TAK kelihatan kegatan yang menyolok di gedung Bank Dagang
Nasional Indonesia (BDNI) Pusat Senin kemarin. Bank di pusat
perdagangan Jalan Kali Besar Timur, Jakarta Utara itu sudah lama
sepi. Setelah terjadinya skandal yang membuat bank devisa itu
terhimpit utang luar negeri sebanyak kurang lebih US$ 30 juta
semasa kepemimpinan Dir-Ut Paulus Wibowo, banyak nasabahnya
menarik diri.
Tapi pada hari itu pula kabarnya terjadi peristiwa penting yang
menyelamatkan bank itu. BDNI, seperti diberitakan koran The
Asian Wall Street Journal pekan lalu, diperkirakan sudah bisa
mencicil utang-utangnya kepada sejumlah bank di luar negeri.
Tersebutlah seorang pengusaha nonpribumi, Sjamsul Nursalim, yang
bersedia mengambil oper kepemimpinan bank devisa yang nyaris
bangkrut dua tahun lalu Societe Generale, bank terkenal milik
pemerintah Prancis, telah bersedia memberi kredit kepada
Sjamsul sebanyak US$ 15 juta, terutama untuk membeli sekitar 50%
saham BDNI. Dan BDNI kemudian akan menggunakan sebagian dari
kredit itu untuk mencicil utang-utangnya. Untuk itu Societe
Generale akan memberikan 'bantuan teknis' kepada BDNI, dengan
mengirimkan tujuh sampai delapan bankirnya ke Indonesia.
Belum keluar keterangan apapun dari Bank Indonesia, yang turut
mengambil bagian penting dalam operasi penyelamatan BDNI itu.
Tapi sebuah sumber di BI membenarkan adanya usaha penyelamatan
itu. "Ini jalan keluar yang terbaik, yang membuat semua pihak
senang," katanya. Yang juga penting, menurut sumber itu, adalah
"mengembalikan gengsi bank perjuangan itu dan nama baik Sri
Sultan."
BI Senang
BDNI, seperti diketahui, merupakan bank swasta pribumi yang
paling lama, dan memperoleh izin sebagai bank devisa sejak 1950.
Bagi bank swasta di sini, izin sebagai bank devisa merupakan
jaminan keuntungan, karena tak semua bank swasta mempunyai hak
seperti itu. Barangkali salah satu pertimbangannya karena BDNI
yang didirikan di tahun 1945 oleh beberapa pengusaha pejuang di
Medan, tergolong bank republiken.
Dalam perjalanannya bank yang dimiliki 2.000 pemegang saham itu
banyak mengalami kesulitan, terutama manajemen dan keuangan
Dengan maksud mempertahankan eksistensinya sebagai bank
perjuangan itulah tampil Sri Sultan Hamengkubuwono yang membeli
sebagian besar saham bank itu. Tapi mengingat kedudukannya
kemudian sebagai Wakil Presiden RI, ia diwakili oleh orang
kepercayaannya, Sri Budoyo, sebagai Komisaris Utama BDNI.
Adalah Sri Budoyo, tokoh pariwisata itu, yang kemudian mengajak
Paulus Wibowo. Dan Paulus, yang kemudian tampil sebagai orang
pertama bank devisa itu, telah menyalurkan dana BDNI itu untuk
membiayai dua pabrik baja miliknya: PT Irosteel Works dan PT
Baja Indonesia Utama, keduanya di Pulo Gadung, Jakarta.
Bagaimana Paulus berhasil membuat rentetan utang di bank-bank
luar negeri -- dan kemudian melibatkan BNI 1946 cabang Hongkong
-- merupakan kisah tersendiri. Tapi baik Paulus maupun Sri
Budoyo, kabarnya tak akan memegang peranan lagi di BDNI. "Itulah
persyaratan yang diminta Sjamsul Nursalim," kata seorang bankir
pemerintah di Jakarta.
Siapa sebenarnya pengusaha Sjamsul itu, sehingga begitu
dipercaya oleh Bank lndonesia? Untuk menjadi seorang direktur
bank saja, orang yang bersangkutan harus mendapat persetujuan
dari Bank Indonesia. Apalagi kalau orang itu akan tampil sebagai
direktur utama sebuah-bank devisa.
Di kalangan bankir di Jakarta, Sjamsul lebih dikenal sebagai
industriawan. Antara lain sebagai Dir-Ut, PT, Gajah Tunggal,
yang membuat ban sepeda motor merk Gajah dan IRC. Dia juga
salah seorang pemegang saham besar dari PT. Daya Indonesia
Bank. "Dayin Bank bukan bank devisa. Dengan membeli sebagian
besar saham BDNI, maka Dayin Bank akan dapat memanfaatkan
fasilitas bank devisa," kata seorang bankir swasta terkenal.
BI sendiri kabarnya merasa senang dengan masuknya bank Perancis
ke Indonesia. Sudah lama Prancis ingin membuat cabang bank di
Jakarta, tapi izin untuk itu sudah tertutup. Maka dengan memberi
pinjaman kepada sebuah bank devisa yang terkenal, Prancis
setidaknya mempunyai kaki yang lebih kuat di Indonesia. Apalagi
Sri Sultan Hamengkubuwono IX, akan tetap tampil sebagai
Komisaris Kehormatan dalam bank perjuangan itu. Sebelumnya,
Credit Lyonnais, salah satu bank swasta Prancis terkemuka
bekerjasama dengan Pan Indonesia (Panin) Bank, Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini