Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kini kau datang lagi padaku
Setelah kau siksa diriku
Terlambat sudah, terlambat sudah
semuanya tlah berlalu
ya… penyakitku sudah berlalu
Potongan lagu lawas Terlambat Sudah itu dinyanyikan Benny Panjaitan, dengan sedikit modifikasi, di atas ranjang rumah sakit. Suaranya lepas. Wajahnya cerah. Mengenakan kaus-T putih dan celana pendek hitam, vokalis grup zaman baheula, Panbers, itu tak lelah mengumbar senyum.
”Saya bahagia sekali karena sudah bisa mengeluarkan suara yang asli,” kata Benny saat ditemui Tempo di Paviliun Kartika, Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta, Selasa pekan lalu. Maklum, sejak dia mengalami stroke—pembuluh darah di otak kanannya pecah—Juni tahun lalu, suaranya tak bisa bebas keluar. ”Mau keluarkan suara, tapi tertahan. Kesal,” kata pria 64 tahun ini.
Suara emas Benny kembali setelah ia menjalani cuci otak (brain flushing) berbasis radiologi intervensi di rumah sakit itu Senin pekan lalu. Tindakan ini adalah teknik pembersihan otak dengan memberikan cairan khusus sehingga plak atau kerak yang mengganggu aliran darah rontok.
Teknik ini dijalankan tanpa bedah tengkorak, hanya dengan memanfaatkan kateter mikro yang dilesakkan ke pembuluh darah di pangkal paha (arteri femoralis). Kateter terus masuk melalui pembuluh darah di perut, dada, lalu naik hingga mencapai otak. Setelah sampai di pembuluh darah yang bermasalah, cuci otak pun dilakukan.
Dalam proses ini, peran digital subtraction angiogram, mesin canggih yang bisa memindai pembuluh darah secara tiga dimensi, sangat vital. Mesin inilah yang memandu dokter bertindak. ”Teknik ini memang luar biasa. Setelah tindakan, pandangan saya jadi lebih terang dan daya tangkap otak lebih cepat,” ujar Benny.
Kejutan tak berhenti di situ. Sehari setelah tindakan intervensi, suami Nancy B.R. Sitompul itu sudah bisa menggerakkan tangan dan kakinya. Bahkan Benny bisa berjalan 5-6 langkah. Padahal sudah setahun ini kaki kirinya lumpuh sehingga ke mana-mana harus menggunakan kursi roda.
Pria kelahiran Tarutung, Sumatera Utara, itu ingat betul, selama setahun terakhir ia terus memburu pengobatan. Pijat, pengobatan sinse, dan detoksifikasi otak sudah dia jalani. Benny juga sempat ditawari menjalani bedah tengkorak, tapi ia menolaknya. Benny pun nyaris putus asa.
Optimisme kembali muncul setelah dia bertemu dengan Rita Nasution. Penyanyi grup Nasution Sisters itulah yang bercerita tentang cuci otak di RSPAD Gatot Soebroto. Terawan Agus Putranto, dokter subspesialis radiologi intervensi, adalah ahlinya.
Menurut Terawan, inti dari tindakannya adalah memperbaiki aliran darah di otak, lalu melancarkannya jika ada yang menghambat. Jika aliran darah lancar, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada ini melanjutkan, sel-sel akan jauh lebih hidup dan fungsi organ tubuh meningkat.
Bagi sebagian dokter, cuci otak ala Terawan mungkin tak lazim. Tapi ia tak terlalu peduli. Baginya, yang penting, pasien merasakan manfaatnya. Seperti yang dirasakan Benny, ”Saat pembuluh darah dicuci, rasanya seperti disiram air panas. Setelah beberapa lama, kepala rasanya ringan.”
Menurut Terawan, dia sudah menerapkan teknik ini sejak 2004 dan ribuan orang telah dapat ditolong. Kini tentara aktif berpangkat kolonel yang sempat belajar digital subtraction angiogram di Fujita Health University, Jepang, ini saban hari menangani 5-8 orang. Bukan hanya pasien stroke, pasien aneurisme, kanker, dan masalah pembuluh darah lain juga ditangani Terawan dan timnya dengan bantuan digital subtraction angiogram.
Selain menangani pasien, Terawan membagi ilmunya dengan mengundang koleganya dari berbagai kota. Anak didik dokter yang memperoleh spesialisasi radiologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, itu sudah tersebar di Surabaya, Medan, Pekanbaru, Semarang, Bali, dan Manado.
Di Surabaya, ilmu Terawan dipraktekkan di RS Husada Utama dan RS Haji. Namun Hajar Ariyani, dokter spesialis radiologi yang berpraktek di kedua rumah sakit, mengaku pasiennya masih sedikit. Maklum, di RS Husada, tindakan itu baru mulai dilakukan pada Februari lalu. Di RS Haji, praktek belum bisa dijalankan gara-gara mesin digital subtraction angiogram rusak.
Salah satu pasien Hajar di RS Husada terkena stroke satu setengah tahun lalu. Bicaranya pelo dan wajahnya mencong. Setelah menjalani cuci otak, kata Hajar, ”Bicaranya lancar dan bisa mengaji. Wajahnya juga tak lagi mencong.”
Dwi Wiyana
Kuncinya, Aliran Darah Lancar
Setelah lumpuh selama setahun akibat stroke, Benny Panjaitan, pentolan band lawas Panbers, kini bisa kembali berjalan. Rahasianya, plak yang menghambat aliran darah pada pembuluh balik besar otak sebelah kiri sudah dihilangkan dengan radiologi intervensi.
Berikut ini tindakan terhadap pengidap hipertensi dan kolesterol tinggi.
1.Pemeriksaan dengan digital subtraction angiogram sampai ditemukan pembuluh darah yang aliran darahnya terhambat, termasuk oleh plak.
2.Dokter memasukkan kateter ke dalam arteri femoralis di pangkal paha.
3.Kateter dipandu kawat kecil di dalam kateter dan terus menyusuri pembuluh darah hingga ke otak yang aliran pembuluh darahnya terhambat.
4.Plak dibersihkan dengan cairan pembersih (flush) sampai tuntas.
5.Kembali dilakukan pengecekan dengan digital subtraction angiogram sampai dipastikan semua aliran darah lancar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo