CITRA kanker otak lebih menakutkan dibandingkan dengan bayangan kematian. Penyakit ini menyerang pusat pikiran, sentral kendali seluruh gerak, emosi, dan intelektualitas. Semua ini melahirkan sederet penderitaan sebelum akhirnya merenggut nyawa. Penelitian terakhir menunjukkan, kanker otak ada kaitan dengan lolos kontrol lingkungan industri. Ini, khusus dalam hal limbah yang mengandung senyawa karsinogenik, dan medan elektromagnetik tegangan tinggi. Di negara maju soal ini sudah agak terkendali. Sedangkan di negara berkembang, seperti Indonesia, lingkungan yang potensial menimbulkan kanker tersebut justru merambak. Sejauh ini sebagian besar kasus kanker otak di lingkungan kita sulit terdiagnosa karena terbatasnya peralatan. Di Indonesia memang belum ada rumah sakit memiliki MRI, Magnetic Resonance Imaging. Alat deteksi yang bekerja dengan gelombang suara dan medan magnet ini mampu merekam dan menyiarkan di layar monitor gambaran otak dari semua sudut dimensi, sehingga tumor sekecil apa pun di otak dapat diamati. Di sini, alat mutakhir mendiagnosa tumor otak sampai sekarang masih generasi pertama CT Scan, Computed Tomography Scanning. Sedangkan di negara maju, kanker otak sudah lama menjadi obyek penelitian, sesuai dengan perkembangan teknologi diagnosa kanker otak yang pesat selama 15 tahun terakhir. Naiknya insidensi kanker otak di kalangan lanjut usia adalah suatu kenyataan dewasa ini. Penelitian di enam negara industri (Amerika Serikat, Prancis, Jerman Barat, Inggris, Italia, dan Jepang) menunjukkan gejala itu. Angka kematian pada penderita di atas 65 tahun, dalam 10 tahun terakhir, naik 200%. Kanker lymphoma yang menyerang pusat saraf, insidensinya naik 300%. Sepuluh tahun lalu jenis kanker ini masih jarang. "Kenaikan angka kanker otak pada lanjut usia menandakan ada sesuatu yang perlu dapat perhatian," kata Dr. Stanley Rapoport dari National Cancer Institute, Amerika Serikat, yang baru-baru ini dipublikasikan di Science Times. Sementara itu, Dr. Devra Lee Davis menilai angka kematian itu memang mencemaskan. Tetapi, naiknya angka kanker otak di enam negara industri itu tak menunjukkan keadaan kini. Menurut ahli epidemiologi kanker ini, angka itu gambaran lingkungan industri 30 tahun lalu. Waktu itu, sel-sel jaringan mulai berubah jadi sel-sel kanker. Lalu, dalam jangka waktu 20 sampai 30 tahun berkembang menjadi kanker ganas. Suatu kenyataan, hampir semua jenis kanker pada akhirnya merambat ke otak. Maka, kanker otak adalah indikator utama bagi epidemi kanker. Di masa lalu, menurut Devra Lee, lingkungan industri sudah tak terkontrol. Para pekerja pabrik -- kelompok yang paling banyak terkena kanker otak -- umumnya bekerja di lingkungan industri yang kotor. Ketika itu belum ada perlindungan keamanan kerja serta kesadaran menghindari senyawa-senyawa yang berbahaya. Sekarang, lingkungan kerja di enam negara industri tersebut umumnya lebih terkontrol. Pola makan 20 tahun lalu di negara industri, tambah Devra Lee, bahkan menambah kemungkinan kanker. Di masa lalu, para pekerja yang berasal dari kelas menengah biasanya jarang mengonsumsi makanan segar. Padahal, makanan yang mengandung antioksidan dan antikanker ini bisa mengurangi kemungkinan tumbuh kanker otak. Senyawa karsinogen yang banyak ditemukan pada limbah industri tidak cuma masuk dalam tubuh. Senyawa ini menyusup lebih dalam, merusakkan struktur DNA yaitu rangkaian senyawa asam amino yang terdapat pada inti sel jaringan. Perubahan salah satu potongan asam amino pada DNA mengakibatkan berubahnya sifat suatu sel. Keadaan yang diistilahkan dengan "mutasi" ini merupakan pangkal berubahnya sel jaringan jadi sel kanker yang merusak. Misalnya pembelahan sel yang mulanya berfungsi menggantikan sel-sel yang rusak dalam proses alami, berubah jadi pembelahan sel yang tak terkendali. Pembelahan sel ini berlangsung terusmenerus tanpa diperintah. Inilah awal tumbuhnya tumor: Selain langsung tumbuh di suatu jaringan sel-sel kanker, malah bisa terbawa ke seluruh tubuh dan menancap di jaringan lain. Data kanker otak yang ditemukan di enam negara industri yang sudah disebut tadi menunjukkan naiknya angka kanker glioma dan astrositoma. Kenyataan ini menandakan senyawa karsinogen dari lembah industri sering menyerang sel-sel astrosit di otak. Dan bukan itu saja. Juga, senyawa itu menumbuhkan tumor di lingkungan sel-sel jaringan saraf tulang belakang. Selain senyawa karsinogenik, Devra Lee juga melihat hubungan radiasi dan berbagai proses ionisasi di lingkungan industri dengan kanker otak. Seperti juga senyawa karsinogenik, radiasi dan reaksi ion menimbulkan mutasi DNA. Dan diperkirakan paling akhir yang menimbulkan mutasi DNA adalah medan elektromagnetik. Dasar teorinya, medan elektromagnetik mempengaruhi reaksi ion dalam tubuh. Di otak, kerja pulsa-pulsa saraf didasarkan atas reaksi ion elektrostatis. Dan sejauh ini, medan elektromagnetik yang berasal dari tegangan rendah (memang ada pada semua peralatan elektronik) belum terbukti menimbulkan kanker. Tapi, yang sudah terbukti terjadi mutasi DNA akibat medan elektromagnetik tegangan tinggi. Contohnya ditemukan oleh Dr. David A. Savitz. Epidemiolog dari Universitas North Carolina ini belum lama ini meneliti kondisi otak anak-anak yang tinggal dekat pusat pembangkit tenaga listrik tegangan tinggi. Ia menemukan 50% dari anak-anak itu ternyata terancam kanker otak. Justru itu, dampak industrialisasi di negara maju selayaknya dikaji lagi. Ini salah satu upaya membuat pembangunan menjadi kemajuan yang berjalan aman. Jim Supangkat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini