Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RUDY Donald Nainggolan, 46 tahun, hampir tak pernah mengenakan celana pendek. Musababnya, ia mesti menutupi tonjolan yang berkelok-kelok di sepanjang kedua kakinya. "Karena teman saya pasti ada yang berkomentar, 'Kok, kayak ada uler di dalam kaki?'" kata Rudy, Kamis pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia biasanya hanya tersenyum, lalu menjawab ringkas bahwa tonjolan dari bawah kulitnya adalah varises. Teman yang mengomentari biasanya akan melanjutkan, "Kok, kayak ibu-ibu hamil?" Rudy dengan enteng menjawab, "Iya, kalau ini bapak-bapak hamil, ha-ha-ha…."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ular kecil berkelok-kelok" itu muncul di sepanjang tungkai kaki kirinya serta bersemayam di paha dan dekat mata kaki kanannya. Ayah, ibu, dan kakak Rudy juga menderita masalah ini. Kakaknya sudah dioperasi dan varisesnya telah lenyap.
Bukan masalah estetika yang membuat Rudy tak nyaman. Tiap kali kelelahan, kakinya selalu nyut-nyutan. Padahal ia bekerja sebagai pelaksana proyek bangunan yang harus naik-turun bangunan. Kalau sudah terasa terlalu nyeri, sering kali ia terpaksa bolos kerja atau baru masuk kerja pada sore hari. "Saya memantau pekerjaan dari rumah," ucap pria yang tinggal di Tanjung Priok, Jakarta Utara, itu.
Karena perkara nyeri ini pula bapak satu anak itu terpaksa pisah kamar dengan keluarganya. Rudy butuh tempat tidur sendiri karena ia perlu mengangkat kaki ke tembok untuk mengusir nyeri. Rudy membiarkan posisi kakinya di atas sampai ia tertidur pulas. "Saya takut istri dan anak ketindih karena saya tidak sadar kapan turunnya," ujarnya.
Banyak orang kerap meremehkan varises dan menganggap masalah ini hanya mengganggu penampilan. Padahal varises menurunkan kualitas hidup karena membuat pegal, nyeri, bengkak, sampai koreng. Agar masyarakat sadar bahwa varises bukan perkara sepele, Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta, memberikan edukasi kepada masyarakat pada akhir April lalu.
Varises adalah kelainan pada pembuluh darah vena bagian luar yang penampakannya melebar dan berkelok-kelok pada tungkai. Vena merupakan pembuluh darah yang bertugas mengembalikan darah pada jantung setelah mengantarkan nutrisi ke seluruh organ tubuh.
Untuk mencapai jantung, dari pembuluh di kaki, darah mesti mengalir ke atas. Ketika kaki kita bergerak, otot pada betis dan kaki berkontraksi, mendorong darah naik. Karena letaknya paling jauh dari jantung dan paling terbebani gravitasi, vena pada area bawah tungkai dianugerahi katup satu arah yang akan menutup jika darah yang akan kembali ke jantung ini sudah lewat. "Sehingga darah tak lagi turun ke bawah," kata dokter spesialis bedah vaskuler Deddy Pratama.
Namun karena banyak faktor, antara lain keturunan, obesitas, sering berdiri lama, dan usia, katup tersebut bisa bocor. Akibatnya, darah yang semestinya naik ke jantung kembali turun. Karena beban darah yang turun dan menyebabkan penumpukan tersebut, vena yang awalnya berukuran normal menjadi melebar. Ketika bebannya makin banyak, selain melebar, vena juga menjadi berkelok-kelok untuk menampung semua darah. Tekanan pada vena pun makin bertambah.
Besarnya tekanan inilah yang membuat kaki terasa pegal meski baru berjalan sebentar. Jika terus-menerus dibiarkan, tekanan ini membuat tubuh melepaskan zat yang mengiritasi saraf. "Efeknya adalah nyeri," ujar Suhartono, dokter spesialis bedah vaskuler dari Venosan Clinic, Jakarta.
Lambat-laun, karena padatnya penumpukan darah statis tersebut, sel-sel di sekitar area penumpukan tak mendapat nutrisi yang dihantarkan oleh darah bersih. "Lama-lama area tersebut menghitam dan menjadi koreng," tutur Suhartono.
Kalau dibiarkan bertahun-tahun alias kronis, kata dia, kerusakan pada katup vena luar ini merembet ke vena bagian dalam karena berhubungan. Kerusakan pada vena bagian dalam ini akan lebih berbahaya jika dikombinasikan dengan darah kental, yang bisa disebabkan oleh penyakit metabolik, seperti diabetes, hipertensi, dan kolesterol tinggi.
Perpaduan dua hal itu bisa menyebabkan pembekuan darah pada vena dalam (deep vein thrombosis). Jika terbawa ke atas, darah beku ini bisa masuk ke paru-paru dan menyumbat. Akibatnya fatal: orang bisa meninggal seketika.
Atau sebaliknya, kerusakan vena bagian dalam ini bisa disebabkan oleh pembekuan darah pada vena dalam. "Sebanyak 30 persen orang dengan deep vein thrombosis akan mengembangkan masalah ini dalam sepuluh tahun setelah diagnosis," kata Deddy Pratama.
Ada banyak cara menghindari varises. Menurut dokter spesialis bedah toraks dan kardiovaskular Achmad Faisal, dengan mengurangi faktor risiko, yakni menjaga berat badan ideal; tidak menyilangkan kaki; mengurangi pemakaian sepatu berhak tinggi; rutin melakukan peregangan ketika lama berdiri atau duduk; dan menghindari menggunakan celana yang terlalu ketat, terutama di pangkal paha. Celana ketat bisa menghalangi aliran darah di kaki. "Sebaiknya jangan pakai jins yang ketat," ujar dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Pondok Indah ini.
Cara lain adalah dengan berolahraga. Olahraga akan membuat vena menguat dan menciptakan pembuluh-pembuluh darah vena baru. Maka, kalau ada kerusakan katup di salah satu vena dan mengakibatkan kemacetan, darah bisa beralih ke vena lain. "Sama seperti kalau lalu lintas jalan macet, bisa cari jalur alternatif," kata Deddy, yang berpraktik di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Namun kalau sudah telanjur menderita varises, menurut Suhartono, dasar pengobatan pertama adalah dengan menghilangkan faktor risiko, seperti menurunkan berat badan jika mengalami obesitas. Obat-obatan digunakan untuk mengurangi tekanan pada vena. Kerja vena juga bisa dibantu dengan menggunakan stocking compression, stoking yang didesain dengan tekanan berbeda-beda agar darah bisa mengalir ke atas. "Sayangnya, stoking untuk pengobatan ini malah dianggap sebagai alat kosmetik sehingga asuransi tak mau menanggung," ujarnya.
Cara lainnya adalah dengan menutup vena yang bermasalah tersebut melalui operasi. Bisa dengan laser dan lem, mengeluarkan vena yang bermasalah, dan radioterapi. Rudy Donald Nainggolan sedang menunggu operasi tersebut. Ia berharap cara ini akan membuatnya terbebas dari nyeri. "Kalau urusan penampilan, tinggal pakai celana panjang dan sepatu sudah beres. Tapi nyerinya itu yang sangat menyiksa," katanya.
Nur Alfiyah, Mitra Tarigan
Jangan Sepelekan Varises
VARISES adalah penyakit yang umum terjadi. Di Amerika Serikat, sekitar 23 persen orang dewasa menderita penyakit ini. Jika spider telangiectasia dan vena retikuler juga dipertimbangkan, prevalensinya meningkat menjadi 80 persen pada pria dan 85 persen pada wanita. Varises mempengaruhi 22 juta wanita dan 11 juta pria usia 40-80 tahun.
Namun gejala penyakit ini kerap disepelekan, seperti pegal terus-menerus yang dianggap hanya akibat dari kelelahan. Padahal bisa jadi ini adalah gejala awal varises. Berikut ini tingkatan varises dari awal sampai terjadinya luka.
C0 - Belum ada penampakan, tapi sudah ada keluhan, dari pegal-pegal sampai nyeri di daerah tungkai.
C1 - Mulai timbul spider vein, yakni garis-garis halus biru atau merah.
C2 - Garis-garis halus tersebut mulai membesar dan menonjol. Di tahap inilah orang umumnya baru menyadari menderita varises.
C3 - Kaki mulai membengkak karena darah tak bisa naik, tertahan, dan menumpuk.
C4 - Kulit berubah menjadi lebih cokelat karena lemak di dalamnya rusak.
C5 - Kulit ikut rusak sehingga timbul koreng. Di tahap ini, koreng sudah mulai sembuh.
C6 - Koreng yang masih aktif.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo