Harganya memang tak seberapa. Namun, manfaatnya bisa amat penting bagi penduduk kota besar yang udaranya menyimpan racun timbel yang berbahaya. Itulah tahu. Makanan terbuat dari sari kedelai itu ternyata bisa jadi alternatif murah dan jitu untuk mengikis logam timbel. Solusi ini berlaku bagi warga Jakarta, salah satu kota di dunia yang dinobatkan sebagai kota yang udaranya paling tercemar timbel (plumbum, Pb) hasil pembakaran bensin kendaraan bermotor.
Seperti dilaporkan Reuters Health pekan lalu, khasiat tahu tersebut diteliti Changzhong Chen, ahli kesehatan masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat di Harvard, Boston, AS. Penelitian melibatkan 605 lelaki dan 550 perempuan yang tinggal di Shenyang, wilayah yang kadar timbel polutifnya tertinggi di negeri Cina.
Tim yang dipimpin Chen mencatat pola diet responden, terutama mengenai frekuensi menyantap tahu. Kemudian, Chen membandingkan pola diet dengan hasil tes darah responden. Kesimpulannya, seperti dilaporkan dalam American Journal of Epidemiology edisi terbaru, kadar timbel dalam darah penyantap tahu 11 persen lebih rendah daripada mereka yang jarang makan tahu.
Utomo Dewanto, ahli toksikologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mengaku tidak heran atas temuan Chen. Alasannya, "Tahu adalah makanan berbahan dasar kedelai, yang kaya kalsium," katanya. Kalsium inilah yang berperan mengikat timbel dan mengeluarkannya dari tubuh bersama kotoran lain.
Menurut Utomo, temuan Chen ini berguna bagi warga kota besar yang rawan terpapar logam berat. Jakarta, misalnya, menurut catatan Komite Penghapusan Bensin Bertimbel, memiliki jutaan kendaraan bermotor yang menebar 600 ton timbel per tahun. Bila terakumulasi, timbel bisa mengacaukan jaringan saraf, mengganggu pendengaran, dan merusak perkembangan kecerdasan. Nah, upaya menetralkan timbel ini bisa dilakukan dengan rajin minum susu dan menyantap tahu, yang tinggi kalsium.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini