Clare Wolfowitz*)
*) Clare Wolfowitz tinggal di Indonesia pada 1962 sebagai siswa pertukaran program AFS, dan pada 1986-1989 sebagai istri Duta Besar Amerika Serikat.
Saat ini, Indonesia sangat membutuhkan kepemimpinan yang jelas dan positif. Semua orang setuju akan hal ini.
Bagi seorang warga negara asing yang sangat mencintai Indonesia, krisis kepemimpinan saat ini terasa menyedihkan dan sekaligus sangat membingungkan. Mengapa? Ini dikarenakan Indonesia sebenarnya kaya akan pemimpin di setiap tingkatan. Selama tinggal di Washington, DC, saya berkesempatan ber-bicara dengan paling tidak selusin orang Indonesia yang berpengaruh ataupun pejabat pemerintahan yang sedang bertamu yang benar- benar merupakan pemimpin sejati yang memiliki sifat berani dan bijaksana. Saya kemudian membayangkan salah satu di antara mereka sebagai seorang presiden: mungkinkan orang ini menjadi pemimpin yang bijak dan berani, menjadi seorang ratu adil yang sangat diimpikan oleh Indonesia? Presiden Indonesia saat ini menghadapi tantangan yang teramat besar, yaitu menyelesaikan transisi yang sulit menuju arah demokrasi dan desentralisasi di te-ngah-tengah krisis ekonomi regional, di salah satu negara yang memiliki penduduk paling beragam di dunia. Kalaupun ia seorang pemimpin terhebat dalam sejarah dunia, dapatkah ia berhasil di sini?
Tetapi, krisis kepemimpinan di sini bukanlah benar-benar mengenai satu orang, yaitu si pemimpin. Ini bukan caranya demokrasi berlangsung. Di Amerika Serikat, ada sebuah pepatah yang didasarkan pada lebih dari dua abad pemerintahan demokrasi: "Masyarakat memperoleh pemerintah yang layak mereka dapatkan." Sebenarnya, masyarakat di seluruh Indonesia mengetahui hal ini dengan baik. Banyak daerah di Indonesia memiliki tradisi kepemimpinan demokratis yang telah berlangsung secara turun-temurun. Dan bahkan jika para pemimpin di desa tidak dipilih oleh masyarakat, mereka menjalankan pemerintahan sebagai perwakilan masyarakat tempat mereka tinggal. Mereka hanya melakukan yang diinginkan masyarakat dari mereka.
Tak ada pemimpin yang menjalankan pemerintahannya dengan sihir. Seorang pemimpin memerintah dengan cara menyeleksi apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh masyarakat, dan ia kemudian membentuk cara untuk memenuhi tujuan-tujuan ini. Sang ratu adil, sebagai pemerintah yang adil, sebenarnya hanya merupakan per-wakilan dari masyarakat yang adil.
Menurut pandangan saya, krisis kepemimpinan di Indonesia saat ini sebenarnya merupakan krisis keadilan. Merupakan hal yang sangat mengganggu saat kita membaca berita di surat kabar mengenai serangan dengan kekerasan atas orang atau properti. Perasaan yang sama muncul ketika kita mengetahui bahwa korupsi masih mengakar pada semua tingkatan di pemerintahan, bahwa masyarakat bisnis serta perbankan kehilangan standar kejujuran dan tanggung jawab. Jika krisis kepemimpinan benar ada, krisis ini nyatanya terjadi di setiap tingkatan masyarakat, di dalam dan di luar pemerintahan.
Menurut pendapat saya, hal yang sangat dibutuhkan masyarakat saat ini adalah suatu kemunculan kembali semangat warga negara yang adil. Suatu pemerintah yang adil pun akan menyusul kemudian.
Bagaimana cara masyarakat menuntun pemimpin mereka? Tentu saja tidak dengan menjadi massa pengikut si pemimpin tersebut, bukan juga dengan menyerang pengikut pemimpin lain, ataupun menenggelamkan suara-suara yang berbeda. Ini bahkan sama sekali tidak berkaitan dengan pengembangan kekuatan spiritual, walaupun hal ini agak erat kaitannya. Kepemimpinan sejati suatu negara adalah rakyat adil, bukannya ratu adil.
Daripada berharap akan munculnya keadilan ataupun berdoa untuk munculnya suatu kepemimpinan, rakyat sebaiknya berupaya mempraktekkan keadilan dalam kehidupan sehari-hari dan membentuk kepemimpinan dalam komunitas mereka. Masyarakat dapat menentukan standar dan harapan untuk pemerintah dan bisnis yang lebih menekankan kejujuran daripada korupsi, lebih menekankan prinsip keterbukaan dibanding kerahasiaan. Mereka dapat menggunakan suara mereka, hak pilih dan kemampuan bisnis yang ada, untuk menyeleksi hanya pemimpin dan mitra kerja yang jujur. Juga untuk memboikot kandidat yang tak memenuhi standar demokrasi. Dalam membangun suatu demokrasi, "kita perlu berlatih untuk mencapai kesempurnaan".
Satu hal yang amat penting di sini adalah masyarakat harus mendidik diri mereka sendiri. Bacalah dua atau tiga surat kabar, bukan hanya satu, dan cari yang mana yang paling akurat. Pemimpin yang adil harus mendengarkan semua pandangan sebelum mengambil keputusan. Rakyat yang adil pun harus berbuat serupa. Jika suatu masalah terlihat sederhana, ini mungkin karena masih banyak yang harus dipelajari di dalamnya, terutama jika masalah ini berkaitan dengan ekonomi. Media, partai-partai politik, dan masyarakat akademis harus bertanggung jawab untuk meningkatkan tingkat pemahaman masyarakat atas isu-isu kebijakan yang rumit.
Tidak ada seorang pemimpin pun yang dapat memerintah jika selalu terjadi kerusuhan setiap saat mereka harus mengambil keputusan yang sulit, karena seorang pemimpin yang hebat pun tidak dapat menghindari saat-saat seperti ini. Masyarakat dan perwakilan mereka harus mengenali rumitnya krisis ini dan mulai menempatkan kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi mereka. Pendapat dapat diekspresikan dalam berbagai cara, termasuk dalam bentuk protes dan demonstrasi. Tetapi demonstrasi dengan kekerasan bukanlah ekspresi pendapat, melainkan ekspresi kekerasan belaka. Dalam kebudayaan politik demokratis, ketidaksesuaian dalam berpendapat dapat diterima dan mengarah ke kebijakan yang lebih baik melalui cara kompromi. Pemenang pemilihan umum mengetahui bahwa mereka harus bekerja sama dengan pihak yang kalah dan bahwa mereka bertanggung jawab atas kinerja mereka di pemilihan umum berikutnya.
Beberapa pengamat berpendapat bahwa tak ada seorang pun yang dapat memerintah Indonesia dengan sukses, dan siapa pun yang menjadi presiden akan gagal. Memang, masalah-masalah yang dihadapi sangat serius dan perubahan-perubahan yang diperlukan tidak akan menjadi pilihan yang populer dalam masyarakat. Tetapi, Indonesia telah berhasil melalui masa-masa yang lebih sulit sebelumnya. Masyarakat Indonesia di masa lalu telah beradaptasi bahkan terhadap kesulitan perang dan kemiskinan. Masyarakat mendukung revolusi yang sukses dan menghasilkan kebudayaan dan bahasa nasional. Akan menjadi sangat ironis dan tragis jika masyarakat Indonesia saat ini membawa negara ini kembali pada perang sipil dan perampasan hak. Namun, saya pikir ini tidak akan terjadi. Menurut saya, setiap warga dapat menemukan keinginan yang baik, keberanian, dan rasa keadilan untuk menghasilkan kepemimpinan yang terbaik dalam suatu pemerintahan. Lagi pula ini semua merupakan kualitas yang kita inginkan ada dalam diri pemimpin kita, dan pemimpin tersebut benar-benar merupakan perwakilan dari masyarakatnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini