SEORANG pedagang tergilas kereta api di terowongan Bendungan
Hilir, Jakarta. Kedua kakinya putus. Tak berapa lama sebuah
ambulan melaju dan meraung-raung, berhenti di tempat kecelakaan
itu. Dua orang perawat di ambulan udi menolong penderita gawat
itu secara darurat, lengkap dengan infusnya. Dengan tandu korban
pun diangkut ke dalam ambulan dan segera dilarikan ke rumah
sakit.
Pedagang buah-buahan itu, dalam perjalanan dengan kereta api,
rupanya nekat naik ke atap. Sampai di kawasan Bendungan Hilir
kepalanya terbentur terowongan dan ia terjatuh--digilas
roda-roda besi kereta api. Seorang penduduk yang menyaksikan
kejadian itu segera menelepon pada nomor 118, memberitahukan
musibah tersebut. Ambulan itu pun muncul.
Armada Ambulan 118 untuk menolong penderita gawat darurat itu
sebenarnya sudah ada sejak 10 tahun lalu. Mula-mula hanya di
Jakarta (sebagai uji coba) dengan dua ambulan, kini beberapa
kota mulai merintis pelayanan kemanusiaan itu: Bandung, Yogya,
Semarang, Surabaya, Ujungpandang. Gagasan itu muncul dalam
Kongres Ahli Bedah Seluruh Indonesia, 1969, di Bandung.
Gagasan untuk menolong penderita gawat darurat kemudian
berkembang nilai 1979 dengan terbentuknya Perhimpunan Critical
Care Medicine Indonesia (PCCMI) yang terdiri dari para dokter,
perawat, tenaga teknis kedokteran dan awam yaitu anggota
masyarakat yang selalu bertugas di tengah-tengah masyarakat dan
setiap saat siap membantu.
Dalam kongres nasionalnya yang pertama di Hotel Borobudur,
Jakarta, akhir pekan lalu (15-27 November), PCCMI antara lain
memutuskan pertolongan hendaknya tetap dilakukan dan diusahakan
agar korban tidak meninggal atau cacat selama dalam perjalanan.
Karena itu dalam waktu-waktu mendatang ambulan khusus gawat
darurat akn dilengkapi obat-obat khusus dengan tenaga khusus
pula.
Di Jakarta kini terdapat 20 ambulan seperti itu. Angka 118
tercantum secara menyolok pada tubuhnya, agar masyarakat yang
membutuhkan selalu ingat: itulah nomor teleponnya bila
memerlukan. Kata-kata ambulan selalu ditulis terbalik di mobil
itu, dengan maksud agar pemakai kendaraan yang berjalan di
depannya dapat melihat dan membaca jelas (tidak terbalik)
tulisan itu lewat kaca spion--dan harap memberikan jalan.
Ambulan-ambulan yang siaga selama 24 jam itu memang disediakan
khusus untuk memberikan pertolongan pertama kepada para
penderita gawat darurat seperti korban kecelakaan lalu-lintas
korban bencana alam, penderita jantung gawat.
Semua peralatan kedokteran dan obat-obatan yang penting untuk
pertolongan pertama terdapat dalam mobil VW itu. Kalau perlu
"rumah sakit berjalan" itu juga siap membawa inkubator, alat
untuk menghangatkan bayi, bila ada panggilan untuk menolong
seorang ibu yang sulit melahirkan.
Setiap ambulan dilayani dua orang, yang harus mampu melakukan
tugas ganda: sebagai perawat dan sopir--tak terkecuali petugas
wanita. Idealnya dilengkapi seorang dokter, tapi selama ini
dokter mangkal di RSCM. Mereka terdiri dari 4 dokter ahli bedah
dan anastesi. "Kami memang kekurangan tenaga dokter," keluh dr.
Aryono D. Pusponegoro, Koordinator Armada Ambulan 118.
Ke-20 ambulan tersebut setiap ma Iam parkir di sebidang halaman
RSCM. Kemudian setiap pagi menuju ke pos masing-masing dan
siap-siaga bertugas selama 24 jam: di RSCM sendiri (Jakarta
Pusat), PMl Cabang Jakarta Utara (Jakarta Utara), Mabak I
Trunojoyo (Jakarta Selatan), Pos Polisi Cawang (Jakarta Timur),
Markas Dinas Kebakaran (Jakarta Barat).
Sayang upaya pelayanan kemanusiaan cuma-cumaitu masih banyak
hambatan. Hubungan telepon misalnya, seringkali sulit. "Bahkan
telepon umum juga sering tidak dapat masuk," ujar Hasim Soejoto,
staf pelaksana harian Ambulan 118. Ucapan Hasim agaknya juga
bermaksud menjawab keluhan sebagian warga kota yang pernah
menelepon ke nomor itu, tapi tak berjawab--bahkan tak diangkat.
Hal itu, kata Hasim, sudah dilaporkan kepada pihak Telkom, tapi
sampai pekan lalu belum juga diperbaiki.
Untuk mengatasi hambatan ini kini Ambulan 118 dilengkapi Cl
saluran 9, dengan call sign Bela I atau Kuda--rupanya khusus
bagi yang punya pesawat CB. Armada Ambulan 118 juga bekerjasama
dengan instansi-instansi lain seperti Dinas Kesehatan Kota, D
LLAJ R dan Orari melalui frekuensi 5000. "Masyarakat jangan
segan-segan menelepon 118," atau 344.003 kata Hasim Soejoto.
Setiap pertolongan darurat melalui Ambulan 118 , tak dipungut
bayaran . Yaitu, mulai dari pemakaian ambulan, perawatan dan
pengobatan serta tenaga dokter selama dalam perjalanan ke rumah
sakit. Tapi bila ternyata si penderita masih harus dirawat, ia
akan dikenai biaya selama di RS.
Barangkali karena itu pelayanan darurat Ini hanya menggantungkan
dana dari sumbangan beberapa dermawan, subsidi DKK dan
perusahaan asuransi Jasa Raharja. "Tapi karena dana masih terasa
amat kurang, para dokter sering harus merogoh kantung sendiri
untuk membeli obat, peralatan atau bensin," kata dr. Aryono.
MESKI begitu proyek ini berjalan terus. Sebab, menurut dr.
Aryono ada tujuan sampingan yang hendak dicapai oleh Armada
Ambulan 118 ini. Yaitu mendidik para dokter, calon dokter ahli
bedah dan para perawat melalui pendidikan praktek menolong
penderita gawat.
Mahasiswa kedokteran tingkat VI diharuskan mempunyai pendidikan
tersebut dengan mengikuti patroli Ambulan 118. Para dokter yang
sudah praktek juga boleh mengikuti proyek itu, begitu pula
dokter-dokter yang tinggal di luar DKI. "Masih banyak dokter dan
perawat yang belum tahu cara menolong penderita gawat darurat.
Dan masih banyak dokter yang bertemu dengan korban di jalan,
tapi mereka jalan terus," ujar dr. Aryono.
Selama ini panggilan minta pertolongan paling banyak datang pada
tanggal-tanggal muda, Sabtu, Minggu dan Kamis, rata-rata 15
sampai 20 panggilan tiap hari. Tapi tak disebutkan mengapa pada
hari dan tanggal-tanggal itu banyak pertolongan diminta. Yang
pasti tak semua panggilan berasal dari orang yang benar-benar
membutuhkan pertolongan.
Menurut seorang perawat di Ambulan 118, tidak jarang Armada
Ambulan 118 mendapat panggilan palsu. Suatu malam ada panggilan
untuk menolong seseorang yang disebutkan terserang penyakit
jantung. Alamatnya jelas. Sampai di tempat yang dituju, ambulan
tersebut dirampok oleh sejumlah pemuda, mereka mencari obat-obat
penenang. Itu sebabnya kini ambulan-ambulan tersebut hanya
membawa obat penenang yang lebih ringan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini