Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Penyembuhan dari telapak kaki

Sakit mata sampai ginjal dapat disembuhkan oleh tonjolan-tonjolan pada titik akupungtur kaki. sandal sebagai penyembuh, beberapa pendapat yang pro dan kontra.

9 Februari 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BANYAK nian orang bermanipulasi dengan penyakit. Ada gelang anti rematik, ada self checker yang bisa mengetahui dan menyembuhkan penyakit. Semua itu sudah tak terdengar lagi. Apakah demikian juga dengan sandal acupressure? Sandal ini diperdagangkan sejak setengah tahun yang lalu di Jakarta dan berbagai kota besar lainnya. Mulai dari toko-toko sepatu sampai pun apotik. Bentuknya tak jauh berbeda dengan sandal biasa. Cuma pada bagian atas sol, jadi yang langsung menempel pada telapak kaki, ditemukan puluhan tonjolan, terbuat dari karet. Tonjolan-tonjolan yang hampir sebesar biji jagung inilah yang akan menekan sendiri titik-titik akupunktur yang ditemui di telapak kaki. Konon ada sekitar 30 organ tubuh yang bisa dilindungi sandal ini dari serangan penyakit. Mulai dari penyakit mata sampai sinus dan ginjal. Di Jakarta, harga sandal ini bergerak antara Rp 6.500 sampai Rp 11.000. Tergantung negara asalnya. Singapura atau Hongkong. Tapi banyak yang menduga beberapa pengusaha di Jakarta sudah pandai membuat "sandal kesehatan" ini dengan menumpang merk made in Hongkong. Peminatnya lumayan. "Hampir tiap hari ada yang membeli. Antara dua sampai enam pasang," kata seorang pelayan Apotik Melawai di Kebayoran Baru, Jakarta. Seorang jaksa, Anton Suyata SH pernah membeli sandal itu. Nampaknya ia iseng saja. Semula seorang penjaja datang menawarkan berbagai buku kepadanya. Ia tak tertarik ketika itu. Tapi ketika si penjaja yang biasanya ulet, menawarkan sandal yang katanya bisa menyembuhkan berbagai penyakit, Anton Suyata SH terpikat dan membeli sepasang seharga Rp 7.500. Apalah artinya sebuah sandal "berkerikil" untuk seorang jaksa. Anton tidak serta-merta percaya pada barang itu. Istrinya yang menderita alergi untuk beberapa lama mengenakan sandal tadi. Udang dan sebangsanya tetap ia jauhi sekalipun sandal tadi saban hari ia cobakan. "Ternyata istri saya tidak merasa lebih baik," cerita Anton Suyata. Ia sendiri tak tertarik untuk mempertahankan kesehatannya dengan sandal itu. Perasaannya kurang nyaman mengenakan sandal yang penuh tonjolan itu. Tapi seorang kakek di bilangan Blok M, Jakarta, yang telah bertahun-tahun digigit rematik, mengaku merasa lebih enteng dengan memakai sandal itu. Sudah 3 bulan lamanya ia pakai. "Memang enak," katanya sungguh-sungguh. "Cuma kalau dipakai terlalu lama, kaki jadi sakit," sambungnya pula. Apotik apalagi toko sepatu tak pernah menasihatkan pembeli untuk hanya mengenakan sandal itu pada waktu tertentu saja. Itulah makanya kadang-kadang terlihat ibu-ibu memakai sandal itu ketika sedang belanja ke pasar. Tan Tjin Hoat, seorang ahli urut dari Jalan Lembang Jakarta, menganjurkan sandal ini dipakai tak lebih dari 20 menit. "Kalau lama-lama bisa kebal," katanya memberi alasan. Ahli urut yang tak mau menerima bayaran ini juga menjual sandal kerikil itu sebagai barang titipan kenalannya. Membabi Buta Karena anjuran pemakaiannya hanya 20 menit sehari, seorang dokter dari Ikatan Akupunkturis Indonesia melihat ada kemiripannya dengan akupunktur. Tapi ia belum bisa memberikan keterangan yang memadai. Namun ia melihat kemungkinan sandal yang penuh tonjolan itu bisa menyembuhkan beberapa penyakit. Karena di kaki terdapat puluhan titik akupunktur. Tapi kalangan akupunktur ada juga yang membantahnya "Sandal itu tidak bisa menyembuhkan penyakit. Ia hanya berguna menghilangkan rasa nyeri," kata seorang akupunkturis bukan dokter di bilangan Utan Kayu, Jakarta. Memang salah satu sandal dengan merk School (bukan Schol) tidak mengclaim sebagai penyembuh. Selebaran yang terdapat dalam kotak sandal tadi menyebutkan Pada waktu berjalan berat badan akan menekan tonjolan-tonjolan sehingga massage pada seluruh permukaan telapak kaki akan terlaksana sekaligus. Dengan begitu pemeliharaan organ tubuh "akan terjamin," sekaligus memperlancar peredaran darah. Jadi fungsi sandal ini mirip acupressure. Hanya saja di sini penekanan berlangsung secara membabi-buta. "Sebenarnya perangsangan titik akupunktur tertentu akan mengakibatkan titik akupunktur lain juga terangsang. Kita yang melaksanakan akupunktur sangat hati-hati dalam menusuk satu titik. Karena titik yang lain juga harus diperhatikan. Saya takut penekanan secara membabibuta dengan sandal itu akan mengakibatkan pengaruh, sekalipun mungkin tidak terlalu parah," ulas Tse Ching San, Kepala Bagian Akupunktur RS Cipto Mangunkusumo. Secara ilmiah sandal itu katanya belum bisa dipertanggungjawabkan. Karena ilmu kedokteran yang mencakup akupunktur belum pernah menyelidiki metode sandal ini. "Kalau orang mau pakai tak salah, asal jangan menginjak paku saja," katanya berderai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus