Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Serangan Langka Si Kawasaki

Seorang bocah menderita penyakit kawasaki yang berlanjut dengan serangan jantung. Ini kasus langka di Indonesia.

8 Agustus 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Grace Octavia Tanus berdiri malu-malu di lantai tiga Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta. Didampingi kakek dan neneknya, bocah berusia enam setengah tahun itu sesekali menyunggingkan senyum. Kakinya terlihat kukuh untuk berjalan ke sana-kemari. Kon-disi Grace jauh berbeda dibanding dua pekan sebelumnya. Mengalami nye-ri dada, saat itu dia tampak lemas, tak bergairah, dan maunya tiduran melulu.

Kamis sore pekan lalu, Grace datang untuk diperiksa lagi setelah sehari sebelumnya diizinkan pulang dari rumah sakit yang sama. Selama dua pekan, bungsu pasangan Tony Tanus dan Ny. Asui itu harus diopname karena terkena serangan jantung. Penyebabnya—inilah yang mengejutkan—bukan serangan jantung biasa, melainkan penyakit kawasaki yang dideritanya.

Nama penyakit itu diambil dari nama penemunya, Tomisaku Kawasaki, dari Tokyo Red Cross Medical Center. Dia yang melaporkan kasus pertama penyakit ini pada 1967 yang menyerang anak-anak di bawah usia lima tahun. Di Jepang diperkirakan ada 5.000-6.000 kasus dalam setahun, sementara di Amerika Serikat sekitar 3.000 anak mesti dirawat akibat penyakit yang sama. Hingga seka-rang penyebab penyakit ini belum di-ketahui.

Di Indonesia belum ada data mengenai jumlah kasus kawasaki. ”Penyakit kawasaki yang diikuti serangan jantung seperti yang dialami Grace baru kali ini kami temui,” kata dr Ganesja M. Harimurti, Kepala Klinik Kardiologi Pediatrik RS Jantung Harapan Kita.

Serangan jantung muncul setelah pem-buluh darah koroner Grace menggelembung mirip balon (aneurisma). Pembuluh darah normal hanya berdiameter dua milimeter, sedangkan pembuluh darah Grace menggelembung hingga sekitar delapan milimeter. Inilah yang menyebabkan dada siswi kelas dua SD Ipeka Puri Indah, Jakarta Barat, itu tera-sa nyeri.

Kepastian Grace terkena kawasaki diperoleh saat gadis cilik itu dirawat di RS Graha Medika, Jakarta. Mula-mula, dia mengalami demam tinggi sampai 39,5 derajat Celsius pada 4 Juli lalu. Di sekujur tubuhnya muncul bintik-bintik merah mirip campak. Mata, bibir, dan lidahnya juga merah mirip buah stroberi.

Menurut Tony, ayah Grace, dokter sempat mendiagnosis anaknya mende-rita infeksi saluran kencing, tapi setelah diberi antibiotik dan disuntikkan infus, panas Grace tak juga turun. Sempat pula dikira ada flek pada paru-paru. Setelah diberi obat, ternyata tak sembuh juga. Dari situlah akhirnya dokter memastikan si kecil menderita kawasaki, yakni jenis penyakit infeksi pada pembuluh darah.

Untuk mengusir si kawasaki, Grace disuntik dengan immunoglobulin Gaminum-N. Setiap botol yang berisi 50 mililiter harus disuntikkan dalam selang waktu sekitar setengah jam. Harga-nya mahal nian, per botol sekitar Rp 4,5 juta. Syukurlah, setelah menghabiskan 10 botol, demamnya mulai turun. Bintik-bintik di kulit juga menghilang. Sesudah sekitar 10 hari dirawat, akhirnya Grace diperbolehkan pulang.

Rupanya, kelegaan itu tak berlangsung lama. Pada 20 Juli, Grace mengeluh nyeri dada. Akhirnya, ia diboyong ke Rumah Sakit Harapan Kita. Setelah pemeriksaan dilakukan, ketahuan Gra-ce terkena serangan jantung.

Penyakit kawasaki memang bisa memicu serangan jantung. Diperkirakan 20-25 persen penderitanya bisa terkena serangan jantung dan berujung pada kematian. Hal itu terjadi bila pengobatan terlambat atau tak dilakukan dengan baik. Menurut dr Najib Advani, penulis buku Mengenal Penyakit Kawasaki, ke-terlambatan bisa terjadi akibat kesalah-an diagnosis. Maklum, gejalanya mirip penyakit lain, seperti campak, bahkan terkadang dikira akibat alergi obat.

Najib memperkirakan, sebenarnya pen-derita penyakit kawasaki cukup ba-nyak di Indonesia. ”Cuma, banyak dokter anak yang belum paham sehingga ha-nya sedikit yang muncul ke permukaan,” kata Ketua Ikatan Dokter Jantung Anak Seluruh Indonesia itu. Dia pun mengaku sudah beberapa kali menangani pasien Kawasaki, tapi komplikasi yang cukup berat seperti yang dialami Grace memang jarang terjadi.

Dwi Wiyana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus