Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

gaya-hidup

Saat Tubuh Lelap

Penelitian membuktikan bahwa tidur membuat sistem imun tubuh lebih tepat sasaran membunuh kuman. Begadang semalaman berpengaruh terhadap imunitas.

16 Februari 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buat sebagian orang, tidur cukup adalah kemewahan. Padahal efek tidur sangat penting bagi tubuh. Tim peneliti Jerman menemukan bahwa tidur merupakan salah satu obat mujarab untuk menyembuhkan infeksi.

Mereka menyimpulkan tidur meningkatkan kemampuan potensial salah satu jenis sel imun tubuh untuk menyerang target. Sedangkan stres bisa membuat tubuh lebih mudah terserang penyakit. Laporan penelitian ini dipublikasikan di Journal of Experimental Medicine pada 12 Februari lalu.

Studi yang dipimpin Stoyan Dimitrov dan Luciana Besedovsky dari University of Tübingen itu berfokus pada kinerja sel T alias limfosit, salah satu jenis sel darah putih yang bertugas di garis depan pertahanan tubuh. Sel T bertugas mengenali sel yang telah terinfeksi kuman serta sel kanker dan melawannya. Ketika mengenali musuh, pasukan sel T mengaktifkan protein lengket yang disebut integrin. Protein- yang seperti lem ini akan membuat pasukan sel T menempel pada target incaran, kemudian membunuhnya.

Dalam penelitian ini, Dimitrov dan rekan-rekannya menemukan bahwa integrin sensitif terhadap hormon stres. Ketika kadar hormon stres, misalnya adrenalin, terus-menerus tinggi, integrin tak diproduksi dengan maksimal sehingga pasukan sel T sulit menempel pada target dan membunuhnya. Kadar hormon stres ini akan menurun ketika tubuh tidur.

Kesimpulan tersebut didapatkan Dimitrov- dan sejawatnya setelah meneliti sepuluh orang yang sehat. Sebagian dari mereka diminta tidur selama pukul 23.00-07.00. Sebagian yang lain diminta begadang sepanjang malam. Setiap orang kemudian diambil darahnya dan sel T-nya diperiksa. Ternyata integrin pada mereka yang tidur lebih aktif dibanding pada mereka yang begadang. “Temuan kami menunjukkan bahwa tidur berpotensi meningkatkan efisiensi respon sel T,” kata Besedovsky.

Studi tersebut merupakan penelitian lanjutan Besedovsky pada 2016 yang laporannya diterbitkan dalam American Journal of Physiology. Dengan metode yang sama, Besedovsky dan kawan-kawannya meneliti darah 14 laki-laki. Separuh dari mereka sebelumnya diminta tidur malam, sementara sisanya disuruh melek selama 24 jam.

Besedovsky dan timnya mengukur darah mereka tiga jam setelah kelompok yang diizinkan tidur terbangun. Pasukan sel T pada mereka yang tidur ditemukan berkurang. Tapi, pada yang begadang, jumlah sel T-nya tetap tinggi. Para peneliti menyimpulkan jumlah sel T tersebut berkurang ketika risiko infeksi rendah. Sel T pergi ketika tak ada musuh yang perlu dilawan. “Tapi masih misterius ke mana mereka bermigrasi,” ucap Besedovsky.

Dari penelitian ini, Besedovsky berkesimpulan, meski hanya semalam, begadang ternyata sangat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. “Ini mungkin salah satu alasan mengapa tidur teratur sangat penting untuk kesehatan,” ujarnya.

Hasil studi ini diamini oleh dokter dari Klinik Gangguan Tidur Rumah Sakit Mitra Keluarga Kemayoran, Jakarta Pusat, Andreas Prasadja. Menurut dia, daya tahan tubuh paling optimal bekerja saat tidur. Penyakit tidur seperti insomnia dan sleep apnea—henti napas ketika tidur yang menyebabkan lama tidur terlelap berkurang—juga terbukti menurunkan imunitas tubuh. “Jumlah sel imunitas meningkat tajam saat tubuh terlelap,” tuturnya.

Perkara pentingnya tidur ini juga dibenarkan oleh dokter spesialis penyakit dalam konsultan penyakit tropik infeksi, Erni Juwita Nelwan. Ketika tidur, tubuh akan memperbaiki sel-sel yang rusak sehingga tubuh tetap sehat. Nah, begadang menyebabkan proses perbaikan ini terhambat. “Sel apa pun, dari sel kulit sampai sel saraf otak, akan diperbaiki ketika tidur,” ujarnya.

Maka, ketika kebutuhan tidur tak tercukupi, tubuh akan mengalami stres sehingga mempengaruhi keseimbangan badan. Tubuh menjadi lebih rentan sakit atau kalau sakit lebih sulit sembuh. “Kurang tidur, kurang makan, atau terlalu banyak berolahraga membuat tubuh stres,” kata dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, ini.

NUR ALFIYAH

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus