Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Langsing karena Yoga
Gerakan peregangan dan meditasi dalam yoga memang tidak membakar kalori sebanyak jika seseorang melakukan jogging. Tapi, penelitian terbaru menyimpulkan bahwa yoga ternyata cukup efektif untuk menurunkan berat badan, khususnya pada orang yang sudah sepuh.
Diselenggarakan oleh Fred Hutchinson Cancer Research di Amerika Serikat, penelitian itu dilakukan dengan mengumpulkan data dari 15.500 orang berusia 53-57 tahun. Mereka ditanyai seputar latihan fisik, berat badan, kesehatan, dan sejarah dietnya. Hasilnya, mereka yang melakukan yoga secara teratur selama 10 tahun mengalami penurunan berat badan sedikitnya 2,27 kilogram. Sedangkan orang pada kelompok yang tidak beryoga justru mengalami kenaikan berat badan sekitar 6,13 kilogram. Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Alternative Therapies in Health and Medicine edisi Juli-Agustus 2005.
Menurut Alan Kristal, salah seorang peneliti, yoga akan membantu orang memiliki irama tubuh dan kebiasaan makan yang lebih sehat. Makan tidak lagi menjadi pelarian dari stres, kebosanan, atau depresi. Orang yang beryoga juga cenderung menghindari makanan yang berlemak, seperti junk food. Inilah yang membuat mereka menjadi lebih langsing. “Yoga sendiri sesungguhnya tak ada hubungannya dengan pembakaran kalori,” katanya.
Ibu Perokok, Anak Hiperaktif
Jika Anda seorang wanita yang mendambakan anak yang sehat tanpa kelainan, jangan merokok. Kalau telanjur merokok, hentikanlah. Sebuah hasil penelitian menyatakan bahwa wanita yang merokok pada saat hamilnya akan cenderung melahirkan anak hiperaktif. Penelitian ini dipublikasikan di sebuah jurnal kesehatan di Denmark pada awal Agustus lalu.
Dipimpin oleh Dr Karen Markussen Linnet dari Universitas Denmark, studi itu melibatkan sekitar 4.000 anak yang lahir pada 1991–1994. Para peneliti melacak para ibu yang memiliki kebiasaan merokok, lalu mendiagnosis anak-anak yang mereka lahirkan.
Hasilnya? Anak yang dilahirkan ibu perokok kerap cenderung hiperaktif atau kurang bisa konsentrasi. Selain itu, kondisi bayi saat dilahirkan kurang baik, berat badan rendah, atau lahir prematur. Sebanyak 99 persen anak hiperaktif berasal dari ibu perokok. Sebaliknya, anak-anak yang lahir dari ibu yang bukan perokok umumnya tumbuh sehat dan normal.
”Studi itu sangat menarik karena memberi pesan bagi para ibu untuk meninggalkan kebiasaan merokok,” kata Gary Giovino, ahli kanker Denmark. Secara biologis, penelitian ini masuk akal karena rokok dapat menyebabkan kerusakan janin, kekurangan oksigen pada otak. Di samping itu, nikotin pada rokok mengandung racun yang buruk bagi kesehatan.
Ancaman bagi Penderita Diabetes
PENYAKIT diabetes tidak bisa dianggap enteng, apalagi bagi orang yang sudah sepuh. Para peneliti dari Mayo Clinic Cancer Center di Amerika Serikat menyimpulkan, penderita diabetes berisiko terkena kanker pankreas yang mematikan.
Mereka telah meneliti 2.122 pasien dari Rochester, Minnesota. Berusia 50 tahun dan lebih, para pasien mengidap diabetes antara 1950 sampai 1995. Ternyata mereka memiliki risiko terkena kanker pankreas delapan kali lebih besar dibanding orang yang tidak mengidap diabetes alias gula darah.
Di Amerika Serikat, kanker pankreas terbilang penyakit ganas dan telah menelan 32 ribu jiwa. Orang yang terkena penyakit ini tidak memperlihatkan gejala yang menonjol. ”Kanker pankreas sulit dideteksi sejak dini,” kata Dr Suresh Chari, yang memimpin penelitian.
Menurut Chari, hasil penelitian itu bisa dijadikan bahan untuk menemukan cara mendeteksi kanker pankreas lebih dini. Masih diperlukan penelitian lanjutan untuk memastikan, misalnya, apakah mengkonsumsi gula secara berlebihan berisiko mengundang penyakit ini.
Reuters, HealthDay
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo