Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Viagra Menggenjot Penglihatan |
Viagra tak putus jadi bahan perbincangan. Sebuah riset menunjukkan, pil antiimpotensi ini juga berkhasiat meningkatkan daya penglihatan. Kesimpulan ini ditulis dalam New England Journal of Medicine, edisi awal Juni.
Gagasan riset berawal dari laporan adanya beberapa laki-laki pengguna Viagra mengalami perbaikan daya penglihatan. Fakta ini membuat William Sponsel, pakar ophthalmology di University of Texas Health Science Center, San Antonio, Amerika Serikat, tertarik untuk menggali lebih dalam.
Sponsel pun menggelar studi pendahuluan. Responden penelitian, 10 laki-laki dan 2 perempuan berusia sekitar 36 tahun diberi Viagra berdosis 50 miligram. Sponsel mengukur berbagai faktor yang menunjukkan daya penglihatan sebanyak tiga kali: sebelum, 90 menit, dan 150 menit setelah responden mengonsumsi Viagra. Hasilnya, 30 persen responden mengalami perbaikan aliran darah ke pusat lensa mata yang disebut pulsatile ocular. Bagian inilah yang berperan penting dalam proses membaca dan membedakan warna. Sensitivitas penglihatan juga tercatat meningkat 30 log unit (salah satu satuan daya penglihatan) sampai menit ke-110 setelah minum Viagra.
Memang, ke-12 responden itu tidak mengalami gangguan penglihatan. Namun, Sponsel yakin, pil produksi Pfizer ini bermanfaat meningkatkan kemampuan lensa mata. Selama ini, kurangnya aliran darah ke pulsatile ocular menjadi penyebab utama anjloknya daya penglihatan. Pada orang tua, kondisi ini bahkan bisa menyulut kebutaan. Setelah menyimak hasil riset, Sponsel menyimpulkan, Viagra mampu melebarkan pembuluh darah ke lensa mata sehingga darah leluasa mengalir dan daya penglihatan pun tergenjot.
Namun, Sponsel mengingatkan bahwa risetnya masih sangat dini. "Perlu ditanggapi dengan sikap optimistis yang tidak berlebihan," katanya kepada Reuters Health, pekan lalu.
Mengendalikan Asam Urat |
Rematik adalah problem besar. Sekitar 60 persen penduduk Indonesia diperkirakan terkena rematik, yang jenisnya lebih dari 110. Salah satu jenisnya adalah artritis gout, yang kebanyakan menimpa laki-laki usia 40-45 tahun. Penyakit ini jarang sekali ditemukan pada wanita yang belum menopause.
Pemicu gout adalah tingginya kadar asam urat dalam darah, yang membuat metabolisme tidak seimbang. Faktor keturunan diduga berperan besar bagi munculnya gout, karena penyakit ini juga banyak menyerang mereka yang tubuhnya tergolong fit.
Pada kondisi yang akut, kristal asam urat mengendap dan membuat benjolan di persendian dan jaringan lunak. Benjolan yang terasa sangat sakit ini bisa bertahan beberapa hari. "Umumnya, serangan pertama terjadi pada ibu jari kaki," kata John Darmawan, ahli rematik dari Semarang. Bila dibiarkan, benjolan asam urat melebar dan merusak persendian. Gout yang berlanjut, sampai kadar asam urat melebihi 9 mg/dL, sangat mungkin berujung pada kencing batu atau gagal ginjal.
Normalnya, kadar asam urat darah adalah 7 mg/dL. Namun, bagi penderita yang telah tiga kali terkena serangan asam urat, batasan itu tak berlaku. Setiap saat, bila kadar asam urat turun atau naik dengan mendadak, artritis gout siap menyerang. Itulah sebabnya, penderita asam urat dianjurkan tidak makan-minum atau berpuasa secara berlebihan.
Berikut ini John Darmawan memberikan beberapa hal yang sebaiknya dihindari penderita gout:
- Minum aspirin atau obat diuretik secara terus-menerus karena bisa menaikkan tekanan darah.
- Minuman beralkohol dan beragi seperti tape ketan.
- Makanan kategori "purin" seperti kerang, remis, lobster, cumi-cumi, jeroan, sop kental dengan kaldu daging, soto ayam, soto sulung, kacang, mete, emping goreng.
- Buah-buahan yang meragi dalam perut seperti durian, alpukat, dan kelapa kopyor.
- Sayur kembang kol, bayam, asparagus, dan kangkung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo