Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Punya Anak Kembar Lewat Proses Bayi Tabung, Pahami Risikonya

Proses bayi tabung tak jarang menghasilkan anak kembar. Tapi pahami juga risikonya. Simak kata pakar.

16 Januari 2020 | 08.29 WIB

Image of Tempo
Perbesar
An Hui beristirahat bersama ketiga anak kembarnya di kantornya di Xishuangbanna, Provinsi Yunnan, Cina, 5 Desember 2018. Ketiga anak kembar itu lahir lewat proses bayi tabung atau fertilisasi in-vitro (IVF) dengan pembuahan sel telur oleh sel sperma dari An Hui dan Ye Jianbin. REUTERS/Jason Lee

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Proses bayi tabung menjadi pilihan banyak orang yang lama tak memiliki keturunan karena berbagai masalah. Kelahiran anak kembar menjadi salah satu yang bisa pasangan suami istri harapkan saat menjalani proses bayi tabung atau in-vitro fertilization (IVF). Namun, ini bukannya tanpa risiko.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kemungkinan mendapatkan bayi kembar itu kurang dari lima persen tapi tidak disarankan, kenapa? Berisiko komplikasi, misalnya kelahiran prematur, " ujar ginekolog di Alpha IVF & Women Specialist, Dr. Lam Wei Kian.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain itu, bayi juga berisiko lahir dengan berat badan rendah dan memiliki kemungkinan bertahan lebih kecil menurut ahli kesehatan, seperti dikutip dari WebMD. Pada ibu, ada risiko terkena pre-eklampsia, diabetes gestasional, dan pendarahan sebelum dan sesudah persalinan.

Namun, menurut Lam, ada cara untuk mengurangi risiko kelahiran prematur yakni pemberian obat khusus agar rahim rileks dan mengurangi kontraksi.

"Ada cara yang kita bisa lakukan untuk kurangi bersalin prematur, pemberian obat agar rahim rileks, mengurangi kontraksi, semasa 24 minggu ke atas, injeksi pada ibu untuk mematangkan (fungsi) paru-paru. Kelahiran prematur berisiko paru-paru tidak matang (sempurna fungsinya)," katanya.

Dari sisi makanan, sebenarnya tidak ada pantangan khusus bagi ibu yang menjalani IVF. Mereka tetap perlu mengonsumsi makanan bergizi secara seimbang.

"Kami sebagai dokter tidak hanya menganjurkan konsumsi makanan sehat, jangan campur dengan obat tradisional. Kita tidak tahu kandungan di dalam obatnya, mungkin ada hormon yang mempengaruhi kinerja obat injeksi," tutur Lam.

Sebelum menjalani IVF, pasangan suami istri harus berkonsultasi dengan dokter dan menjalani serangkaian tes, mulai dari darah untuk menentukan perawatan yang diperlukan jika ternyata ada masalah dalam sistem reproduksi. Prosedur berikutnya, pemberian injeksi atau obat-obatan untuk meningkatkan kesuburan, lalu injeksi GnRH dan pengambilan sel telur, diikuti pengambilan sperma. Kalau sperma cukup, tinggal mencemplungkannya ke sel telur dalam cawan petri.

Di laboratorium, ahli embrio akan memantau embrio hingga siap ditanamkan ke rahim. Umumnya, proses IVF membutuhkan waktu lima sampai enam minggu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus