Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Suka Kekerasan Verbal dan Fisik, Tanda Pasangan Toxic

Pasangan atau kolega sering berteriak dan mengancam, tanda ia menyukai pelecehan dan kekerasan verbal.

22 Desember 2021 | 16.30 WIB

Ilustrasi suami marah/pasangan bertengkar. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi suami marah/pasangan bertengkar. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Kekerasan bisa saja terjadi dalam hubungan, baik secara fisik maupun verbal. Misalnya, pasangan berkata kasar yang mungkin tidak disadari. Pasangan yang berkata kasar bisa membuat trauma, gangguan emosional, dan hidup dalam ketakutan terus-menerus akan ejekan, pelecehan, dan manipulasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Kekerasan verbal seringkali meningkat menjadi kekerasan fisik. Menghindari orang dengan temperamen negatif atau kerap berbicara kasar mungkin dapat menjadi salah satu cara. Anda juga harus mengetahui tanda-tanda kekerasan secara verbal berikut ini, menurut Bolde.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Menghina
Pada titik kemarahan, kita semua bisa mengatakan hal-hal yang sebenarnya tidak dimaksud. Perbedaannya adalah ia menghina bukan hanya sekali. Menghina karakter dan memanggil nama secara lengkap adalah cara untuk meremehkan dan merupakan tanda pelecehan verbal.

Meninggikan nada bicara dan berteriak
Jika pernah dimarahi atau diteriaki, Anda tahu itu menakutkan. Orang sering berteriak dengan maksud mengintimidasi atau membuat kesal. Kebiasaan ini akan menyakiti secara emosional. Orang-orang mungkin akan berteriak ketika marah, tetapi mereka biasanya akan menyadari telah melewati batas dan kembali berbicara secara normal. Jangan pernah meneriaki seseorang terus menerus.

Merendahkan dan mengecewakan
Pelaku sering kali bertujuan membuat korbannya merasa kecil. Kata-kata merendahkan adalah tanda lain dari pelecehan verbal. Ia mungkin berkata, "Kamu terlalu bodoh untuk mengerti apa yang saya bicarakan." Taktik ini juga digunakan untuk memanipulasi Anda agar sesuai dengan keinginannya.

Agresif
Bahasa tubuh yang agresif biasanya menandakan pelecehan verbal. Ia mungkin tidak benar-benar memukul tetapi mungkin menunjuk wajah Anda. Pasangan atau kolega mungkin menggebrak meja saat berbicara. Hal tersebut menandakan mereka mencoba mengendalikan Anda.

Mengancam
Pasangan yang mengancam tidak memiliki tempat dalam pertengkaran yang sehat. Orang-orang yang secara verbal melecehkan pasangan dan anggota keluarganya selalu menggunakan ancaman. Tujuan utamanya adalah mengontrol perilaku Anda. Alih-alih memberi perintah langsung, ia memanipulasi Anda untuk melakukan apa yang diinginkan dengan mengancam, "Jika kamu pergi menemui teman itu, aku tidak bisa berjanji akan tetap bersama."

Mengancam melakukan kekerasan fisik
Implikasi ia akan memukul bisa sama merusaknya dengan benar-benar memukul. Ancaman bisa menjadi lebih kuat jika menjanjikan kekerasan fisik. Ia mungkin maju ke arah Anda seolah-olah akan menyerang saat berbicara.

Mengabaikan perasaan
Seringkali pelaku kekerasan verbal akan mengabaikan perasaan korban. Jika Anda mengaku sakit hati, ia akan mengatakan Anda bereaksi berlebihan. Jika Anda mulai menangis, dia akan mengatakan Anda sok jadi korban. Ia mungkin juga menyalahgunakan Anda, bertindak seolah-olah Anda lah yang memiliki masalah karena bereaksi begitu keras terhadap pelecehannya.

Tidak mengizinkan Anda merespons
Seseorang yang kasar secara verbal mungkin tidak memberikan Anda hak untuk menjawab. Jika Anda mencoba menanggapinya, ia mungkin membicarakan Anda, meniru atau terlibat dalam perilaku kekanak-kanakan lain untuk membungkam Anda. Ia tidak ingin percakapan yang seimbang dan merata. Sebaliknya, ia hanya ingin Anda mendengarkan saat ia berbicara.

Terus berargumen
Menurut Healthline, pertengkaran terus menerus adalah salah satu tanda bahaya yang menunjukkan pelecehan verbal. Pelaku akan terus mengungkit masalah lama yang sama meski sebenarnya sudah selesai. Anda akan mendapati diri harus menjelaskan berulang-ulang.

Memberikan hukuman
Bagian dari pelecehan verbal adalah menghukum korban ketika pelaku tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Misalnya, jika ia mencoba memanipulasi Anda untuk melakukan sesuatu dan Anda tidak melakukannya, ia mungkin akan diam sebagai tanggapan. Hukuman seperti ini dirancang untuk membuat Anda merasa tidak nyaman dan seolah-olah telah melakukan hal yang salah dengan menentangnya meskipun tidak melakukannya.

Menyalahkan dan bertindak seperti korban
Pelaku kekerasan verbal akan menyalahkan korban. "Ini salahmu, aku menjadi sangat marah!" atau “Kamu menyebabkan konflik ini dengan menolak melakukan apa yang aku katakan.” Pelaku bertindak seperti korban dan mencoba mendapatkan simpati. Ia akan mencoba dan membenarkan perilaku buruknya.

Bertindak berbeda di sekitar orang lain
Akhirnya, pelaku kekerasan verbal sering bertindak berbeda ketika berada di sekitar orang lain. Ia mungkin memperlakukan Anda dengan sopan saat berada di sekitar teman dan keluarga. Hanya ketika berada di rumah dan tidak ada seorang pun yang menyaksikan ia melepaskan omelan kasar.

Perilaku ini tidak dapat diterima dan Anda harus selalu mengeksplorasi pilihan jika berada di pihak penerima. Tanda-tanda tersebut termasuk sinyal bahaya, bahwa Anda menerima kekerasan verbal. Buatlah keputusan yang tepat untuk menghadapi kondisi tersebut.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus