Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Strategi Perajin Bakpia Yogya Gaet Lagi Wisatawan yang Kembali Ramai

Andung melanjutkan, wisatawan biasanya mengenali karakter satu brand bakpia kesukaan mereka hingga saat ke Yogya berulang membeli.

22 Agustus 2022 | 20.11 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kawasan Kampung Patuk Kota Yogyakarta yang selama ini dikenal sebagai sentra perajin kudapan khas asal Yogya, bakpia, belakangan kembali ramai wisatawan khususnya saat akhir pekan tiba. Meningkatnya kembali kunjungan para wisatawan yang belanja oleh-oleh di kawasan barat Jalan Malioboro itu, memicu geliat pusat-pusat produksi bakpia yang sebelumnya sempat mati suri hampir dua tahun akibat pandemi Covid-19.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Untuk saat ini penjualan bakpia kembali stabil, sudah seperti sebelum ada pandemi Covid-19," ujar Andung Aribawa, pengelola yang juga Junior Manager Bakpia Juwara Satoe, salah satu produsen bakpia terbesar di kawasan Patuk Senin 22 Agustus 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Andung membeberkan, meski dua tahun produksi bakpia di Patuk terimbas Covid-19, namun tak lantas para produsen dan perajin bakpia memanfaatkan aji mumpung ketika wisatawan kembali berdatangan. Mereka justru sepakat, menerapkan berbagai cara positif agar wisatawan kembali betah dan berbelanja di kawasan itu. Misalnya dengan menjaga harga stabil, produk senantiasa baru, dan melakukan inovasi produksi maupun pemasaran.

"Untuk harga kami tetap pertahankan harga lama, jadi tetap murah tapi wisatawan dapat banyak," kata dia. 

Andung mencontohkan, pihaknya tetap menerapkan dengan harga Rp. 20.000-an, wisatawan tetap bisa mendapatkan 15 biji bakpia per box-nya. "Ternyata dengan menjaga harga terjangkau seperti itu, penjualan melonjak sampai kadang produksi kesulitan mengimbangi permintaan yang tinggi khususnya saat libur akhir pekan," kata Andung.

Andung melanjutkan, wisatawan biasanya mengenali karakter satu brand bakpia kesukaan mereka hingga saat ke Yogya berulang membeli. Oleh sebab itu, para perajin pun saat ini berlomba mengembangkan produknya agar lebih beragam dan menjangkau berbagai kalangan.

"Tak cuma rasa yang dikembangkan, tapi juga jenis bakpia dikembangkan, baik bakpia berbentuk basah maupun kering atau krispi,"  kata Andung yang mengatakan saat ini pihaknya menggencarkan pemasaran bakpia basah setelah cukup berhasil dengan bakpia krispinya.

Selain harga dan inovasi, kata Andung, kunci menjaga minat wisatawan agar senantiasa berbelanja bakpia tetap dengan cara mendekatkan produk itu kepada mereka. Jadi, etalase-etalase untuk menawarkan produk bakpia tak sekadar di kampung Patuk yang menjadi pusat produksi perajin. Namun juga titik titik yang menjadi lalu lintas atau pergerakan wisatawan selama di Yogyakarta.

"Pasca pandemi Covid-19 ini kami telah berhasil mengembangkan 8 outlet bakpia untuk mendekatkan produk dengan wisatawan, meskipun produksinya tetap sebagian besar di Patuk," kata dia. Selain mendekatkan produk dengan wisatawan di dalam Yogya, ujar Andung, pihaknya juga gencar mengadakan tur mini. Tujuannya membantu mendorong wisatawan yang berkunjung ke Yogya tahu peta di mana tempat mendapatkan bakpia itu.

PRIBADI WICAKSONO

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus