiko itu hanya dapat dideteksi melalui pemeriksaan kesehatan secara rutin, konsultasi dokter, serta pemeriksaan laboratorium. Jika faktor risiko ditemukan maka orang diminta segera berhenti merokok, berolahraga secara teratur, diet seimbang, istirahat cukup, serta kelola stres dengan baik agar mengurangi risiko.

"Lakukan adopsi gaya hidup sehat seperti mengurangi garam, gula, makanan mengandung minyak hingga santan dan jeroan, melakukan aktivitas fisik teratur, dan teruskan kontrol faktor risiko dengan cek kesehatan rutin, lakukan konsultasi dokter hingga pemeriksaan laboratorium," saran Prima.

Ia mengatakan orang yang mengalami henti jantung mendadak atau serangan jantung biasanya tidak memiliki gejala sebelumnya sehingga penyakit jantung koroner disebut juga sebagai silent killer atau pembunuh senyap.

"Karena sumbatan yang timbulnya bertahap tadi sudah mencapai puncaknya. Artinya aliran darah sudah tidak lagi lancar, nutrisi juga tidak lancar, otot-otot jantung terganggu fungsinya, dan itu akan mengakibatkan kerusakan pada tubuh secara keseluruhan," paparnya.

Gejala khas yang dapat dirasakan penderita penyakit jantung koroner adalah keluhan nyeri dada atau tertekan berat di area dada selama lebih dari 20 menit disertai rasa terbakar, bahkan sampai keringat dingin membasahi semua badan, atau gejala lain seperti lemah, mual, dan pusing. Kalau sudah terjadi maka pengobatan dapat dilakukan tanpa operasi, yaitu dengan terapi meliputi pemberian obat-obatan hingga pemasangan ring.

"Terapi pemasangan ring ini hanya ditujukan untuk pengobatan, bukan pencegahan, karena kalau belum tampak sumbatan atau penyempitan pembuluh darah, bagaimana bisa tahu di area mana plaknya menumpuk," kata Prima.

Sedangkan pengobatan dengan operasi atau operasi by pass atau upaya menyambungkan pembuluh darah aorta yang memasok darah ke seluruh tubuh ke pembuluh darah koroner. Sambungan itu terletak lebih tinggi atau di atas pembuluh darah yang menyempit atau tersumbat.

"Tujuannya sama, intinya ingin memperlancar aliran darah dengan adanya sambungan itu sehingga semua otot jantung dapat mendapatkan aliran darah yang optimal," tegas Prima.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus