Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Pulihnya ali moertopo

Proses penyembuhan serangan jantung ali moertopo, dalam proses ini dibutuhkan kesabaran & mental yang kuat, kenneth h. cooper menganjurkan untuk melatih kesegaran jasmani. (ksh)

20 September 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TANGGAL 10 September, hampir 2 bulan setelah terkena serangan jantung kedua, Menpen Ali Moertopo, 57 tahun, sudah berada kembali di salah satu kantornya di lantai 10 Gedung AKA, Kebayoran Baru. Ia kelihatan segar. Wajahnya nampak sedikit lebih gemuk. Disertai Nyonya Ali Moertopo sempat pula dia bergurau dengan pimpinan PT AKA, harian Berita Yudha dan Suara Kaya yang juga berkantor di gedung itu. Ia mengajak dokter yang pernah merawatnya ke ruangan kerjanya dan menguraikan riwayat koleksi kerajinan tangan yang menghiasi ruangan itu. Ali Moertopo kelihatannya memang sudah siap untuk kembali pada kehidupan sebelum terserang penyakit jantung 14 Juli lalu. Esoknya, 11 September mulai berhubungan langsung dengan pejabat tinggi Departemen Penerangan. Di rumah kediamannva di Jalan Matraman dia menerima para pejabat tinggi Deppen dan sempat memberi wejangan berkenaan dengan perayaan 3 tahun usia RRI. Rabu pekan ini dia akan beramah tamah di CSIS di Jalan Tanah Abang III, Jakarta. Ia juga dikenal sebagai ketua kehormatan lembaga studi strategi tersebut. "Kesehatan Menpen berkembang dengan sangat baik. Sedikit demi sedikit. Secara bertahap Menteri boleh bekerja sampai akhirnya normal kembali," kata dr. Hanafiah, ketua tim dokter yang merawat Letjen Ali Moertopo di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Anggota tim lainnya adalah dr. Luthfi Usman dan dr. Ranti yang juga turut merawat Ali Moertopo ketika mendapat serangan jantung pertama kali di Kuala Lumpur 7 Juli 1978. Penyembuhan serangan jantung yang kedua kalinya ini menurut Hanafiah berjalan baik karena setelah sembuh dari serangan pertama, Ali Moertopo melakukan latihan jasmani secara teratur. Waktu jatuh sakit untuk kedua kalinya, keadaan fisik Menpen sangat baik," katanya. Memang setelah serangan jantung di Kuala Lumpur itu, ia selalu menyempatkan diri untuk melakukan latihan fisik, terutama jalan kaki. Sore hari setelah seluruh karyawan pulang kabarnya ia sering mengelilingi pekarangan Departemen Penerangan yang terletak di Jalan Merdeka Barat. Ia juga berhenti merokok. Satu-satunya pantangan penyakit jantung yang tak bisa dihindarinya adalah tekanan pekerjaan (stress) sebagai Menteri Penerangan. Menpen konon mau melanjutkan rencananya semula berobat ke rumah sakit jantung yang tersohor di Houston, Texas, lalu melakukan pengecekan mata yang terakhir di Boston, AS. Menurut seorang ahli penyaklt Jantung, serangan jantung terjadi karena otot jantung tak cukup mendapat aliran darah (infark). Ini mungkin disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah jantung karena terjadinya penumpukan lemak pada dindingnya. Pada serangan pertama diperlukn masa perawatan minimal 12 hari di rumah sakit, untuk menyembuhkan "cacat" pada jantung tadi. Serangan kedua memerlukan perawatan yang lebih lama. Tetapi untuk revalidasi jantung itu, menurut dokter tetap diperlukan latihan fisik yang bertahap. Selain kondisi fisik Ali Moertopo yang baik sebelum serangan penyakit berlangsung, kemauannya untuk bekerja kembali seperti sediakala agaknya merupakan motivasi yang kuat. "Keinginan untuk bekerja kembali mempercepat proses penyembuhan," cerita Mas Isman, 56 tahun. Katen Yerrington Ketua Umum Kosgoro ini mendapat serangan pertama di Solo 1974. Sejak itu katanya dia diserang lagi sebanyak kali. Baru pada September 1979 atas nasihat dokter dia berangkat ke Amerika Serikat, dan menjalani operasi jantung. Tiga kerat pembuluh darah kaki kanannya dipindahkan ke jantung untuk menggantikan pembuluh darah yang rusak di situ. Tak banyak orang memiliki mental kuat untuk mengembalikan hidupnya seperti semula. Pemain tenis berkulit hitam tersohor dari AS, Arthur Ashc masih bcrniat untuk kcmbali menjadi kampiun berbagai kcjuaraan, setelah 4 pembuluh darah jantungnya diganti. Kenneth H. Cooper, bekas letkol Angkatan Udara AS, lulusan Harvard School of Public Health, penganjur kesegaran jasmani, dalam bukunya Aerobics, bercerita tentang Kapten Art Yarrington. Si kapten dilarang terbang karena ada kelainan di jantungnya. Buat seorang penerbang pesawat tempur, hukuman itu tak ubahnya seperti hari kiamat. Cooper membuat serentetan tes terhadap Art. Tapi kedudukan penerbang itu tctap tak bisa ditolong. Lantas Cooper memberikan dosis latihan fisik: lari. Dalam tempo setengah tahun dia sudah sanggup melalap 6 mil (10 km) dalam 46 menit. Pada saat pemeriksaan rutin para penerbang, jantungnya diperiksa kembali. Hasilnya normal. Lantas dia disuruh berlari di atas jentera genjot. "Dia mencapai konsumsi oksigen maksimal hampir sebanyak 60 ml/menit. Ini puncak yang hanya bisa dicapai oleh kurang dari 1% dari seluruh anggota Angkatan Udara. Dan dia melakukannya dengan ukuran denyut jantung yang tidak pernah melebihi 180 denyutan per menit. Kondisi fisik Art Yarrington lebih baik daripada semua orang yang pernah saya periksa," tulis Cooper. Setelah tiga kali Cooper mengajukan permohonan barulah Art boleh terbang kembali.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus