Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Parasomnia sering diturunkan dalam keluarga, sehingga mengindikasikan adanya keterlibatan faktor genetik. Selain itu, gangguan otak juga diduga bertanggung jawab atas parasomnia, misalnya beberapa gangguan perilaku tidur. Parasomnia juga dapat dipicu oleh gangguan tidur seperti sleep apnea obstruktif dan konsumsi berbagai obat. Parasomnia lebih sering terjadi pada anak-anak dibanding pada orang dewasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Secara historis, laman Sleep Foundation menyebutkan parasomnia dianggap sebagai tanda definitif dari psikopatologi. Selain itu, beberapa peneliti kontemporer mengatakan parasomnia terjadi sebagai transisi otak masuk dan keluar dari tidur, serta antara siklus tidur Rapid Eye Movement (REM) dan Non-Rapid Eye Movement (NREM).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Parasomnia merupakan gangguan tidur yang sifatnya mengganggu. Parasomnia berupa gerakan, bicara, emosi, dan tindakan yang tak normal saat tidur, termasuk melindur. Meskipun pasangan tidur Anda mungkin mengira Anda sudah bangun. Misalnya berjalan ketika tidur, mimpi buruk, juga gangguan makan terkait tidur. Perawatan untuk parasomnia biasanya dimulai dengan pilihan non-obat.
Penyebab Gangguan Parasomnia
Lantas, apa penyebab terjadinya parasomnia? Mengutip laman Cleveland Clinic, beberapa masalah dapat berujung pada gangguan parasomnia.
- Masalah yang mengganggu tidur
Beberapa masalah berikut dapat berperan dalam terjadinya parasomnia pada seseorang:
- Transisi yang tak lengkap dari saat bangun ke tahap tidur
- Kurang tidur atau jadwal tidur-bangun yang tak teratur
- Mengonsumsi obat-obatan
Misalnya termasuk obat yang menyebabkan tidur, mengobati depresi, gangguan psikotik, tekanan darah tinggi, kejang, asma, alergi, serta mengobati infeksi
- Masalah medis yang mengganggu tidur
Misalnya sindrom kaki gelisah, sleep apnea obstruktif, nyeri, narkolepsi, kurang tidur, gangguan ritme sirkadian, atau gangguan gerakan tungkai periodik
- Kurangnya kematangan siklus tidur-bangun (pada anak).
- Masalah kesehatan lain
Di samping masalah penyebab parasomnia di atas, ada pula masalah kesehatan lain yang juga menyebabkan parasomnia. Beberapa masalah kesehatan tersebut seperti:
- Demam
- Stres
- Alkohol atau penyalahgunaan zat
- Cedera kepala
- Kehamilan atau menstruasi
- Genetika
- Penyakit radang
- Penyakit kejiwaan, termasuk depresi, kecemasan dan gangguan stres pasca-trauma
- Penyakit neurologis, seperti parkinson, demensia, stroke, multiple system atrophy, multiple sclerosis, tumor otak, migrain, serta ataksia spinocerebellar tipe tiga.
Cara Mengatasi Gangguan Parasomnia
Perawatan parasomnia bergantung pada jenis dan tingkat keparahannya. Berikut beberapa cara mengatasi parasomnia.
- Pengobatan
Bagi seseorang dengan gangguan parasomnia yang berulang, ia dapat dibantu dengan obat-obatan. Pilihan obat juga tak sembarangan, sesuai dengan gejala yang dialami. Akan tetapi, sebaiknya konsultasikan bersama dokter sebelum memutuskannya.
Beberapa jenis obat yang digunakan untuk mengobati parasomnia meliputi:
- Topiramate
- Antidepresan
- Agonis dopamin
- Melatonin
- Levodopa
- Benzodiazepin
- Terapi perilaku kognitif
Cara mengatasi parasomnia berikutnya adalah dengan terapi perilaku kognitif. Terapi perilaku kognitif merupakan pengobatan parasomnia yang umum diterapkan. Sebab, parasomnia sering dikaitkan dengan masalah kesehatan mental, seperti stres dan kecemasan.
Ada beberapa metode lain yang dapat dilakukan bersama dengan terapi perilaku kognitif, seperti:
- Psikoterapi
- Terapi relaksasi
- Hipnose
- Perawatan di rumah
Selain menggunakan obat-obatan dan terapi, ada pula perawatan parasomnia yang bisa dilakukan di rumah. Anda bisa menerapkan beberapa cara berikut:
- Bangun tidur yang terjadwal
- Ciptakan lingkungan tidur yang lebih aman, jika sering berjalan saat tidur
Demikian penyebab dan cara mengatasi parasomnia. Apabila Anda termasuk salah satu orang yang menderita gangguan parasomnia, Anda bisa mencoba tiga cara mengatasinya, juga menghindari penyebabnya.
ANNISA FEBIOLA