Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Si Rambut Landak Ogah Membebek

Komunitas punk makin diterima masyarakat. Mereka tak lagi identik dengan kriminal, seks bebas, dan narkoba.

2 November 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BAYANGKAN sebuah semesta yang terbolak-balik. Setan adalah makhluk baik yang selalu jadi korban. Sedangkan surga dan malaikat adalah lembaga yang kaku penuh aturan yangmahamengekang. Wahai, jika semesta khayali itu ada, pasti sejutadongeng anak-anak perlu direvisi dan ditulis ulang dengan radikal.

Imajinasi yang heboh, liar lagi nakal di atas milik Athonk alias SaptoRahardjo. Tokoh punk dan seniman tato dari Yogyakarta ini menuangkansegenap keliaran otaknya dalam komik Bad TimeStory. Di bar, kafe, juga di pojok-pojok taman kota tempatmangkal para punkers (sebutan bagi kaumpunk), di dalam maupun di luar negeri,komik ini menjadi salah satu buku yang banyak dicari. Disokong jaringandistribusi antar-kawan, komik yang dicetak seadanya ini dijual US$ 2 atausekitar Rp 20 ribu per eksemplar.

Dan, inilah dia Athonk, lelaki 30-an tahun yang kebanjiran ide unikbin nyeleneh. Rambutnya jabrik dengan cat oranye kemerahan. Kupingnya riuhdengan rentetan anting logam. Saat bertemu TEMPO pekan lalu di sebuahkafe di Jakarta, tubuh Athonk dibalut kaus hitam gambar tengkorak, celanajins hitam ketat, dan sepatu bot berujung runcing, penuh aksesori. Gambartato aneka rupa memenuhi kulit lengan dan lehernya. Semuanya gamblangmeneriakkan sosok seorang punk, sebuah jiwa bebas merdeka, yangmemberontak tak mau dikekang aturan apa pun.

Athonk bukanlah punk dadakan. Dia telah berdandan alapunk sejak duduk di bangku SMP. Awalnya memangcuma urusan penampilan fisik. Celana disobek-sobek, rambut dibikin gayalandak (mohawk) dengan krim jeli dan kadang dengan sebutir telur mentah, juga tatodan tindik di sana-sini. Pelahan-lahan Athonk menyerap semangat jiwa bebaspunk sampai mendarah daging. "Orangtua tadinya senewen, tapi lama-lama mereka bisa terima," kata Athonk, yangkini menjadi Ketua Java Tattoo Club.

Seperti halnya Athonk, komunitas punk di Indonesia pun telah lamamenjalani proses bertumbuh. Gerakan budaya ini, yang mengusung temapembelaan terhadap mereka yang tertindas, bermula pada awal 1970-an. Ketikaitu virus punk mulai menulari anak-anak muda sejagat, termasuk diIndonesia (lihat Pemberontakan Musik TigaJurus).

Sejak itu punk menjadi gerakan bawah tanah yang cenderungdisingkirkan masyarakat. Bahkan, pada zaman pemerintah Orde Baru,punk yang nekat berkeliaran di jalanankerap ditangkap polisi dan dimasukkan ke penjara selama beberapa hari."Gue udah sering ditangkepin kayakgini," kata Athonk.

Maklumlah, penampilan mereka yang semaugue itu membuat risi para orang tua. Tambahan lagi, sebagianpunkers ada yang menelan mentah-mentah gagasan anarki yang diteriakkanlagu-lagu The Sex Pistols, band pelopormusik punk dari Inggris. Hasilnya, tidaksedikit anak muda punk yang terlibatnarkoba, seks bebas, dan tindak kriminal.

Belakangan, angin mulai berubah. Matamasyarakat mulai terbuka bahwa tindak kriminal dan narkoba takbisa langsung divonis identik dengan punk. "Itu kanpersoalan manusia secara umum," kata Athonk, "siapapun bisa terjerat narkoba dan jadi kriminal."Hanya, karena punkers lebih ekspresif, tindakanmereka terlihat lebih menonjol.

Suara senada muncul dari artis sinetron danpenyanyi remaja, Agnes Monica. "Punkdan kriminal itu dua hal yang beda banget,"katanya. Labelisasi hanya berdasar penampilan amat tidakpas. "Banyak juga, kok, yang bukan punkertetapi berbuat kriminal," kata Agnes. Dia menegaskan, dirinya salutpada kreativitas dan kebebasan ekspresi di kalangan parapunkers. Itulah sebabnya, di panggung hiburanmaupun keseharian, Agnes bersemangat mempopulerkan gayapunk yang bebas, cuek, apa adanya.

Agnes Monica hanya satu contoh bahwa masyarakat makin terbukamenerima punkers. Faktor utamanya adalah tak sedikit penganutpunk—yang biasanya dicirikan rambutlandak—terbukti produktif berkarya.

Di jagat musik lokal, umpamanya, banyak punkersyang eksis mengibarkan bendera. Ada PAS, Slank,Shaggydog, Endank Sukamti, Superman Is Dead (SID). Mereka membawakanmusik-musik yang segar dan bebas. Lirik lagu yang ditawarkan para musisipunkers ini jujur, lugas, dan tidak jarang terasa kasar.

Lepas dari arena musik, punkers juga unjuk gigi. Di Yogyakarta,misalnya, kaum punk bergabung di Lembaga Budaya Taring Padi. Bermarkas dirumah sederhana di Sewon, Bantul, aroma hidup kelompok ini jauh dari suasanamalas dan berfoya-foya. Sebaliknya, mereka hidup terfokus danmencurahkan energi untuk berkarya. Ada yang melukis, melatih keahlian tatodan menindik (piercing), bikin komik, juga membuat suvenir-suvenir seni."Urusan perut tidak terlalu kami pikir, yang penting berkarya," kata BudiSantoso, 22 tahun, seorang punker yangtengah belajar di Jurusan Ilmu Patung Intitut Seni Indonesia (ISI).

Sembari berkarya, kaum punk juga aktif menjalin relasi dengansesama komunitas punk di berbagai kota. Caranya, melalui komunikasivirtual, membuat website, atau menerbitkanbuletin. Misalnya, buletin Sayap Kolektif, KontraKultural, dan Tanpa Perbatasan yang dirilis oleh komunitaspunk di Yogyakarta. Ada pula GangguanZen, newsletter yang diterbitkananak-anak punk yang nongkrong di Blok M,Jakarta Selatan.

Nah, segala jurus komunikasi tadi telah membuat komunitaspunk makin mengkristal. Jalinan terbesarsementara ini adalah Jafnus—Jaringan Anti-Fasis Nusantara—yang menyatukanpunk se-Jawa-Bali.

Tidak jarang jaringan ini menggelar diskusi. "Oh ya, parapunkers juga bisa berdiskusi serius," kata Selo,seorang punker yang mangkal di Blok M. Topiknya bisa apa saja yang sedangaktual. Misalnya militerisme, globalisasi, gerakan perdamaian, jugamerebaknya kekerasan dan pemaksaan pendapat di kalangan anak dan remaja.

Tapi, namanya juga punk, diskusi mereka jauh dari kesan formalala sekolahan. Narasumber berdiskusi bisa siapa dan apa saja—tak perlucendekiawan penyandang sederet titel akademis. Anak-anak zaman yang inginmencelat dari kelaziman berbagai pakem sosial ini toh tak peduli dengan segalatetek-bengek atribut. Bagi mereka, menjadipunk berarti menjadi jiwa yang bebas, yang tak mau membebek apa pundan siapa pun. "It's all about beingyourself. Be a f***ing individual," teriakJohnny Rotten, The Sex Pistols.

Mardiyah Chamim, Ecep S. Yasa (Tempo NewsRoom),L.N. Idayanie (Yogyakarta)


Kamus Anak Punk

  • Oi! = sebutan untuk punkers, sapaan halo antarsesama penganut punk yang berlaku universal. Oi! diucapkan tiga kali
  • Tikas = sakit, punkers biasa membolak-balik kata, terutama untuk yang berkonotasi negatif
  • Wakas = sakaw, ketagihan narkoba
  • Kobam = mabok
  • Chaos = kacau, biasa digunakan untuk menggambarkan kondisi emosional punkers yang lagi berantakan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus