Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Olahraga Tak Perlu Ngoyo
Bila Anda ingin cepat membakar lemak, beristirahatlah di sela-sela saat olahraga. Menurut para peneliti dari Jepang, duduk 20 menit setelah berolahraga 30 menit lebih cepat membakar lemak ketimbang melakukan olahraga tanpa henti. Temuan terbaru yang dimuat dalam Journal of Applied Physiology edisi terbaru ”mengoreksi” pendapat American College of Sports Medicine, yang menyatakan waktu olahraga yang paling efektif adalah 45 hingga 60 menit tanpa istirahat.
Para peneliti menguji darah tujuh pria—rata-rata berusia 25 tahun—selama dan setelah olahraga di sepeda statis. Mereka melakukan tiga jenis kegiatan berbeda: satu jam olahraga lalu sejam istirahat; 30 menit olahraga lalu 20 menit istirahat; 30 menit olahraga diikuti sejam istirahat. Ketika beristirahat, para responden duduk di kursi.
Ternyata olahraga yang terbagi dalam dua segmen masing-masing selama setengah jam, lebih banyak membakar lemak ketimbang cara lain. Olahraga setengah jam pada segmen kedua juga mampu meningkatkan jumlah epinephrine dan menurunkan insulin. Kedua proses inilah yang berjasa banyak membakar lemak.
Berkolesterol Rendah Tak Bebas Jantung
Jangan buru-buru gembira jika hasil pemeriksaan laboratorium kesehatan Anda menunjukkan kadar LDL (kolesterol ”jahat”) rendah. Tidak ada jaminan Anda bebas penyakit jantung koroner. Soalnya, angka LDL yang tercantum hanya menunjukkan konsentrasinya, bukan jumlah partikelnya.
Mengapa jumlah partikel LDL penting diperhatikan? Menurut Antonia Anna Lukito, dokter ahli jantung dan pembuluh darah dari Rumah Sakit Siloam, Lippo Karawaci, Tangerang, partikel LDL dalam darah bisa besar atau kecil. ”Kalau partikelnya kecil-kecil dan padat, risiko terkena penyakit jantung koroner lebih tinggi,” katanya dalam seminar penyakit jantung koroner di Jakarta, Senin pekan lalu.
Jenis LDL seperti ini disebut small dense. Partikel ini berkemampuan tinggi menyusup ke dinding pembuluh darah koroner di permukaan jantung, lalu menumpuk membentuk plak (aterosklerosis). Plak yang menumpuk akan menyumbat saluran pembuluh darah. Jika dinding pembuluh darah bagian dalam pecah, terjadilah serangan jantung koroner.
Soda DietTak Cocokuntuk Berdiet
Label ”diet” pada kemasan minuman ringan tidak berarti aman bagi orang yang ingin menenggak minuman berkarbonasi dengan kalori minim. Sebab, menurut kelompok peneliti dari Amerika Serikat, soft drink—termasuk yang berlabel ”diet”—kemungkinan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes.
Menurut temuan mereka, orang dewasa yang minum satu kaleng atau lebih minuman bersoda memiliki risiko terkena sindrom metabolisme 50 persen lebih tinggi. ”Bila Anda terkena sindrom metabolisme, risiko terkena penyakit jantung atau stroke akan dua kali lebih besar. Anda juga punya risiko terkena diabetes,” kata Ramachandran Vasan dari Boston University School of Medicine, seperti yang dimuat di berbagai situs pada Rabu pekan lalu.
Vasan dan kawan-kawan meneliti 6.000 orang paruh baya dalam jangka empat tahun. Mereka yang minum satu kaleng atau lebih minuman bersoda setiap hari memiliki risiko obesitas 31 persen lebih tinggi. Lingkar perut mereka juga cenderung lebih besar. Risiko mendapat tekanan darah tinggi 25 persen lebih besar, dan 32 persen lebih rendah memiliki kandungan kolesterol baik. Peneliti saat ini masih melanjutkan observasi tentang kaitan antara minuman soda—termasuk yang ”diet”—dan sindrom metabolisme.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo