Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Tanda Dehidrasi yang Perlu Diwaspadai Menurut Dokter

Tanda dehidrasi atau kekurangan cairan yang paling sederhana adalah jumlah serta frekuensi mengeluarkan urine. Apa lagi?

7 Mei 2024 | 18.48 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit Sardjito DIY, Metalia Puspitasari, menyebut sejumlah tanda dehidrasi yang perlu diperhatikan. Yang paling sederhana adalah frekuensi dan jumlah urine. Ia menyebut rasa haus yang timbul dari dehidrasi merupakan sinyal tubuh untuk mengatasi kekurangan cairan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Rasa haus itu yang sebaiknya jangan disepelekan karena kalau misalnya rasa haus itu kemudian tidak diimbangi dengan minum yang cukup maka akan terjadi ketidakseimbangan di dalam tubuh yang kemudian bisa semakin parah," ujarnya dalam diskusi "Panas Menyengat! Banyakin Minum Biar Ginjal Tetap Sehat" yang disiarkan Kementerian Kesehatan, Selasa, 7 Mei 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia menjelaskan tanda-tanda dehidrasi atau kekurangan cairan yang paling sederhana adalah jumlah serta frekuensi mengeluarkan urine. Menurutnya, secara umum buang air kecil dilakukan kurang lebih setengah jam setelah minum.

"Mungkin secara umum kita bisa pakai patokan jumlah minum 24 jam itu sekitar 30 cc per kilogram berat badan. Jadi misalnya berat badan sekitar 50 kg maka kita bisa pakai patokan sekitar 30 cc dikali 50 kg, jadi sekitar 1.500 cc per 24 jam," katanya.

Masalah pada kulit
Tanda kedua adalah warna urine. "Kalau kekurangan cairan warnanya akan menjadi lebih pekat kuningnya. Sedangkan kalau misalnya hidrasinya bagus, maka kemudian warnanya bisa bening warnanya," paparnya.

Apabila dehidrasi mencapai tingkat berat, hal tersebut dapat menyebabkan gangguan hemodinamika. Contohnya peningkatan denyut nadi dan tensi turun. Selain itu, dehidrasi dapat menyebabkan air mata tidak dapat keluar.

Pada anak-anak, dehidrasi berat dapat menyebabkan turgor kulit atau elastisitas kulit yang berkurang. Ketika kulit ditarik, maka sulit kembali ke bentuk aslinya. Dia menjelaskan risiko yang dapat terjadi bila dehidrasi adalah gangguan pada keseimbangan cairan serta elektrolit dalam tubuh, yang menyebabkan natrium menjadi rendah serta penurunan kesadaran.

"Ini juga ada risiko kemudian bisa muncul batu ginjal," jelasnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus