Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kutipan & Album

Penyerbuan Markas Polisi

KERUSUHAN meletus di penjara Markas Komando Brigade Mobil (Brimob), Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Selasa pekan lalu.

13 Mei 2018 | 00.00 WIB

Tak sulit menemui tahanan kasus terorisme di Rumah Tahanan Salemba cabang Mako Brimob Kelapa Dua alias Rutan Mako Brimob, Depok.
Perbesar
Tak sulit menemui tahanan kasus terorisme di Rumah Tahanan Salemba cabang Mako Brimob Kelapa Dua alias Rutan Mako Brimob, Depok.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

KERUSUHAN meletus di penjara Markas Komando Brigade Mobil (Brimob), Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Selasa pekan lalu. Sejumlah narapidana teroris di Blok C menyerang polisi gara-gara hal sepele. "Penyebabnya soal makanan dari keluarga narapidana yang harus diverifikasi lebih dulu," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Kepolisian RI Brigadir Jenderal Mohammad Iqbal, Rabu pekan lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Enam orang tewas dalam kerusuhan itu: lima polisi dan seorang tahanan. "Satu orang itu melawan dan mengambil senjata petugas," kata Iqbal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Penyerangan terhadap polisi di markas polisi acap terjadi. Artikel majalah Tempo edisi 9 Januari 1982 mengangkat peristiwa "Penyerbuan di Cicendo", yang merekam penyerangan terhadap aparat kepolisian. Penyerbuan itu terjadi setengah jam lewat tengah malam pada 11 Maret, tepatnya pukul 00.30. Di kantor Komando Sektor Kota (Kosekta) 8606, Bandung, waktu itu hanya ada empat polisi yang berjaga: Sersan Satu Suhendrik, Bhayangkara Satu Zul Iskandar, Bhayangkara Dua Andi, dan Sersan Kepala Suryana, komandan jaga.

Dengan memakai truk, 14 anggota jemaah Imran dipimpin Salman Hafidz mendatangi pos polisi tersebut. Tiga orang dari mereka mendatangi petugas jaga pura-pura menanyakan sepeda motor salah satu anggota jemaah yang ditahan. Begitu sudah dekat, mereka menodongkan senjata api Garrand-hasil curian salah satu anggota jemaah dari Pusat Pendidikan Perhubungan (Pusdikhub) Bandung-kepada para petugas tersebut.

Keempat polisi itu kemudian mereka giring ke dalam sel tahanan yang terletak di belakang kantor. Lalu mereka membebaskan empat tahanan yang ada dalam sel. Dari luar, dengan Garrand curian itu, Husain, salah seorang penyerang, atas perintah Salman, memberondong keempat polisi tersebut. Tiga di antaranya langsung tewas, sedangkan Serka Suryana mengalami luka berat.

Atas perintah Salman pula mereka kemudian mengobrak-abrik kantor polisi itu. Mereka juga membakar arsip yang mereka temui. Para penyerang membawa lari dua pistol kaliber 38, satu mesin tik, tiga helm polisi, sepasang seragam polisi, dua sepeda motor, satu pesawat telepon, dan sehelai jaket.

Tujuan penyerangan terungkap kemudian setelah mereka tertangkap. Ide menyerang pos polisi itu datang dari Salman setelah mendengar laporan Anas bahwa sepeda motornya ditahan di Kosekta Cicendo. Dalam suatu pertemuan di rumahnya di Jalan Kebon Sari Cimahi, Salman mengingatkan para rekannya pada perintah Imran untuk mencari senjata selambat-lambatnya satu minggu.

Kebetulan, sebelumnya, Abdul Haris, seorang anggota jemaah, berhasil mencuri sepucuk senjata Garrand milik Pusdikhub. Puluhan butir peluru untuk senjata itu diperoleh dari Nadjamuddin, anggota jemaah yang akhirnya tewas dibunuh para rekannya karena dianggap berkhianat.

Sehari setelah penyerbuan, Husain dan Zahid, yang ikut dalam penyerbuan, melaporkan peristiwa itu kepada Imran di Jakarta. Mereka juga menyerahkan sepucuk pistol hasil rampasan. Tiga hari kemudian, pistol itu diserahkan lmran kepada Mahrizal.

Pistol inilah yang kemudian dipakai Mahrizal untuk membajak pesawat Garuda bernomor penerbangan 206 dari Palembang ke Medan. Penyanderaan yang disebut Peristiwa Woyla itu terjadi di Bangkok setelah para penyandera mengarahkan pesawat ke ibu kota Thailand tersebut. Menurut seorang polisi, dari dua pistol yang dipakai para pembajak, hanya satu yang ditemukan seusai penyerbuan pembebasan."Mungkin yang sebuah itu ditemukan salah seorang tentara Thailand dan disimpan buat kenang-kenangan," ucap polisi tersebut.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus