Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Nafas Baru Dari Prancis

Usaha penyelamatan BDNI, pengusaha Syamsul Nursalim tampil sebagai direktur & sebuah bank pemerintah prancis societe generale akan memberikan kredit, hamengkubuwono akan tampil sebagai komisaris.(eb)

20 September 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK kelihatan kegatan yang menyolok di gedung Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI) Pusat Senin kemarin. Bank di pusat perdagangan Jalan Kali Besar Timur, Jakarta Utara itu sudah lama sepi. Setelah terjadinya skandal yang membuat bank devisa itu terhimpit utang luar negeri sebanyak kurang lebih US$ 30 juta semasa kepemimpinan Dir-Ut Paulus Wibowo, banyak nasabahnya menarik diri. Tapi pada hari itu pula kabarnya terjadi peristiwa penting yang menyelamatkan bank itu. BDNI, seperti diberitakan koran The Asian Wall Street Journal pekan lalu, diperkirakan sudah bisa mencicil utang-utangnya kepada sejumlah bank di luar negeri. Tersebutlah seorang pengusaha nonpribumi, Sjamsul Nursalim, yang bersedia mengambil oper kepemimpinan bank devisa yang nyaris bangkrut dua tahun lalu Societe Generale, bank terkenal milik pemerintah Prancis, telah bersedia memberi kredit kepada Sjamsul sebanyak US$ 15 juta, terutama untuk membeli sekitar 50% saham BDNI. Dan BDNI kemudian akan menggunakan sebagian dari kredit itu untuk mencicil utang-utangnya. Untuk itu Societe Generale akan memberikan 'bantuan teknis' kepada BDNI, dengan mengirimkan tujuh sampai delapan bankirnya ke Indonesia. Belum keluar keterangan apapun dari Bank Indonesia, yang turut mengambil bagian penting dalam operasi penyelamatan BDNI itu. Tapi sebuah sumber di BI membenarkan adanya usaha penyelamatan itu. "Ini jalan keluar yang terbaik, yang membuat semua pihak senang," katanya. Yang juga penting, menurut sumber itu, adalah "mengembalikan gengsi bank perjuangan itu dan nama baik Sri Sultan." BI Senang BDNI, seperti diketahui, merupakan bank swasta pribumi yang paling lama, dan memperoleh izin sebagai bank devisa sejak 1950. Bagi bank swasta di sini, izin sebagai bank devisa merupakan jaminan keuntungan, karena tak semua bank swasta mempunyai hak seperti itu. Barangkali salah satu pertimbangannya karena BDNI yang didirikan di tahun 1945 oleh beberapa pengusaha pejuang di Medan, tergolong bank republiken. Dalam perjalanannya bank yang dimiliki 2.000 pemegang saham itu banyak mengalami kesulitan, terutama manajemen dan keuangan Dengan maksud mempertahankan eksistensinya sebagai bank perjuangan itulah tampil Sri Sultan Hamengkubuwono yang membeli sebagian besar saham bank itu. Tapi mengingat kedudukannya kemudian sebagai Wakil Presiden RI, ia diwakili oleh orang kepercayaannya, Sri Budoyo, sebagai Komisaris Utama BDNI. Adalah Sri Budoyo, tokoh pariwisata itu, yang kemudian mengajak Paulus Wibowo. Dan Paulus, yang kemudian tampil sebagai orang pertama bank devisa itu, telah menyalurkan dana BDNI itu untuk membiayai dua pabrik baja miliknya: PT Irosteel Works dan PT Baja Indonesia Utama, keduanya di Pulo Gadung, Jakarta. Bagaimana Paulus berhasil membuat rentetan utang di bank-bank luar negeri -- dan kemudian melibatkan BNI 1946 cabang Hongkong -- merupakan kisah tersendiri. Tapi baik Paulus maupun Sri Budoyo, kabarnya tak akan memegang peranan lagi di BDNI. "Itulah persyaratan yang diminta Sjamsul Nursalim," kata seorang bankir pemerintah di Jakarta. Siapa sebenarnya pengusaha Sjamsul itu, sehingga begitu dipercaya oleh Bank lndonesia? Untuk menjadi seorang direktur bank saja, orang yang bersangkutan harus mendapat persetujuan dari Bank Indonesia. Apalagi kalau orang itu akan tampil sebagai direktur utama sebuah-bank devisa. Di kalangan bankir di Jakarta, Sjamsul lebih dikenal sebagai industriawan. Antara lain sebagai Dir-Ut, PT, Gajah Tunggal, yang membuat ban sepeda motor merk Gajah dan IRC. Dia juga salah seorang pemegang saham besar dari PT. Daya Indonesia Bank. "Dayin Bank bukan bank devisa. Dengan membeli sebagian besar saham BDNI, maka Dayin Bank akan dapat memanfaatkan fasilitas bank devisa," kata seorang bankir swasta terkenal. BI sendiri kabarnya merasa senang dengan masuknya bank Perancis ke Indonesia. Sudah lama Prancis ingin membuat cabang bank di Jakarta, tapi izin untuk itu sudah tertutup. Maka dengan memberi pinjaman kepada sebuah bank devisa yang terkenal, Prancis setidaknya mempunyai kaki yang lebih kuat di Indonesia. Apalagi Sri Sultan Hamengkubuwono IX, akan tetap tampil sebagai Komisaris Kehormatan dalam bank perjuangan itu. Sebelumnya, Credit Lyonnais, salah satu bank swasta Prancis terkemuka bekerjasama dengan Pan Indonesia (Panin) Bank, Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus