Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan Eni Gustina mengatakan hasil riset Kementerian Kesehatan terhadap risiko kematian ibu terhadap interval kehamilan, ditemukan bahwa jarak ideal seorang ibu untuk mempunyai anak lagi perlu waktu 4-5 tahun. "Alasannya karena proses recovery tubuh ibu, agar siap hamil lagi butuh waktu 4-5 tahun," katanya dalam keterangan pers yang diterima Tempo, Kamis, 21 Desember 2017.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemerintah, kata Eni, mengimbau masyarakat agar menggunakan Keluarga Berencana Pascapersalinan untuk menjaga jarak kehamilan. Caranya bisa dengan menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang, seperti IUD ataupun Implan, setelah melahirkan.
Baca: Proses Pemulihan Ibu Setelah Melahirkan 4-5 Tahun
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Eni mengatakan jarak antarkehamilan penting untuk diatur. Dengan jarak antarkehamilan yang ideal, ibu mempunyai waktu yang cukup untuk memulihkan kesehatannya setelah hamil dan melahirkan. Bayi juga memiliki kesempatan yang cukup untuk mendapatkan ASI eksklusif pada enam bulan pertama, menyusui hingga dua tahun, serta untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal. Hal ini tentu akan meningkatkan kesehatan keluarga, serta menurunkan risiko kematian ibu dan anak.
Lantas, bagaimana prosedurnya agar seorang ibu dapat mengikuti KB Pascapersalinan? Ibu hamil akan mendapatkan edukasi dan konseling KB sebagai bagian wajib dari pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan. "Dulu biasanya ibu mulai ber-KB menunggu masa nifas selesai enam minggu setelah melahirkan. Namun saat ini dengan kemajuan ilmu dan teknologi, pilihan metode KB Pascapersalinan sangat bervariasi dan dapat digunakan segera setelah melahirkan,” ujar Eni Gustina.
Baca: Shawol Ikut Jonghyun Bunuh Diri, Ahli: Mungkin Alami Sakit Jiwa
“AKDR/IUD misalnya, sudah dapat dipasang dalam waktu sepuluh menit setelah plasenta/ari-ari lahir hingga 48 jam setelah melahirkan. Pilihan-pilihan metode kontrasepsi lain juga dapat digunakan sebelum masa nifas berakhir, termasuk pilihan-pilihan metode yang tidak mengganggu produksi ASI. Makin cepat seorang ibu ber-KB setelah melahirkan, semakin baik,” ucap Eni Gustina menambahkan.
Ilustrasi ibu melahirkan. shutterstock.com
Pemerintah memprediksi bahwa pada 2018, angka kelahiran di Indonesia akan mencapai 5,3 juta. Jumlah itu setara dengan jumlah penduduk Singapura dan Denmark. Untuk itu, KB Pascapersalinan penting untuk mengatasi masalah kontra populasi di Indonesia.
Baca: Hindari Contoh Kematian Jonghyun, Shawol Diminta Lakukan ini
Sedangkan untuk mengajak masyarakat berpartisipasi dalam KB Pascapersalinan, DKT Indonesia menghadirkan video Melahirkan Kebahagiaan, yang menceritakan bahwa di setiap kelahiran, ada ibu yang juga dilahirkan. Sehingga penting untuk mengawali kelahiran dengan perencanaan keluarga secara matang. Caranya dengan mengkonsultasikan perencanaan keluarga dan mengikuti KB Pascapersalinan melalui dokter ataupun bidan pada pelayanan kontrasepsi di posyandu, polindes, poskesdes, puskesmas, rumah sakit, dan bidan atau dokter praktik swasta.
GM Family Planning & Reproductive Health DKT Indonesia Aditya A. Putra menjelaskan, DKT Indonesia hadir untuk menginspirasi masyarakat akan pentingnya program Keluarga Berencana. "Salah satu visi kami, yaitu let every child be wanted, di mana kami ingin menekankan bahwa setiap kelahiran itu seharusnya merupakan kelahiran yang diinginkan atau direncanakan secara matang," kata Aditya.
Baca: Ini Kesalahan Paling Umum saat Menghias Pohon Natal
Melalui kampanye 'Melahirkan Kebahagiaan', DKT Indonesia mengangkat pesan untuk merencanakan kelahiran dengan mengikuti program KB Pascapersalinan. Agar tercipta kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga.