Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Tak bernyawa di bantal busa?

Kematian bayi yg penyebabnya masih misterius atau sids (sudden infant death syndrome),banyak terjadi di as. diduga kesulitan bernapas akibat terhalang bantal busa, pada bayi yang biasa tidur tengkurap.

27 Juli 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di AS, ribuan bayi setiap tahunnya mengalami kematian secara tiba-tiba. Kemungkinan karena bantal busa. KEGEMBIRAAN menimang si buah hati bisa saja mendadak sirna. Bayi yang beberapa menit lalu masih berceloteh, tahu-tahu kita dapatkan sudah tak bernyawa. Inilah kejadian yang dalam dunia kedokteran disebut sudden infant death syndrome (SIDS), yakni kematian bayi yang penyebabnya masih misterius. Kasus kematian mendadak itu setiap tahunnya, di Amerika Serikat, tercatat menimpa sekitar 7.000 bayi. Dua peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Washington, AS, menyimpulkan, seperempat hingga separuh SIDS mungkin disebabkan kesulitan bernapas akibat terhalang kasur atau bantalan empuk. Kesimpulan Dr. James Kemp dan Dr. Bradley Thach ini didasarkan pengamatan mereka baru-baru ini, terhadap bayi yang terkena SIDS. Bayi-bayi tersebut, tulis New England Journal of Medicine, yang memuat hasil penelitian, biasanya tidur di atas bantalan busa, dengan posisi tidur tengkurap, posisi yang rawan. Untuk membuktikan dugaan mereka, kedua dokter tadi melakukan percobaan sederhana. Mereka bernapas sambil menutup wajah dengan bantal busa. Hasilnya, lama-kelamaan napas mereka terasa sesak. "Kalau satu-dua menit saja, tak apa-apa," kata Kemp. Tapi kalau lebih lama dari itu, napas bisa putus. Kendati bantal dan kasur itu tak menyebabkan napas mereka macet total, ternyata udara buangan napas terperangkap dalam butiran busa. Akibatnya, ketika bayi menarik napas, yang masuk adalah udara basi yang miskin oksigen. Jika hal ini terjadi pada orang dewasa, tidak menimbulkan akibat yang fatal. Sebab, daya isap paru-paru mereka besar un- tuk mendapatkan oksigen yang memadai. Untuk pembuktian lebih lanjut, kedua peneliti ini menggunakan kelinci, yang paru-parunya sama besar dengan paru-paru bayi. Kelinci-kelinci tersebut mukanya ditutup dengan bantal busa. Akibatnya, banyak kelinci itu yang mati. Percobaan dengan boneka membuktikan bahwa upaya bayi meng- gerakkan kepala untuk mendapatkan udara malah menyebabkan kepala bayi makin terpuruk ke dalam bantal. Lantas menurut nasihat Kemp, "Jangan menaruh bayi Anda di tempat yang terlalu empuk." RFM

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus