BANYAK nian orang bermanipulasi dengan penyakit. Ada gelang
anti rematik, ada self checker yang bisa mengetahui dan
menyembuhkan penyakit. Semua itu sudah tak terdengar lagi.
Apakah demikian juga dengan sandal acupressure?
Sandal ini diperdagangkan sejak setengah tahun yang lalu di
Jakarta dan berbagai kota besar lainnya. Mulai dari toko-toko
sepatu sampai pun apotik. Bentuknya tak jauh berbeda dengan
sandal biasa. Cuma pada bagian atas sol, jadi yang langsung
menempel pada telapak kaki, ditemukan puluhan tonjolan, terbuat
dari karet.
Tonjolan-tonjolan yang hampir sebesar biji jagung inilah yang
akan menekan sendiri titik-titik akupunktur yang ditemui di
telapak kaki. Konon ada sekitar 30 organ tubuh yang bisa
dilindungi sandal ini dari serangan penyakit. Mulai dari
penyakit mata sampai sinus dan ginjal.
Di Jakarta, harga sandal ini bergerak antara Rp 6.500 sampai Rp
11.000. Tergantung negara asalnya. Singapura atau Hongkong. Tapi
banyak yang menduga beberapa pengusaha di Jakarta sudah pandai
membuat "sandal kesehatan" ini dengan menumpang merk made in
Hongkong. Peminatnya lumayan. "Hampir tiap hari ada yang
membeli. Antara dua sampai enam pasang," kata seorang pelayan
Apotik Melawai di Kebayoran Baru, Jakarta.
Seorang jaksa, Anton Suyata SH pernah membeli sandal itu.
Nampaknya ia iseng saja. Semula seorang penjaja datang
menawarkan berbagai buku kepadanya. Ia tak tertarik ketika itu.
Tapi ketika si penjaja yang biasanya ulet, menawarkan sandal
yang katanya bisa menyembuhkan berbagai penyakit, Anton Suyata
SH terpikat dan membeli sepasang seharga Rp 7.500.
Apalah artinya sebuah sandal "berkerikil" untuk seorang jaksa.
Anton tidak serta-merta percaya pada barang itu. Istrinya yang
menderita alergi untuk beberapa lama mengenakan sandal tadi.
Udang dan sebangsanya tetap ia jauhi sekalipun sandal tadi saban
hari ia cobakan. "Ternyata istri saya tidak merasa lebih baik,"
cerita Anton Suyata. Ia sendiri tak tertarik untuk
mempertahankan kesehatannya dengan sandal itu. Perasaannya
kurang nyaman mengenakan sandal yang penuh tonjolan itu.
Tapi seorang kakek di bilangan Blok M, Jakarta, yang telah
bertahun-tahun digigit rematik, mengaku merasa lebih enteng
dengan memakai sandal itu. Sudah 3 bulan lamanya ia pakai.
"Memang enak," katanya sungguh-sungguh. "Cuma kalau dipakai
terlalu lama, kaki jadi sakit," sambungnya pula.
Apotik apalagi toko sepatu tak pernah menasihatkan pembeli untuk
hanya mengenakan sandal itu pada waktu tertentu saja. Itulah
makanya kadang-kadang terlihat ibu-ibu memakai sandal itu ketika
sedang belanja ke pasar. Tan Tjin Hoat, seorang ahli urut dari
Jalan Lembang Jakarta, menganjurkan sandal ini dipakai tak lebih
dari 20 menit. "Kalau lama-lama bisa kebal," katanya memberi
alasan. Ahli urut yang tak mau menerima bayaran ini juga menjual
sandal kerikil itu sebagai barang titipan kenalannya.
Membabi Buta
Karena anjuran pemakaiannya hanya 20 menit sehari, seorang
dokter dari Ikatan Akupunkturis Indonesia melihat ada
kemiripannya dengan akupunktur. Tapi ia belum bisa memberikan
keterangan yang memadai. Namun ia melihat kemungkinan sandal
yang penuh tonjolan itu bisa menyembuhkan beberapa penyakit.
Karena di kaki terdapat puluhan titik akupunktur. Tapi kalangan
akupunktur ada juga yang membantahnya "Sandal itu tidak bisa
menyembuhkan penyakit. Ia hanya berguna menghilangkan rasa
nyeri," kata seorang akupunkturis bukan dokter di bilangan Utan
Kayu, Jakarta.
Memang salah satu sandal dengan merk School (bukan Schol)
tidak mengclaim sebagai penyembuh. Selebaran yang terdapat dalam
kotak sandal tadi menyebutkan Pada waktu berjalan berat badan
akan menekan tonjolan-tonjolan sehingga massage pada seluruh
permukaan telapak kaki akan terlaksana sekaligus. Dengan begitu
pemeliharaan organ tubuh "akan terjamin," sekaligus memperlancar
peredaran darah.
Jadi fungsi sandal ini mirip acupressure. Hanya saja di sini
penekanan berlangsung secara membabi-buta. "Sebenarnya
perangsangan titik akupunktur tertentu akan mengakibatkan titik
akupunktur lain juga terangsang. Kita yang melaksanakan
akupunktur sangat hati-hati dalam menusuk satu titik. Karena
titik yang lain juga harus diperhatikan. Saya takut penekanan
secara membabibuta dengan sandal itu akan mengakibatkan
pengaruh, sekalipun mungkin tidak terlalu parah," ulas Tse Ching
San, Kepala Bagian Akupunktur RS Cipto Mangunkusumo.
Secara ilmiah sandal itu katanya belum bisa
dipertanggungjawabkan. Karena ilmu kedokteran yang mencakup
akupunktur belum pernah menyelidiki metode sandal ini. "Kalau
orang mau pakai tak salah, asal jangan menginjak paku saja,"
katanya berderai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini