Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

kaitan Kualitas Protein dan Kemampuan Tubuh Menyerap Asam Amino

Menilai kualitas sumber protein tidak hanya dilihat dari jumlah namun juga kemampuan tubuh menyerap asam amino dari sumber tersebut.

31 Januari 2025 | 20.57 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kader Posyandu memberikan makanan tambahan bergizi kepada seorang ibu yang menggendong balita saat Posyandu Integrasi Layanan Primer (ILP) periode Januari 2025 di lingkungan Mandala Sari, Desa Dangin Puri Kelod, Denpasar, Bali, Minggu, 12 Januari 2025. ANTARA/Nyoman Hendra Wibowo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Data Organisai Pangan dan Pertanian (FAO) PBB tahun 2023 menyebut Indonesia termasuk yang rendah dalam mengonsumsi protein hewani, yaitu hanya 29,76 gram per hari. Pakar dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Epi Taufik S.Pt menjelaskan menilai kualitas sumber protein tidak hanya dilihat dari jumlah namun juga kemampuan tubuh menyerap asam amino dari sumber tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Yang menyusun protein itu asam amino. Asam amino itu ada yang tidak bisa tubuh kita buat maka disebut asam amino esensial. Yang mengandung paling baik dan lengkap asam amino esensial itu protein hewan,” kata Guru Besar Ilmu dan Teknologi Susu Fakultas Peternakan IPB di Jakarta, Jumat, 31 Januari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia mengatakan kemampuan tubuh dalam menyerap asam amino esensial dari sumber protein dilihat dari skor protein digestibility-corrected amino acid score (PDCAAS) dan digestible indispensable amino acid score (DIAAS). Epi mengelompokkan sumber protein hewani seperti daging ayam, daging sapi, telur, dan ikan salmon sebagai sumber protein yang memiliki skor DIAAS di atas 100, yang berarti kandungan asam amino banyak terserap tubuh untuk kebutuhan memperbaiki jaringan dan zat pembangun.

Protein hewani untuk lengkapi protein nabati
Namun, bukan berarti kandungan asam amino yang terdapat dalam protein nabati seperti sayur atau kacang-kacangan tidak berkualitas. Ia menjelaskan protein nabati tidak semua tercerna sempurna oleh tubuh. Karena itu perlu protein hewani untuk melengkapinya agar tidak terjadi kekurangan gizi, salah satunya B12.

“Dari sisi asam amino yang digunakan tubuh, protein hewani lebih baik dari sisi keterserapan tubuh, kacang almond hanya 40 persen digunakan tubuh,” jelas Epi.

Anggota Tim Pakar Badan Gizi Nasional (BGN) itu mengatakan hal inilah yang menjadi tantangan orang tua untuk memberikan edukasi kepada anak tentang pentingnya memenuhi asupan protein hewani dan mengurangi jajanan yang banyak mengandung bahan tambahan tidak sehat. Berdasarkan kebutuhan asupan protein yang diperlukan berdasarkan kelompok umur, usia sekolah 7-9 tahun perlu 40 gram protein per hari dan semakin bertambah usia kebutuhannya pun semakin meningkat hingga 70 gram per hari secara umum.

“Ini masalah ketersediaan dan selain ketersediaan adalah keterjangkauan. Jadi, di situ lah pentingnya ada program Makan Bergizi Gratis. Masih banyak anak-anak, orang tua kita yang belum mampu membeli makan bergizi,” papar Epi.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus