Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Pentingnya Optimalkan Pencegahan dan Layanan Penyakit Tidak Menular Saat Pandemi

Pentingnya mengoptimalkan pengendalian penyakit tidak menular (PTM) di kawasan Asia Tenggara khususnya di masa pandemi seperti saat ini.

18 Oktober 2020 | 22.39 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi serangan jantung (pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pakar multidisiplin dari 6 negara Asia Tenggara yaitu Thailand, Malaysia, Indonesia, Filipina, Vietnam, dan Singapura telah menyerukan pentingnya tindakan yang mendesak dan efektif untuk mengoptimalkan pengendalian penyakit tidak menular (PTM) di kawasan Asia Tenggara. Kondisi itu semakin penting di masa pandemi seperti sekarang. Daftar rekomendasi yang disusun dan diterbitkan pada jurnal Risk Management and Healthcare Policy dengan judul 'Moving Towards Optimized Non-communicable Disease Management in the ASEAN Region: Recommendations from a Review and Multidisciplinary Expert Panel' berusaha untuk mengatasi kesenjangan dalam hal kebijakan. Selain itu perlu juga meningkatkan praktik klinis dan kesehatan masyarakat. Masalah pengendalian PTM berusaha dijawab jurnal tersebut lewat beberapa rekomendasi, seperti penerapan solusi yang terintegrasi, kemitraan publik-swasta multisektoral, serta pendekatan 'seluruh-badan-pemerintah' (whole-of-government) dan 'seluruh-bagian-masyarakat' (whole-of-society).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskular, kanker, pernapasan kronis, diabetes, dan gangguan mental, telah mengakibatkan lebih dari 70 persen kematian di dunia. Hal itu menimbulkan beban finansial dan sosial yang sangat besar di berbagai. Di Indonesia, angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2016, dilaporkan bahwa angka kematian di Indonesia sebesar 1.863.000 jiwa, di mana 35 persen dari angka tersebut disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. Dengan terjadinya pandemi COVID-19, bukan tidak mungkin kondisi ini dapat semakin parah. Maka dari itu, selain menjalankan protokol kesehatan COVID-19, penting pula untuk tetap memperhatikan upaya optimalisasi pencegahan dan pelayanan pengobatan PTM.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dewan Penasihat & Dewan Etik Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) serta salah satu penulis dalam jurnal Risk Management and Healthcare Policy Anwar Santoso mengatakan meskipun tersedia banyak pengobatan yang efektif, PTM seperti penyakit kardiovaskular terus menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia. Hal ini diperparah dengan adanya pandemi COVID-19 yang telah mengganggu upaya pencegahan dan pelayanan pengobatan PTM di berbagai negara, termasuk Indonesia. "Perlu ada upaya untuk terus melanjutkan penyediaan layanan kesehatan esensial dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pencegahan PTM, khususnya penyakit kardiovaskular,” katanya dalam pada webinar pada 17 Oktober 2020.

Anwar menambahkan Jurnal Risk Management and Healthcare Policy ini merekomendasikan penerapan metode skrining dan pengintegrasian pelayanan kesehatan secara komprehensif dalam mencegah PTM. Oleh karena itu, penerapan kebijakan, penanganan kesenjangan dalam praktik klinis, dan pemberdayaan masyarakat harus diprioritaskan."Selain itu, keterlibatan pasien, keluarga, dan masyarakat sekitar juga berperan penting dalam mencapai kesinambungan dan keberhasilan perawatan PTM,” kata Anwar.

Sistem kesehatan di seluruh dunia menghadapi tantangan berupa peningkatan kebutuhan akan pelayanan kesehatan bagi orang-orang dengan PTM dan diperparah dengan adanya COVID-19. Hal ini dapat menimbulkan dampak negatif karena akses yang terbatas - seperti tertundanya diagnosis yang berakibat pada peningkatan stadium penyakit, terganggunya proses terapi, dan peningkatan faktor-faktor risiko perilaku seperti fisik kurang aktif.

Sekretaris Jenderal Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Lia G. Partakusuma mengatakan seiring dengan terjadinya pandemi COVID-19, layanan kesehatan pun ikut terdampak hingga menjadikan PTM, terutama penyakit kardiovaskular, sebagai salah satu ancaman kesehatan terbesar bagi masyarakat dalam jangka panjang. Kondisi tersebut diperburuk dengan terbatasnya ruang gerak masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Namun, berbagai fasilitas kesehatan di Indonesia telah melakukan ragam upaya untuk menjaga kontinuitas pelayanannya, terutama bagi pasien PTM.

Salah satu upaya untuk memastikan layanan pasien PTM terus berlanjut di tengah pandemi adalah dengan memanfaatkan teknologi telehealth yang memungkinkan konsultasi jarak jauh antara pasien dan dokter secara daring. Kegiatan ini membuka akses bagi pasien dari seluruh daerah di Indonesia untuk tetap dapat meneruskan program pengobatannya tanpa harus datang ke Rumah Sakit. "Dengan kemajuan teknologi informasi, pasien masih bisa berkomunikasi langsung dengan dokternya, serta mendapatkan arahan tata laksana sesuai kebutuhan dan kondisi pasien. Namun bila terdapat gejala yang berat maka tentu pasien diwajibkan segera mendapat pertolongan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat dengan menerapkan protokol kesehatan COVID-19,” kata Lia.

Pandemi juga telah menciptakan ‘infodemik’, dimana informasi yang beredar seringkali terlalu banyak dan membingungkan, sehingga bisa menimbulkan menimbulkan stigma, misinformasi dan bahaya kesehatan fisik serta mental. Untuk itu, Pfizer berkolaborasi dengan American College of Cardiology (ACC) menghadirkan NCD Academy sebagai platform digital gratis yang dirancang untuk menyediakan informasi-informasi terbaru terkait PTM dan mengoptimalkan kemampuan para tenaga kesehatan profesional dalam melakukan pelayanan pengobatan PTM.

General Manager Upjohn Division, Pfizer Indonesia Satria Surjati mengatakan di Upjohn Division, semua yang kami lakukan senantiasa memprioritaskan para pasien dan kebutuhan mereka untuk menjaga kesehatannya yang terus berubah. Inisiatif Upjohn Division, berkolaborasi dengan berbagai pihak melalui program NCD Academy, merupakan suatu solusi untuk para pasien, terutama pasien PTM. NCD Academy adalah sebuah platform berbasis web interaktif dan mudah digunakan yang dirancang untuk menyediakan edukasi bagi para profesional di bidang kesehatan, seperti dokter umum, internis, perawat, dan lain-lain, agar mereka mampu melakukan pencegahan dan pelayanan pengobatan PTM secara lebih baik. "NCD Academy juga memastikan bahwa platform online ini dilengkapi dengan edukasi yang memadai untuk para tenaga kesehatan profesional,” kata Satria.

NCD Academy yang dibentuk di atas Global Prevention Programs serta diluncurkan oleh Pfizer dan American College of Cardiology (ACC) bersama NCD Alliance pada tahun 2016, hingga kini telah menyelenggarakan 44 seminar daring (6 diantaranya sudah dilakukan di Indonesia). NCD Academy pun menyediakan sains, teknologi, sumber daya, dan materi edukasi atau modul kepada lebih dari 70 ribu dokter di 9 negara untuk mengatasi penyakit kardiovaskular dan memperkuat praktik terbaik dalam merawat pasien. Program ini telah menjangkau 230 juta pasien di Cina, Rusia, Argentina, Meksiko, Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, Malaysia, Indonesia, dan Vietnam. “Di Upjohn Division, kami meyakini bahwa penting sekali untuk melakukan pendekatan terintegrasi dengan mengembangkan kemitraan yang tidak hanya berfokus pada obat-obatan, sehingga mampu meningkatkan pencegahan dan pelayanan pengobatan PTM," kata Satria Surjati.

Melalui NCD Academy, tenaga kesehatan profesional dapat mengakses rangkaian program edukasi kedokteran berkelanjutan online secara gratis, yang dirancang untuk meningkatkan pengetahuan klinis, serta mendapatkan rekomendasi klinis berdasarkan jurnal termutakhir untuk mecegah PTM. Program ini akan membantu para dokter dan otoritas kesehatan global dalam mengembangkan strategi untuk memitigasi PTM berbasis data yang pada akhirnya dapat membantu meningkatkan hasil klinis pasien.

Wakil Sekretaris Jenderal II PERKI Ade Meidian Ambari mengatakan keberhasilan upaya pengendalian PTM dapat dicapai jika ada kerja sama yang baik antar seluruh pemangku kepentingan, termasuk tenaga kesehatan profesional. "Kehadiran NCD Academy diharapkan dapat membuka akses bagi para tenaga kesehatan profesional untuk memperbaharui dan meningkatkan kemampuannya dalam menangani pasien PTM pada seluruh level layanan kesehatan di Indonesia,” kata Ade.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus