Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Sering Kesemutan? Waspada Lumpuh, Cek Penelitiannya

Pernahkah Anda mengalami kebas atau kesemutan yang tiba-tiba datang ketika beraktivitas? Jangan dibiarkan. Bagaimana solusinya?

1 Agustus 2018 | 14.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar
35-kosmo-kesemutan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pernahkah Anda mengalami kebas atau kesemutan yang tiba-tiba datang ketika beraktivitas? Jika hal ini sering terjadi, ada baiknya Anda mulai mewaspadai hal tersebut. Sebab, jika dibiarkan, kondisi ini dapat membuat saraf mati rasa sehingga anggota tubuh Anda bisa tidak merasakan apa pun.

Baca juga:
Gangguan Saraf Ini Sering Dialami Usia Produktif, Tilik Solusinya
Pentingnya Vitamin B untuk Saraf dan Perbaiki Kesemutan

kesemutan dan kebas yang sering muncul bisa jadi pertanda Anda mengalami neuropati atau gangguan saraf. Mengerikannya lagi, masalah tersebut saat ini tidak hanya dialami usia tua, tapi juga sudah merambah ke generasi aktif berusia 26-30 tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Awalnya, mungkin Anda hanya akan merasakan kesemutan atau kebas sewaktu-waktu. Namun kemudian, jika memburuk dan tidak dicegah serta ditangani dengan tepat, hal itu bisa merusak semua sel saraf Anda dan bisa berakibat kelumpuhan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lantas, apa saja pemicunya? Gaya hidup sehari-hari menjadi penyebab. Menariknya, ternyata pemakaian gadget berlebihan menjadi pemicu terbesar saat ini.

Berdasarkan penelitian NENOIN yang dilakukan MERCK, studi klinis mengenai kesehatan saraf tepi yang pertama kali diadakan di Indonesia menunjukkan gadget menyumbang 61,5 persen penyebab orang mengalami neuropati. Kemudian akibat mengendarai motor atau mobil (58,5 persen), duduk dengan posisi sama dalam waktu yang lama (53,7 persen), dan mengetik dengan komputer (52,8 persen).

Selain gaya hidup, kekurangan konsumsi vitamin B juga menjadi penyebab utama terjadinya neuropati. Berdasarkan riset tersebut, tercatat hanya 30,2 persen orang yang mengkonsumsi vitamin B.

Ilustrasi Vitamin B17. shutterstock.com

Hasil penelitian itu juga menyebutkan neuropati dapat dicegah dan diobati sebelum menjadi fatal. Untuk upaya pencegahan, jalani gaya hidup sehat, olahraga teratur, istirahat yang cukup, pola makan dengan gizi seimbang, serta konsumsi vitamin neurotropik 1 x sehari sejak dini secara teratur atau sesuai dengan petunjuk dokter.

Penelitian tersebut telah dipublikasikan dalam Asian Journal of Medical Sciences 2018. Studi NENOIN dilakukan di delapan kota dengan melibatkan 411 pasien yang mengalami gejala neuropati ringan sampai sedang dari etiologi yang berbeda. Jadi sangat dapat dipercaya dan representatif terhadap masyarakat Indonesia.

Ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dan Saraf Tepi PERDOSSI Pusat, yang juga konsultan neurologis dari Departemen Neurologi FKUI/RSCM, dr Manfaluthy Hakim, Sp.S(K), mengatakan neuropati memberikan beragam ketidaknyamanan dalam beraktivitas.

Jika biarkan begitu saja gejala neuropati, seperti kram, kebas, dan kesemutan, karena dapat menetap dan mengarah pada kelumpuhan. Selain itu, saraf dengan kerusakan lebih dari 50 persen sudah tidak dapat diperbaiki.

Salah satu contoh kerusakan saraf adalah carpal tunnel syndrome (CTS). CTS dengan kondisi parah dapat menyebabkan rasa nyeri dengan frekuensi serangan yang makin sering, bahkan menetap.

"Rasa nyeri tersebut dapat membuat fungsi tangan menjadi terbatas sehingga dapat menimbulkan kelumpuhan otot dan mengakibatkan kecacatan yang berpengaruh pada pekerjaan penderita. Dari fisik terlihat, tergantung dari jenis saraf yang terkena. Bila saraf tangan yang terkena dan tidak mendapatkan pengobatan yang baik, maka telapak dan jari-jari tangan menjadi melengkung,” ujar Manfaluthy dalam peluncuran wajah baru Neurobion di Jakarta.

Lebih lanjut, Manfaluthy menuturkan infeksi akibat neuropati banyak dialami orang-orang yang mengalami kebas atau mati rasa atau baal sehingga tidak terasa ketika terluka. Luka yang terjadi sangat mungkin terkena infeksi. Infeksi makin parah ketika dialami penderita diabetes.

"Pada penderita diabetes, angka prevalensi neuropati meningkat menjadi 50 persen atau 1 dari 2 penderita. Penurunan kualitas hidup terjadi ketika intensitas terjadinya gejala-gejala neuropati semakin sering," tuturnya.

Medical Manager Merck Consumer Health dr Yoska mengatakan salah satu cara mengatasi masalah neuropati adalah mengkonsumsi vitamin neurotropik, yang tidak hanya untuk mencegah, tapi juga mengurangi gejala kerusakan saraf tepi, seperti kesemutan dan kebas hingga 62,9 persen selama tiga bulan periode konsumsi.

"Vitamin neurotropik keluaran Neurobion ini terdiri dari vitamin B1, B6, dan B12 yang berfungsi memperbaiki gangguan metabolisme sel saraf dan memberikan asupan yang dibutuhkan supaya saraf dapat bekerja dengan baik," ucapnya.

Baca juga: Waspada,Terlalu Sering Mengetik Bisa Memicu Gangguan Saraf

Dia menjelaskan, penggunaan suplemen neuropati untuk pengobatan umumnya dilakukan dalam tiga bulan, kemudian bisa dilanjutkan dengan suplemen untuk pencegahan ke depan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus