PEMAKAIAN obat antidiare yang mengandung kliokinol di Indonesia kembali dipersoalkan. Dua tahun lalu, Lembaga Konsumen Indonesia (LKI) meminta agar obat itu dilarang diperjualbelikan secara bebas, dan 17 Agustus lalu, Lembaga Konsumen Jepang (CJU) menulis surat kepada Presiden Soeharto. Mereka meminta kesediaan Kepala Negara agar turun tangan: melarang peredaran obat itu, yang menurut mereka sudah menimbulkan korban puluhan ribu di Jepang. Diketik dalam bahasa Inggris, surat yang ditandatangani oleh ketua CJU, Naokau Takeuchi, itu sambil menyampaikan imbauan juga menyertakan data jumlah korban efek samping kliokinol. Yakni, mereka yang kini menderita kelumpuhan atau kebutaan karena kerusakan saraf mata (SMON - Subacute Myelo Optic Neuropathy) gara-gara minum obat yang mengandung kliokinol. Jumlah seluruh korban itu sekarang tercatat sekitar 30.000 orang. Dari jumlah itulebih dari 7.000 orang sudah mengajukan tuntutan ganti rugi ke pengadilan di Jepang. Dan salah seorang di antaranya, Yuko Kigasawa, seorang ibu yang lumpuh kedua kakinya setelah minum kliokinol, dua tahun lalu pernah datang ke Indonesia dalam rangka mengampanyekan upaya penghentian pemakaian khoklnol di Indonesia. Datang atas undangan LKI yang bekerja sama dengan CJU, Yuko waktu itu memang dijadikan salah satu contoh untuk memperkuat imbauan LKI. Tapi contoh hidup ini rupanya tidak berhasll meyakmkan pemermtah. Terbuktl, obat antimencret yang mengandung kliokinol itu, dalam bentuk tablet dengan pelbagai merk, tetap saja bebas diperjualbelikan. Sedikitnya 22 merk yang beredar di Indonesia yang dihasilkan berbagai pabrik. "Indonesia tak sama dengan Jepng. Buktinya, sudah sekitar 43 tahun kita memanfaatkan kliokinol, tapi sampai sekarang belum ada laporan jatuh korban akibat efek samping obat itu," kata Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan Midian Sirait memberi alasan kenapa pemerintah belum mengeluarkan larangan beredar. Ditemui TEMPO, di ruang kerjanya, Kamis pekan lalu Sirait mengatakan belum membaca surat CJU yang ditujukan kepada Presiden Soeharto. Mengaku tahu ada surat itu dari koran, dia pun tampak tak begitu bergairah menanggapinya. "Yang tahu tentang Indonesia 'kan kita. Jadi, menurut saya, surat CJU itu tak perlu ditanggapi," katanya. Cuma, dia mengatakan agak curiga dengan gencarnya keinginan pelbagal plhak yang mengmgmkan obat yang mengandung kliokinol itu dilarang. "Mungkin ada negara yang sudah siap dengan obat diare baru pengganti kliokinol yang telanjur populer," katanya. - Kliokinol, yang memang dilarang di banyak negara, termasuk beberapa negara berkembang, adalah bahan obat untuk mengatasi diare yang disebabkan oleh amuba. Di Indonesia, jumlah penderita diare karena amuba diperkirakan hanya 10/o dari jumlah total penderita diare. Tapi obat yang mengandung kliokinol laris terjual, karena banyak penderita diare yang penyebabnya bukan amuba meminum obat kliokinol. Kenyataan inilah, kata Naokazu Takeuchi, ketua CJU, ketika ditemui koresponden TEMPO Seiichi ()kawa di Tokyo, yang mendorong mereka menulis surat kepada Presiden Soeharto. Takeuchi kurang sependapat dengan 'Midian Sirait bahwa Indonesia berbeda dengan Jepang sehingga ada alasan unl tuk membiarkan beredarnya kliokinol itu. "Saya pernah tinggal di Indonesia, sehingga cukup memahami keadaan di Indonesia," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini