TANGGAL 10 September, hampir 2 bulan setelah terkena
serangan jantung kedua, Menpen Ali Moertopo, 57 tahun, sudah
berada kembali di salah satu kantornya di lantai 10 Gedung AKA,
Kebayoran Baru. Ia kelihatan segar.
Wajahnya nampak sedikit lebih gemuk. Disertai Nyonya Ali
Moertopo sempat pula dia bergurau dengan pimpinan PT AKA, harian
Berita Yudha dan Suara Kaya yang juga berkantor di gedung itu.
Ia mengajak dokter yang pernah merawatnya ke ruangan kerjanya
dan menguraikan riwayat koleksi kerajinan tangan yang menghiasi
ruangan itu.
Ali Moertopo kelihatannya memang sudah siap untuk kembali pada
kehidupan sebelum terserang penyakit jantung 14 Juli lalu.
Esoknya, 11 September mulai berhubungan langsung dengan pejabat
tinggi Departemen Penerangan. Di rumah kediamannva di Jalan
Matraman dia menerima para pejabat tinggi Deppen dan sempat
memberi wejangan berkenaan dengan perayaan 3 tahun usia RRI.
Rabu pekan ini dia akan beramah tamah di CSIS di Jalan Tanah
Abang III, Jakarta. Ia juga dikenal sebagai ketua kehormatan
lembaga studi strategi tersebut.
"Kesehatan Menpen berkembang dengan sangat baik. Sedikit demi
sedikit. Secara bertahap Menteri boleh bekerja sampai akhirnya
normal kembali," kata dr. Hanafiah, ketua tim dokter yang
merawat Letjen Ali Moertopo di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Anggota tim lainnya adalah dr. Luthfi Usman dan dr. Ranti yang
juga turut merawat Ali Moertopo ketika mendapat serangan jantung
pertama kali di Kuala Lumpur 7 Juli 1978.
Penyembuhan serangan jantung yang kedua kalinya ini menurut
Hanafiah berjalan baik karena setelah sembuh dari serangan
pertama, Ali Moertopo melakukan latihan jasmani secara teratur.
Waktu jatuh sakit untuk kedua kalinya, keadaan fisik Menpen
sangat baik," katanya.
Memang setelah serangan jantung di Kuala Lumpur itu, ia selalu
menyempatkan diri untuk melakukan latihan fisik, terutama jalan
kaki. Sore hari setelah seluruh karyawan pulang kabarnya ia
sering mengelilingi pekarangan Departemen Penerangan yang
terletak di Jalan Merdeka Barat. Ia juga berhenti merokok.
Satu-satunya pantangan penyakit jantung yang tak bisa
dihindarinya adalah tekanan pekerjaan (stress) sebagai Menteri
Penerangan.
Menpen konon mau melanjutkan rencananya semula berobat ke rumah
sakit jantung yang tersohor di Houston, Texas, lalu melakukan
pengecekan mata yang terakhir di Boston, AS.
Menurut seorang ahli penyaklt Jantung, serangan jantung terjadi
karena otot jantung tak cukup mendapat aliran darah (infark).
Ini mungkin disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah jantung
karena terjadinya penumpukan lemak pada dindingnya.
Pada serangan pertama diperlukn masa perawatan minimal 12 hari
di rumah sakit, untuk menyembuhkan "cacat" pada jantung tadi.
Serangan kedua memerlukan perawatan yang lebih lama. Tetapi
untuk revalidasi jantung itu, menurut dokter tetap diperlukan
latihan fisik yang bertahap.
Selain kondisi fisik Ali Moertopo yang baik sebelum serangan
penyakit berlangsung, kemauannya untuk bekerja kembali seperti
sediakala agaknya merupakan motivasi yang kuat. "Keinginan
untuk bekerja kembali mempercepat proses penyembuhan," cerita
Mas Isman, 56 tahun.
Katen Yerrington
Ketua Umum Kosgoro ini mendapat serangan pertama di Solo 1974.
Sejak itu katanya dia diserang lagi sebanyak kali. Baru pada
September 1979 atas nasihat dokter dia berangkat ke Amerika
Serikat, dan menjalani operasi jantung. Tiga kerat pembuluh
darah kaki kanannya dipindahkan ke jantung untuk menggantikan
pembuluh darah yang rusak di situ.
Tak banyak orang memiliki mental kuat untuk mengembalikan
hidupnya seperti semula. Pemain tenis berkulit hitam tersohor
dari AS, Arthur Ashc masih bcrniat untuk kcmbali menjadi kampiun
berbagai kcjuaraan, setelah 4 pembuluh darah jantungnya diganti.
Kenneth H. Cooper, bekas letkol Angkatan Udara AS, lulusan
Harvard School of Public Health, penganjur kesegaran jasmani,
dalam bukunya Aerobics, bercerita tentang Kapten Art Yarrington.
Si kapten dilarang terbang karena ada kelainan di jantungnya.
Buat seorang penerbang pesawat tempur, hukuman itu tak ubahnya
seperti hari kiamat.
Cooper membuat serentetan tes terhadap Art. Tapi kedudukan
penerbang itu tctap tak bisa ditolong. Lantas Cooper memberikan
dosis latihan fisik: lari. Dalam tempo setengah tahun dia sudah
sanggup melalap 6 mil (10 km) dalam 46 menit.
Pada saat pemeriksaan rutin para penerbang, jantungnya diperiksa
kembali. Hasilnya normal. Lantas dia disuruh berlari di atas
jentera genjot. "Dia mencapai konsumsi oksigen maksimal hampir
sebanyak 60 ml/menit. Ini puncak yang hanya bisa dicapai oleh
kurang dari 1% dari seluruh anggota Angkatan Udara. Dan dia
melakukannya dengan ukuran denyut jantung yang tidak pernah
melebihi 180 denyutan per menit.
Kondisi fisik Art Yarrington lebih baik daripada semua orang
yang pernah saya periksa," tulis Cooper. Setelah tiga kali
Cooper mengajukan permohonan barulah Art boleh terbang kembali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini