Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Robby Tumewu Meninggal, Gigi Berlubang Bisa Faktor Stroke

Aktor sekaligus desainer Robby Tumewu meninggal karena stroke. Tahukah Anda bahwa gigi berlubang bisa menjadi faktor stroke? Ini kata ahli

14 Januari 2019 | 11.05 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Robby Tumewu. Facebook.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Aktor sekaligus desainer Robby Tumewu meninggal pada Senin, 14 Januari 2019 pukul 00.15 WIB. Sebelum kabar duka ini muncul, pria kelahiran 4 Desember 1953 ini sudah cukup lama sakit.

Kabar sakitnya Robby Tumewu sempat diungkapkan Debby Sahertian, sahabatnya, dalam wawancara dengan awak media akhir tahun lalu. Debby mengungkapkan Robby terkena stroke pada Oktober 2010. "Kalau kena stroke-nya tuh memang sudah lama banget. Dari Oktober 2010. Jadi sudah lama sekali," kata Debby Sahertian.

Baca: Robby Tumewu Meninggal, Sudah 8 Tahun Menderita Stroke

Delapan tahun berselang, Debby mengatakan kondisinya Robby Tumewu jauh lebih baik. Setidaknya organ-organ bagian dalam tubuh Robby masih berfungsi dengan baik. "Cuma kan namanya stroke tidak bisa kembali 100 persen normal. Seperti dulu. Tapi yg penting yang kainnya kayak ginjal, paru-paru, jantung, dalam kondisi yang baik. Dalam kondisi sehat," ujarnya

Stroke bisa terjadi karena banyak faktor, salah satunya adalah lubang pada gigi. Konon, bila dibiarkan bisa memicu sejumlah penyakit mematikan seperti jantung atau stroke. Dokter gigi Bambang Nursasongko dari Rumah Sakit Siloam, Kebon Jeruk, Jakarta Barat menjelaskan gigi memiliki banyak bagian, di antaranya email, dentin, dan pulpa. Efek lubang pada email dan dentin tidak seburuk pada pulpa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jika lubang gigi mengenai pulpa, waspadalah, mengingat di pulpa ada pembuluh darah. Kuman dan bakteri bisa jalan-jalan melalui pembuluh darah ke organ vital lain termasuk jantung. “Itu sebabnya, sekali gigi berlubang akan berlubang terus. Berbeda dengan kulit. Ketika kulit terluka, ia punya mekanisme untuk menutup luka melalui regenerasi sel. Sementara gigi yang rusak sama seperti tembok. Saat retak atau berlubang, ya harus ditambal. Kalau sudah sampai pulpa, solusinya pulpa itu harus dibuang. Namanya perawatan saluran akar. Dulu orang menyebutnya perawatan saraf,” kata Bambang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sayang, awam sering meremehkan lubang pada gigi. Mereka berpikir, nanti kalau lubangnya sampai ke saraf, sarafnya tinggal dicabut, habis perkara. Bambang mengingatkan, gigi yang telah kehilangan saraf tidak ada manfaatnya.

Sama seperti tangan yang tidak punya saraf, ia tidak mampu merasakan panas meski dibakar. Senada dengan Bambang, spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Umum Bunda Jakarta, dr. Erik Rohmando Purba, SpPD., menyebut beberapa penelitian medis menunjukkan bahwa gangguan gigi berhubungan dengan penyakit stroke dan jantung koroner.

Baca: Robby Tumewu Meninggal, Sahabat Sampaikan Duka Cita

“Gigi berlubang memicu gingivitis atau peradangan gusi. Jika dibiarkan, ia menjelma menjadi periodontitis yakni infeksi pada gusi yang merusak jaringan lunak, menghancurkan tulang penyangga gigi, dan meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, dan masalah kesehatan serius lain. Periodontitis adalah peradangan yang berlangsung selama berbulan-bulan,” kata Erik.

TABLOID BINTANG | BISNIS.COM

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus